DNA Warisan Nenek Moyang Manusia Picu Risiko Infeksi Virus Corona yang Lebih parah

Peneliti mengatakan pasien terinfeksi COVID-19 dapat mengalami kondisi yang parah disebabkan karena pasien tersebut membawa DNA dari Neanderthal sejak 60.000 tahun lalu.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Okt 2020, 08:03 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2020, 08:03 WIB
Tengkorak Homo neanderthalensis
Tengkorak Homo neanderthalensis: Populasi yang terpisah dari nenek moyang manusia Neanderthal dan manusia modern antara 360.000 sampai 1 juta tahun yang lalu. (Liputan6/The Natural History Museum)

Liputan6.com, Okinawa - Dahulu kala di selatan Eropa, manusia modern dan Neanderthal memiliki setidaknya satu pertemuan yang menghasilkan keturunan. Tidak ada yang dapat meramalkan betapa suramnya pertemuan tersebut hingga akan berdampak pada dunia 60.000 tahun kemudian.

Dikutip dari science alert, Kamis (01/10/2020), DNA Neanderthal telah menyebar jauh ke seluruh populasi manusia dari generasi ke generasi, bahkan ketika Neanderthal sendiri telah punah. Sekitar 50 persen orang di Asia Selatan dan 16 persen orang di Eropa sekarang membawa DNA tersebut.

Para ilmuwan berpendapat bahwa orang yang memiliki DNA tersebut adalah pihak yang dapat mengalami komplikasi COVID-19 paling parah dibandingkan dengan yang tidak memiliki DNA tersebut.

Antropolog Evolusi Hugo Zeberg menjelaskan bahwa mereka yang memiliki warisan genetik ini tiga kali lebih mungkin membutuhkan perawatan lebih intensif setelah mereka terinfeksi. Para ilmuwan kini berusaha keras untuk memahami apa yang membuat beberapa orang lebih rentan terhadap SARS-COV-2 daripada yang lain. 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Para Peneliti Menyelidiki DNA dari Neanderthal

10 Temuan Arkeolog yang Mengubah Sejarah
Penyebaran Neanderthal (Listverse.com)

Zeberg dan ahli genetika Svante Pääbo dari Institut Sains dan Teknologi Okinawa di Jepang, menganalisis data genetik dari 3.199 pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit dan melihat varian gen tertentu pada kromosom 3 lebih sering ditemukan bersama dalam populasi, daripada jika mereka bermutasi secara acak.

Jadi Zeberg dan Pääbo menyelidiki kerabat manusia yang telah punah untuk melihat dari mana asal gen ini. Mereka tidak menemukan satu pun varian gen spesifik ini dalam genom Denisovan dan beberapa di antaranya ditemukan di dua Neanderthal dari Siberia, tetapi seorang Neanderthal dari Kroasia memiliki kesamaan paling banyak.

Zeberg dan Pääbo menghitung bahwa sangat tidak mungkin kombinasi gen ini berasal dari nenek moyang manusia dan Neanderthal yang sama, yang artinya gen ini hadir ketika dua spesies ini melakukan perkawinan.

Namun, peneliti menduga bahwa di masa lalu, gen ini mungkin terbukti bermanfaat bagi sebagian orang mungkin untuk melawan patogen lain. Sebuah studi sebelumnya mengisyaratkan DNA Neanderthal mungkin telah melindungi populasinya dari virus purba.

 

Reporter: Ruben Irwandi

Infografis Wabah Virus Corona Darurat Kesehatan Global

Infografis Wabah Virus Corona Darurat Kesehatan Global. (Liputan6.com/Triyasni)
Infografis Wabah Virus Corona Darurat Kesehatan Global. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya