Liputan6.com, Washington D.C. - Pilpres AS masih bergulir dalam proses penghitungan suara. Negeri Paman Sam tersebut belum dapat memastikan siapa di antara Donald Trump atau Joe Biden yang secara resmi telah memenangkan persaingan ini.
Dikutip dari BBC, Sabtu (7/11/2020), walaupun begitu proses penghitungan tersebut telah memperlihatkan signifikansi dari masing-masing capres. Joe biden dikabarkan saat ini telah unggul dan berpotensi menjadi pemenang pilpres AS.
Namun pernyataan kemenangan resmi presiden AS terpilih akan tetap memakan waktu karena undang-undang di setiap negara bagian berbeda dalam hal menghitung suara.
Advertisement
Walaupun Joe Biden terlihat lebih berpotensi untuk menang, namun masih banyak kemungkinan yang dapat terjadi. Berikut ini adalah beberapa fakta dan update terkini mengenai pilpres AS:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
1. Joe Biden telah Memenangkan Suara Populer
Sejauh ini, Joe Biden unggul dengan selisih yang besar dengan Trump, tapi bukan itu yang menentukan siapa yang akan menjadi presiden.
Sebaliknya, seorang kandidat harus memenangkan mayoritas dalam sistem yang disebut suara elektoral, di mana setiap negara bagian mendapatkan sejumlah suara atau "pemilih" secara kasar sebanding dengan populasinya.
Jika capres memenangkan suara mayoritas di suatu negara bagian, maka ia memenangkan semua suaranya. Ada 538 suara negara bagian dan orang yang mendapat 270 akan menjadi presiden.
Advertisement
2. Update Terkini Suara Elektoral
Biden telah mendapat 253 suara elektoral dibandingkan dengan Trump dengan 214 suara. Ada beberapa cara untuk masing-masing mencapai 270 suara.
Jika Biden mendapatkan Pennsylvania, maka dia sudah melewati syarat yang dibutuhkan untuk mendiami Gedung Putih. Negara bagian seperti Georgia, Nevada, Arizona dan North Carolina juga mendukungnya.
Trump akan membutuhkan suara Pennsylvania dan harus memenangkan tiga negara bagian yakni Georgia, North Carolina, Nevada atau Arizona.
3. Perkembangan di Negara Bagian yang Jadi Penentu Kemenangan Capres
o Georgia (16 suara), situasi terkininya adalah Biden mengambil alih kepemimpinan dari Trump ketika suara dan penghitungan dari lebih banyak daerah simpatisan Demokrat masuk. Masih ada suara untuk dihitung, seperti suara militer dan luar negeri, namun karena marginnya sangat sempit, akan ada penghitungan ulang.
o Pennsylvania (20 suara), Ada 115.000 surat suara yang tersisa untuk dihitung dan Biden sekarang memimpin. Karena surat suara di banyak tempat cenderung mengarah ke Demokrat, para analis melihat bahwa Biden akan unggul.
o Nevada (6 suara), Biden telah memimpin suara di Nevada. Sekitar 150.000 surat suara masih harus dihitung, banyak di antaranya berasal dari daerah Clark, yang didiami oleh simpatisan Partai Demokrat.
o Arizona (11 suara), keunggulan Biden semakin menyempit. Banyak dari suara yang masih akan dihitung berasal dari Maricopa County, rumah bagi 60% dari populasi negara bagian itu dan Trump telah mengejar saat suara ini dihitung.
Donald Trump telah melakukan lebih baik dari yang diharapkan dan Joe Biden telah gagal memenangkan suara di negara-negara medan pertempuran yang menghitung suara dengan cepat. Di sisi lain Demokrat juga telah menutup kesenjangan di negara-negara bagian penting saat suara dihitung.
Advertisement
4. Angka yang Terus Berubah
Setiap negara bagian memiliki hukum dan sistemnya sendiri untuk menghitung suara. Masing-masing negara bagian juga bertanggung jawab atas urutan penghitungan jenis suara, misalnya suara melalui pos sering kali dihitung terakhir.
Hal itu membuat perbedaan ketika Partai Republik cenderung memilih secara langsung pada hari itu dan suara pos cenderung condong ke Demokrat.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengenai media yang memiliki penghitungan yang berbeda untuk setiap kandidat tergantung dari mana mereka mendapatkan data pemilu. Sebagai contoh ada beberapa media yang telah menghubungi Arizona untuk perkembangan Biden.
5. Faktor yang Menghambat Proses Hasil Akhir
Trump telah mengajukan beberapa gugatan hukum, tetapi para analis berpendapat bahwa sebagian besar dari gugatan ini menyangkut sejumlah kecil surat suara yang mungkin tidak akan membuat perbedaan pada hasil akhirnya, dengan pengecualian Pennsylvania, di mana Mahkamah Agung sebelumnya mengisyaratkan dapat meninjau kembali aturan tentang tenggat waktu untuk menerima suara pos.
Tapi cerita di sini bukan hanya soal penghitungan. Sekarang sepertinya data polling sebelum pemilu tidak memberi tahu kita keseluruhan cerita tentang publik Amerika. Banyak pengamat tidak menyadari perlombaan akan berjalan begitu ketat.
Beberapa ahli mencurigai ada bagian dari publik Amerika yang bahkan tidak akan berpartisipasi dalam pemungutan suara karena mereka tidak mempercayai institusi dan mereka lebih cenderung memilih Trump.
Prioritas pemilih mungkin juga sedikit salah dinilai. Sementara pandemi COVID-19 telah mendominasi berita utama, sebuah survei yang dilakukan oleh Edison Research menemukan bahwa lebih banyak pemilih (total sepertiga) mencantumkan ekonomi sebagai masalah utama mereka, itu adalah pesan inti Trump.
Suara Trump juga terlihat sedikit lebih beragam dari yang diperkirakan banyak orang.
Reporter: Ruben Irwandi
Advertisement