Diskusi Dagang Pasca-Brexit antara Inggris dan Uni Eropa Masih Jauh dari Kata Sepakat

Inggris dan Uni Eropa masih jauh dari kesepakatan di saat kedua pihak setuju untuk melanjutkan diskusi perdagangan pasca Brexit.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 10 Des 2020, 17:18 WIB
Diterbitkan 10 Des 2020, 17:18 WIB
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen (kanan) berbicara dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sebelum pertemuan di kantor pusat Uni Eropa di Brussel, Rabu, 9 Desember 2020.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen (kanan) berbicara dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sebelum pertemuan di kantor pusat Uni Eropa di Brussel, Rabu, 9 Desember 2020. (Foto: Olivier Hoslet, Pool via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Negosiator antara Inggris dan Uni Eropa akan melanjutkan pembicaraan tentang kesepakatan perdagangan Brexit setelah pertemuan puncak sambil makan malam antara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen digelar pada Rabu 9 Desember.

Namun dari pertemuan tersebut, keduanya sepakat bahwa kesenjangan yang sangat besar masih ada di antara dua pihak. 

Mengutip laman Channel News Asia, Kamis (10/12/2020), kedua pemimpin menetapkan Minggu 13Desember sebagai tenggat waktu berikutnya, untuk memutuskan apakah akan ada kesepakatan atau perpecahan tanpa kesepakatan hingga akhir bulan.

"Kami memahami posisi masing-masing. Mereka tetap berjauhan," kata von der Leyen.

Johnson terbang ke Brussel dengan harapan bahwa pembicaraan politik tingkat atas dapat memberikan momentum baru ke dalam pembicaraan yang terjebak pada masalah-masalah termasuk hak penangkapan ikan dan aturan persaingan.

Tapi tidak ada terobosan dalam pertemuan tiga jam itu, yang digambarkan Downing St sebagai hasil yang "terus terang." Von der Leyen mengatakan pertemuan itu sebagai suatu hal yang "hidup dan menarik."

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Pasca-Brexit

20170508-Runtuhnya Bintang Uni Eropa di Tangan Banksy-AFP
Warga mengambil gambar mural seorang pria yang tengah menghancurkan salah satu dari 12 bintang kuning bendera Uni Eropa di dinding kawasan Dover, Inggris, Senin (8/5). Mural karya seniman jalanan Banksy itu berjudul 'Brexit'. (DANIEL LEAL-OLIVAS/AFP)

Inggris telah meninggalkan Uni Eropa pada 31 Januari, tetapi masih berada dalam struktur ekonominya hingga akhir tahun. Itu berarti kehancuran ekonomi yang serius pada 1 Januari tahun depan yang bisa menjadi kacau jika tidak ada perjanjian perdagangan.

Kedua pemimpin itu berharap untuk menyuntikkan momentum politik ke dalam pembicaraan perdagangan yang telah menemui jalan buntu terkait penangkapan ikan dan aspek kunci lainnya dari hubungan di masa depan. 

Tetapi Inggris dan UE memberikan pandangan yang sangat berlawanan tentang poin-poin utama yang mencuat - dan masing-masing bersikeras bahwa yang lain harus bergerak untuk mencapai kesepakatan.

"Kesepakatan bagus masih harus dilakukan," tegas Johnson. Tapi dia mengatakan kepada anggota parlemen di House of Commons bahwa tuntutan blok itu agar Inggris terus mematuhi standarnya atau menghadapi pembalasan bukanlah "syarat bahwa setiap perdana menteri ini negara harus menerima."

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan "masih ada kemungkinan kesepakatan," tetapi menekankan bahwa UE tidak akan berkompromi pada prinsip-prinsip intinya. Merkel mengatakan kepada parlemen Jerman bahwa blok itu akan "mengambil jalan tanpa… kesepakatan jika ada persyaratan dari pihak Inggris yang tidak dapat kami terima.”

Inggris meninggalkan Uni Eropa pada 31 Januari setelah 47 tahun menjadi anggotanya, tetapi tetap berada dalam pasar tunggal bebas tarif dan serikat pabean hingga akhir tahun. Mencapai kesepakatan perdagangan pada saat itu akan memastikan tidak ada tarif atau kuota untuk perdagangan barang pada 1 Januari, meskipun masih akan ada biaya baru dan birokrasi untuk bisnis.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya