Brexit: Inggris dan Uni Eropa Sepakat Lanjutkan Perdagangan Bebas

Selama bertahun-tahun, Uni Eropa dan Brexit cekcok urusan kesepakatan usai Brexit. Kini, akhirnya mereka setuju lanjutkan perdagangan bebas.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 25 Des 2020, 10:46 WIB
Diterbitkan 25 Des 2020, 10:14 WIB
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen (kanan) berbicara dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sebelum pertemuan di kantor pusat Uni Eropa di Brussel, Rabu, 9 Desember 2020.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen (kanan) berbicara dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sebelum pertemuan di kantor pusat Uni Eropa di Brussel, Rabu, 9 Desember 2020. (Foto: Olivier Hoslet, Pool via AP)

Liputan6.com, Brusel - Jelang akhir 2020, Inggris dan Uni Eropa akhirnya sepakat untuk melanjutkan perdagangan bebas meski ada Brexit. Keputusan ini disambut baik Perdana Menteri Inggris Boris Johnson serta berbagai pemimpin di Eropa. 

Perjanjian setebal 2.000 halaman itu akan memastikan Inggris dan 27 anggota Uni Eropa bisa lanjut berdagang tanpa tarif atau kuota, setelah Inggris sepenuhnya keluar dari Uni Eropa per 1 Januari 2021.

Inggris menilai hal ini sebagai tanda bahwa negaranya kembali independen.

"Kami telah mengambil kembali kendali dari hukum dan takdir kita," ujar PM Johnson seperti dikutip AP News, Jumat (25/12/2020).

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengakui jalan negosiasi yang ditempuh amatlah panjang. Ia yakin kesepakatan ini adalah hal yang adil.

"Ini adalah kesepakatan yang adil serta berimbang, dan ini adalah hal yang benar dan bertanggung jawab untuk kedua belah pihak," ujarnya.

Inggris melakukan referendum untuk meninggalkan Uni Eropa pada 2016 dan hasilnya 52 persen ingin Inggris meninggalkan blok tersebut. PM Boris Johnson berasal dari Partai Konservatif yang notabene euroskeptis.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Reaksi Presiden Macron dan Kanselir Merkel

Presiden Prancis Emmanuel Macron di acara iklim pada 14 Desember 2020 sebelum positif COVID-19.
Presiden Prancis Emmanuel Macron di acara iklim pada 14 Desember 2020 sebelum positif COVID-19. Dok: Twitter @EmmanuelMacron

Salah satu bagian tersulit dalam kesepakatan ini adalah masalah perikanan. Uni Eropa akhirnya sepakat memberikan seperempat ikan yang ditangkap di perairan Inggris. Angka itu jauh lebih rendah dari tuntutan 80 persen dari Inggris.

Presiden Prancis Emmanuel Macron berkata kesepakatan ini penting untuk menjaga kepentingan Uni Eropa, termasuk para nelayan. 

"Kesepakatan dengan Inggris itu penting untuk melindungi warga kita, nelayan kita, produsen kita," ujar Presiden Macron via Twitter.

Kanselir Jerman, Angela Merkel, juga optimistis kesepakatan dengan Inggris akan berakhir baik.

"Saya sangat optimistis bahwa kita bisa menghadirkan hasil yang bagus di sini," ujarnya.

Kepala negosiator Brexit dengan Inggris, Michel Barnier, menegaskan ada kemitraan baru dengan Inggris yang kini sudah berjalan sendiri.

Barnier berkata kemitraan baru itu diharapkan tetap adil bagi semua pihak.


Warga Uni Eropa Tak Bisa ke Inggris Tanpa Visa

FOTO: Warga Inggris Berperilaku Seolah Terjangkit COVID-19, Jalanan London Sepi
Suasana sekitar The Mall di depan Istana Buckingham, London, Inggris, 21 Desember 2020. Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mendesak warga Inggris untuk berperilaku seolah-olah mereka sudah terjangkit virus corona COVID-19. (Xinhua/Han Yan)

Efek dari Brexit ini adalah berhentinya kebijakan pergerakan bebas. Warga Uni Eropa yang ingin tinggal dan bekerja di Inggris harus mendapatkan visa terlebih dahulu. 

Hal serupa berlaku bagi warga Inggris yang ingin ke Uni Eropa. 

Inggris juga berpisah dari skema Erasmus Mundus. 

Presiden von der Leyen berkata Brexit adalah perpisahan yang sedih. Sementara, PM Johnson menyebut Inggris akan tetap bagian dari Eropa secara budaya, emosional, strategis, dan geografis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya