Liputan6.com, Jakarta- Joe Biden telah resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat (AS). Pelantikan Joe Biden digelar di depan Gedung Capitol Hill pada Rabu 20 Januari dan disumpah oleh Hakim Mahkamah Agung John Roberts.
Dikutip dari news.harvard.edu, pada Jumat (22/1/2021), Presiden Biden menyerukan persatuan nasional, menyampaikan sebagian besar pidato pelantikannya bukan mengacu pada kebijakan dan program mendatang, tetapi pada "peperangan tidak beradab" yang harus dihadapi warga AS dalam mengatasi tantangan nasional yang tak terhitung jumlahnya.
Beberapa anggota fakultas di Universitas Harvard membagikan pendapat dan pandangan mereka terhadap pidato Biden dan kebijakan yang direncanakannya, berdasarkan masing-masing bidang keahlian yang mereka geluti, bersama dengan saran yang dimiliki untuk Presiden ke-46 AS tersebut di "saat yang langka dan sulit" ini.Â
Advertisement
Instruktur Klinis di Harvard Immigration and Refugee Clinical Program, dan Harvard Law School, Sameer Ahmed mengatakan, dirinya sangat optimistis dengan visi Biden yang berkaitan dengan masa depan imigran di AS.
"Saya tersentuh karena pidato pelantikannya berfokus pada upaya untuk mencapai "cita-cita Amerika bahwa kita semua diciptakan sederajat" dan melawan "kenyataan buruk yang pahit bahwa rasisme, nativisme, ketakutan, demonisasi telah lama memisahkan kita," kata Sameer Ahmed.Â
"Di hari pertamanya menjabat, Presiden Biden mengambil langkah-langkah penting dengan mengeluarkan beberapa tindakan eksekutif untuk mengatasi beberapa aspek terburuk dari kebijakan Trump, termasuk mengakhiri larangan (perjalanan dari negara) Muslim, mencabut tembok perbatasan, dan melestarikan DACA (Deferred Action for Childhood Arrivals )," imbuhnya.
Ia melanjutkan, "Tetapi Presiden Biden tidak hanya harus mengatasi kerugian dari pemerintahan Trump. Dia juga harus memastikan bahwa masyarakat imigran lebih kuat dan lebih aman daripada empat tahun lalu. Penting untuk diingat bahwa Presiden Obama mendeportasi lebih banyak imigran daripada presiden mana pun sebelumnya. Dan sementara warga Amerika merasa khawatir tentang kebijakan Trump yang memisahkan anak-anak dari orang tua mereka di perbatasan AS-Meksiko, hampir setiap deportasi membuat individu menjauh dari keluarga dan orang terdekat mereka, yang seringkali secara permanen."Â
Dengan mengirimkan rancangan undang-undang reformasi imigrasi yang ambisius ke Kongres pada hari pertamanya menjabat, Sameer Ahmed berpendapat, bahwa Biden telah mengirimkan sinyal yang kuat bahwa ia mengakui peran penting warga yang tidak berdokumen di antara masyarakat AS.
"Dan kebutuhan untuk memberi mereka status hukum permanen dan jalan menuju Kewarganegaraan AS. Sementara perubahan seperti itu akan membutuhkan tindakan kongres, Presiden Biden dapat dan harus berbuat lebih banyak untuk melindungi imigran saat ini," jelas Sameer Ahmed.
Sameer Ahmed pun menyerukan, "Setiap individu berhak mendapatkan kesempatan rehabilitasi dan tetap tinggal juga berkembang di Amerika Serikat bersama keluarga, teman, dan orang-orang terdekat mereka."
Saksikan Video Berikut Ini:
Seruan Persatuan oleh Biden Tuai Pujian
Sementara itu, Joseph Nye, University Distinguished Service Professor, mantan dekan, di Harvard Kennedy School berpendapat bahwa "Simbolisme pelantikan Biden di luar ruangan di Capitol dan pidatonya tentang persatuan adalah apa yang dibutuhkan negara (AS) setelah satu tahun berjalanan terjadinya kematian akibat pandemi dan perjuangan politik yang pahit."
"Meskipun dia (Biden) tidak memiliki retorika seperti Lincoln, FDR, atau Kennedy, Biden mencapai semua nada tinggi yang dia butuhkan seperti penyanyi populer dan penyair muda yang menakjubkan yang termasuk dalam upacara (pelantikan) tersebut," kata Joseph Nye.
"Ini adalah langkah pertama dan penting untuk memulihkan reputasi dan kekuatan lunak Amerika di luar negeri. Sekarang dia harus melanjutkan nadi ini," tuturnya.
Dekan di Harvard Medical School, George Q. Daley mengungkapkan bahwa dirinya turut terdorong dan terinspirasi dari penegasan kembali demokrasi oleh Biden, yang mencakup seruan untuk persatuan, pembelaan kebenaran, dan janji bahwa "impian keadilan untuk semua tidak akan ditunda lagi".
"Saya terkesan pada komitmennya untuk mengamankan perawatan kesehatan bagi semua pihak dan pilihannya atas ilmuwan dan dokter yang sangat berkualifikasi sebagai penasihat, termasuk kolega kami Rochelle Walensky untuk memimpin Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit dan Eric Lander untuk melayani sebagai penasihat sains dan memimpin Kantor Sains dan Kebijakan Teknologi, yang kini merupakan posisi setingkat kabinet," ucapnya.
George Daley melanjutkan, "Keputusan ini menunjukkan dedikasinya untuk menghadapi tantangan langsung di zaman kita - terutama pandemi COVID-19 dan perubahan iklim - dengan kebijakan yang ketat dan berbasis bukti."
Advertisement