Liputan6.com, Jakarta - Seorang pejabat tinggi Rusia telah memperingatkan bahwa Moskow dapat melakukan intervensi untuk membantu penduduk berbahasa Rusia di wilayah timur Ukraina. Hal itu terjadi jika Ukraina melancarkan serangan habis-habisan terhadap separatis di sana.
Melansir BBC, Jumat (9/4/2021), pemberontak separatis yang didukung Rusia dan pasukan Ukraina telah bentrok di bagian timur negara itu.
Rusia juga telah membangun pasukan di perbatasan dengan Ukraina.
Advertisement
Baca Juga
Pejabat Rusia Dmitry Kozak, mengatakan bahwa pasukan Rusia dapat melakukan intervensi untuk "membela" warganya.
"Semuanya tergantung skala kobaran api," katanya.
Dia juga memperingatkan bahwa eskalasi bisa menandai "awal dari akhir" untuk Ukraina - "bukan tembakan di kaki, tetapi di wajah".
Amerika Serikat dan Jerman sama-sama menyatakan keprihatinan atas meningkatnya ketegangan.
Saksikan Video Berikut Ini:
Ketegangan Meningkat
Rusia telah meningkatkan jumlah pasukan di perbatasan Ukraina, tetapi pada saat yang sama menegaskan bahwa mereka tidak boleh dilihat sebagai ancaman.
Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan jumlah pasukan Rusia di sana merupakan yang tertinggi sejak 2014, ketika konflik di timur Ukraina dimulai. Dia menggambarkan situasinya "sangat memprihatinkan".
Rusia belum merinci jumlah pasukannya, tetapi militer Ukraina menegaskan pada akhir Maret bahwa sekitar 20.000 tentara Rusia telah dipindahkan ke perbatasan Ukraina.
Sebuah video telah muncul di media sosial yang memperlihatkan sebuah kereta Rusia memindahkan persenjataan berat ke wilayah tersebut. Bentrokan antara pasukan Ukraina dan pemberontak yang didukung Moskow di dalam Donbass juga meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Kematian seorang tentara Ukraina lainnya pada Kamis (8/4) membuat jumlah yang tewas tahun ini menjadi 25. Lima puluh tentara Ukraina tewas sepanjang tahun lalu.
Sementara itu, pemberontak mengatakan salah satu pejuang mereka tewas pada hari yang sama ketika pasukan Ukraina menembakkan 14 bom mortir di sebuah desa di pinggiran kota Donetsk.
Sebagai tanda lebih lanjut dari keseriusan situasi tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengunjungi wilayah itu pada hari Kamis untuk melihat "lokasi eskalasi".
Kanselir Merkel berbicara dengan Putin melalui telepon pada hari Kamis dan meminta Rusia untuk "mengurangi ketegangan" dengan mengurangi bala bantuan pasukannya. Dalam seruan yang sama, Putin menuduh Ukraina mengobarkan situasi di timur.
Advertisement
Akar Konflik
Akar konflik saat ini terjadi pada Maret 2014 ketika Rusia mencaplok wilayah Krimea, Ukraina.
Ini memicu keretakan besar dengan negara-negara Barat, mendorong Uni Eropa dan AS untuk menjatuhkan sanksi kepada Rusia.
Sebulan kemudian, pemberontak yang didukung Rusia di Donbass yang sebagian besar berbahasa Rusia merebut wilayah Donetsk dan Luhansk.
Negara-negara Barat dan NATO menuduh Rusia mengirim pasukan melewati perbatasan ke Ukraina, tetapi Rusia menyatakan bahwa setiap pejuang Rusia ada "sukarelawan".
Presiden Ukraina Zelenskiy berkuasa berjanji untuk mewujudkan perdamaian, dan gencatan senjata ditandatangani Juli lalu. Kedua belah pihak sejak itu saling menuduh melanggar itu.
Konflik antara kedua negara tersebut diperkirakan telah menewaskan 14.000 orang.