Meski Ada Kasus Pembekuan Darah, WHO Sebut Vaksin Johnson & Johnson Harus Tetap Diteruskan

Penggunaan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson di Amerika Serikat harus dilanjutkan meski terdapat bukti bahwa vaksin tersebut berkaitan dengan pembekuan darah yang sangat langka namun berpotensi mematikan.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Apr 2021, 08:01 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2021, 08:01 WIB
Distribusi Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson
Vaksin Johnson & Johnson terlihat di distributor McKesson Corporation di Shepherdsville, Kentucky, Senin (1/3/2021). Vaksin COVID-19 yang dikembangkan perusahaan farmasi Janssen tersebut, menjadi vaksin virus corona ketiga yang sah digunakan di Amerika Serikat. (AP Photo/Timothy D. Easley, Pool)

Liputan6.com, D.C - Penggunaan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson di Amerika Serikat harus dilanjutkan meski terdapat bukti bahwa vaksin tersebut berkaitan dengan pembekuan darah yang sangat langka namun berpotensi mematikan.

Saran itu disampaikan oleh penasihat Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) pada Jumat (23/4).

Rekomendasi itu membuka jalan bagi vaksin COVID-19 J&J untuk mulai digunakan lagi di AS setelah regulator obat menghentikan penggunaannya pekan lalu guna meninjau laporan mengenai pembekuan darah langka namun serius, yang terkait dengan kadar trombosit yang rendah.

Pejabat kesehatan terkemuka mengaku berharap penggunaan vaksin J&J segera kembali dilanjutkan usai pertemuan panel.

"Manfaat (vaksin) tentu saja lebih besar ketimbang risikonya dilihat dari perspektif populasi dan individu," kata Dr. Beth Bell, anggota panel penasihat sekaligus profesor klinis di departemen kesehatan global University of Washington di Seattle.

"Ini risiko baru. Memang ini risiko yang sangat kecil dan lebih kecil dari banyak risiko lainnya yang kita pilih untuk menerimanya setiap hari," pungkasnya.

 

Simak video pilihan berikut:

Regulator Afrika Selatan Minta Penangguhan Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson Dicabut

Distribusi Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson
Seorang karyawan di distributor McKesson Corporation memindai sekotak vaksin Johnson & Johnson saat mengisi pesanan di Shepherdsville, Kentucky, Senin (1/3/2021). Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson menjadi vaksin corona ketiga yang sah digunakan di AS. (AP Photo/Timothy D. Easley, Pool)

Regulator kesehatan Afrika Selatan pada Sabtu (17/4) merekomendasikan agar pemerintah mencabut jeda pemberian vaksin COVID-19 Johnson & Johnson.

Permintaan itu diajukan karena beberapa kondisi tertentu telah memenuhi keamanan vaksin.

"Kondisi ini termasuk, namun tidak terbatas pada, screening yang diperkuat dan pemantauan peserta yang berisiko tinggi mengalami gangguan pembekuan darah," kata Otoritas Pengaturan Produk Kesehatan Afrika Selatan (SAHPRA), seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (18/4/2021).

"Selain itu, langkah-langkah akan diterapkan untuk memastikan manajemen yang aman dari setiap peserta yang mengembangkan trombosis dan trombositopenia yang diinduksi vaksin (VITT)," tambah pernyataan itu.

Pada 14 April, SAHPRA mengatakan bahwa mereka baru-baru ini sudah meninjau data dari studi penelitian lokal terkait vaksin Johnson & Johnson, yang memvaksinasi tenaga medis dan tidak menemukan masalah keamanan utama.

Afrika Selatan menangguhkan peluncuran vaksin COVID-19 Johnson & Johnson dalam sebuah "studi implementasi", setelah badan kesehatan AS merekomendasikan untuk menghentikan penggunaannya karena kasus pembekuan darah yang terjadi pada enam penerima vaksin tersebut.

Diketahui, ada 7 juta orang yang telah menerima suntikan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson.

Panel AS akan bertemu lagi pekan depan, untuk membahas apakah jeda penggunaan vaksin harus dihentikan, setelah menunda pemungutan suara tentang masalah tersebut awal pekan ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya