Liputan6.com, Yangon - Sebuah desa di Myanmar mengalami kebarakan setelah bentrokan antara pasukan keamanan dan militan lokal. Dilansir dari BBC, Kamis (17/5/2021) insiden itu menewaskan dua orang.
Warga setempat mengatakan kepada BBC bahwa 200 dari 240 rumah di Kin Ma diratakan dengan tanah oleh militer pada Selasa (15/6).
Mereka mengatakan insiden itu mulai setelah bentrok antara pasukan dan militan lokal yang menentang rezim yang memerintah.
Advertisement
Seorang warga menyampaikan kepada BBC bahwa pasukan keamanan bentrok dengan Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF).
Kelompok-kelompok itu dibentuk setelah kudeta militer di Myanmar baru-baru ini, dan telah bentrok dengan polisi dan militer setempat dengan senjata rakitan.
"Ketika anggota PDF mundur, mereka (pasukan keamanan) datang ke desa dan mulai membakar rumah-rumah di bagian selatan," sebut seorang warga.
"Hampir seluruh desa terbakar menjadi abu," ungkapnya.
Adapun warga lain yang menyebutkan bahwa penduduk desa melarikan diri ke hutan di luar Kin Ma setelah pasukan melepaskan tembakan.
Dua warga lansia tak berhasil menyelamatkan diri dan tewas dalam kebakaran, menurut penduduk setempat, sementara beberapa lainnya dilaporkan hilang.
Kebakaran Besar
"Api ada di mana-mana di desa dan kami melihat api besar," kata warga.
"Kami harus melarikan diri dari tembakan dan kami sempat melihatnya dari kejauhan," cerita warga tersebut.
Kantor berita Reuters mengatakan, kebakaran itu begitu besar sehingga direkam oleh sistem pelacakan api satelit NASA pada pukul 15:22 GMT pada Selasa (15/6).
Duta besar Inggris untuk Myanmar, Dan Chugg, mengutuk serangan tersebut.
"Laporan bahwa junta telah membakar seluruh desa di Magway, membunuh penduduk lanjut usia, menunjukkan sekali lagi bahwa militer terus melakukan kejahatan yang mengerikan dan tidak menghargai rakyat Myanmar," tulis Dan Chugg dalam sebuah postingan di Facebook.
Namun, stasiun televisi pemerintah Myanmar menyebut kebakaran tersebut terjadi karena "teroris".
Menurut Reuters, MRTV melaporkan bahwa setiap media yang merujuk pada penyebab lain "sengaja merencanakan untuk mendiskreditkan militer".
Militer Myanmar merebut kekuasaan pada Februari 2021, menuduh terjadi kecurangan pemilih dalam pemilihan umum yang diadakan tahun sebelumnya - suara yang menurut pemantau pemilihan independen sebagian besar bebas dan adil.
Demonstrasi kemudian menyebar ke seluruh negeri setelah kudeta, memicu bentrokan dan kekerasan - menewaskan lebih dari 800 orang dan hampir 5.000 orang berada dalam tahanan.
Advertisement