Liputan6.com, New York City - Pfizer sedang berupaya mendapatkan otorisasi pihak berwenang Amerika Serikat untuk dosis ketiga vaksin COVID-19 buatannya. Pfizer pada Kamis (8/7) mengatakan vaksin ketiga yang diberikan dalam waktu 12 bulan akan meningkatkan secara dramatis kekebalan tubuh dan mungkin membantu menangkal mutan virus corona terbaru yang mengkhawatirkan.
Penelitian dari berbagai negara menunjukkan bahwa vaksin Pfizer dan vaksin-vaksin COVID-19 lainnya yang banyak digunakan memberikan perlindungan kuat terhadap varian Delta yang sangat menular, yang menyebar dengan cepat di seluruh dunia dan kini menjadi penyebab sebagian besar perebakan baru di Amerika.
Baca Juga
Dua dosis dari sebagian besar vaksin sangat penting untuk mengembangkan antibodi tingkat tinggi penangkal virus, tidak saja terhadap varian Delta; ketika sebagian besar negara masih putus asa untuk mendapatkan perlindungan awal ketika perebakan terus meluas, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (9/7/2021).
Advertisement
Namun antibodi alami berkurang seiring perjalanan waktu, sehingga penelitian baru terus dilakukan untuk mengetahui apakah dan kapan suntikan ketiga – atau booster – mungkin diperlukan.
Dr. Mikael Dolsten dari Pfizer pada hari Kamis (8/7) mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa data awal dari studi atas suntikan booster itu menunjukkan bahwa tingkat antibodi melonjak 5 – 10 kali lipat setelah pemberian dosis ketiga, dibandingkan dengan dosis kedua yang diberikan bulan sebelumnya.
Pfizer pada Agustus nanti berencana meminta Badan Urusan Pangan dan Obat-Obatan Amerika FDA untuk memberikan otorisasi dosis ketiga untuk tujuan darurat.
Mengapa Harus Melawan Varian Delta?
Dolsten merujuk data dari Inggris dan Israel yang menunjukkan bahwa vaksin Pfizer dapat “menetralisir varian Delta dengan sangat baik.” Asumsinya, tambah Dolsten, adalah ketika antibodi turun cukup rendah, virus Delta menyebabkan penularan ringan sebelum sistem kekebalan kembali melawannya.
Namun otorisasi FDA hanya akan menjadi langkah pertama, dan hal ini tidak akan secara otomatis berarti warga Amerika akan mendapatkan booster yang ditawarkan, ujar Dr. William Schaffner, seorang pakar vaksin di Vanderbilt University Medical Center. Otoritas kesehatan masyarakat harus memutuskan apakah dosis ketiga ini benar-benar dibutuhkan, terutama ketika jutaan orang masih belum divaksinasi.
“Vaksin dirancang untuk menjauhkan kita dari rumah sakit,” dan terus melakukannya meskipun varian Delta lebih menular, tambahnya. Memberikan dosis lain akan menjadi “usaha sangat besar, sementara kita saat ini berupaya memberikan dosis pertama pada orang-orang.”
Saat ini hanya sekitar 48% orang di Amerika yang sudah divaksinasi penuh dengan dua dosis vaksin, sementara sebagian negara memiliki tingkat vaksinasi yang lebih rendah dan kini mulai dilanda varian Delta.
Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit CDC Dr. Rochelle Walensky mengatakan hal itu mengarah pada “dua kebenaran” yaitu negara-negara bagian yang sudah diimunisasi penuh mulai kembali ke kehidupan normal, sementara di sebagian negara bagian jumlah orang yang dirawat di rumah sakit kembali naik.
“Peningkatan cepat ini meresahkan,” ujarnya. Beberapa minggu lalu varian Delta menyumbang lebih dari seperempat kasus baru di Amerika, tetapi kini Delta menyumbang lebih dari 50% kasus; dan di beberapa tempat – seperti di bagian Midwest – menambang hingga 80% kasus baru.
Advertisement
Vaksinasi Penuh Sangat Penting
Sejumlah peneliti di Institute Pasteur di Perancis pada hari Kamis (8/7) juga melaporkan bukti baru bahwa vaksinasi penuh merupakan hal yang sangat penting.
Dalam uji laboratorium diketahui darah dari puluhan orang yang diberi dosis pertama vaksin Pfizer atau AstraZeneca “hampir tidak menghambat” varian Delta, tulis laporan itu dalam jurnal “Nature.” Namun setelah mendapatkan dosis kedua, hampir semua orang itu memiliki apa yang oleh para peneliti dianggap sebagai “dorongan kekebalan yang cukup kuat untuk menetralkan varian Delta.”
Eksperimen laboratorium menambah data bahwa mutasi varian Delta tidak bisa mengelak dari vaksin yang banyak digunakan di negara-negara Barat tetapi menggarisbawahi pentingnya membuat lebih banyak orang di dunia divaksinasi sebelum virus itu bermutasi lebih jauh.
Para peneliti di Inggris mendapati bahwa dua dosis vaksin Pfizer misalnya, 96% protektif mencegah orang yang tertular menjalani rawat inap di rumah sakit dan 88% efektif melawan infeksi simtomatik. Temuan itu digaungkan oleh para penelitian Kanada pada akhir pekan lalu.
Sementara laporan dari Israel menunjukkan perlindungan dari vaksin Delta lebih rendah yaitu 64%.
Vaksinasi Lengkap, Masih Perlu Masker?
Apakah mereka yang sudah divaksinasi lengkap masih perlu mengenakan masker di tempat-tempat di mana varian Delta melonjak, telah menjadi pertanyaan yang berkembang.
Di Amerika, sebelum munculnya varian Delta dan belum semua warga divaksinasi penuh, CDC mengatakan orang yang divaksinasi lengkap tidak perlu lagi mengenakan masker. Tetapi bukti terbaik menunjukkan jika orang yang telah divaksinasi tertular virus corona, mereka memiliki gejala yang jauh lebih ringan.
Pakar medis terkemuka di Amerika, Dr. Anthony Fauci pada hari Kamis (8/7) menegaskan “jika kita sudah divaksinasi, kita memiliki perlindungi yang sangat baik.”
Jumlah kasus kembali meningkat beberapa minggu ini, demikian pula jumlah orang yang dirawat di rumah sakit, yang naik 7% dibanding periode tujuh hari sebelumnya, demikian ujar Walensky pada wartawan.
Namun jumlah orang yang meninggal karena COVID-19 tetap rendah, meskipun sebagian pakar percaya bahwa hal itu sebagian dikarenakan tingginya jumlah orang berusia 65 tahun ke atas yang telah divaksinasi. Ini merupakan kelompok yang paling rentan terkena penyakit parah.
Advertisement