Liputan6.com, Bratislava - Pemerintah Slovakia mengikuti negara tetangganya, Austria pada Rabu (24/11) dan memerintahkan lockdown selama dua minggu untuk memadamkan peningkatan tercepat di dunia dalam kasus COVID-19 karena jumlah orang yang sakit di rumah sakit mencapai tingkat kritis dan tingkat vaksinasi tetap rendah.
Restoran dan toko-toko non-esensial akan ditutup sebagai bagian dari tindakan dan pergerakan akan dibatasi pada perjalanan untuk belanja penting, bekerja, sekolah atau kunjungan medis, bersama dengan wisata alam, kata pejabat pemerintah. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (25/11/2021).Â
Slovakia pada Selasa (23/11) mencatat lebih dari 10.000 infeksi harian baru untuk pertama kalinya sejak pandemi dimulai, sementara tingkat rawat inap mencapai apa yang disebut Kementerian Kesehatan sebagai "titik kritis" yang berarti membatasi perawatan lain dan mungkin meminta bantuan asing.
Advertisement
"Situasinya serius," kata Perdana Menteri Eduard Heger.Â
"Kami sampai di sini karena tindakan (yang ada) tidak diamati."
Â
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Slovakia Alami Lonjakan Kasus Tercepat
Disesuaikan dengan ukuran populasi, Slovakia mengalami peningkatan infeksi tercepat di dunia, menurut Our World in Data, memuncaki daftar yang saat ini dipimpin oleh negara-negara Eropa lainnya.
Republik Ceko dan Hongaria yang bertetangga sama-sama mencatat rekor kenaikan harian dalam kasus pada hari Selasa, sementara Austria juga menerapkan lockdown total minggu ini, menutup toko, bar, dan kafe yang tidak penting selama setidaknya 10 hari.
Keputusan Slovakia untuk kembali ke lockdown terjadi setelah pemerintah telah memberlakukan pembatasan baru pada orang yang tidak divaksinasi minggu ini dalam upaya untuk mendorong vaksinasi.Â
Sebelum itu, negara itu secara bertahap memperketat pembatasan di daerah-daerah yang terkena dampak parah karena kasus-kasus melonjak selama sebulan terakhir.
Advertisement