Rusia Dilaporkan Luncurkan Rudal Saat Sekjen PBB ke Ukraina

Wali Kota Kiev mengatakan di Telegram bahwa ada "dua serangan di Distrik Shevchenkovsky.", tak lama setelah Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengadakan konferensi pers dengan Presiden Ukraina

diperbarui 29 Apr 2022, 12:31 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2022, 12:31 WIB
Melihat Kota Mariupol Usai Digempur Rusia
Ilustrasi serangan dari Rusia saat Sekjen PBB berkunjung ke Ukraina.(AP Photo/Alexei Alexandrov)

, Kiev - Sekjen PBB Antonio Guterres diketahui tengah mengunjungi Ukraina. Ledakan dilaporkan mengguncang Kiev ketika kunjungan tersebut.

Laporan DW Indonesia, Jumat (29/4/2022), menyebut bahwa Guterres menegaskan saat ini pihaknya sedang berupaya mengevakuasi pejuang dan warga yang terjebak di pabrik baja Azovstal.

Setidaknya dua ledakan terdengar di Kiev. Wali Kota Vitali Klitschko mengatakan bahwa pasukan Rusia menembaki ibu kota.

Wali Kota Kiev mengatakan di Telegram bahwa ada "dua serangan di Distrik Shevchenkovsky." Ledakan itu terjadi tak lama setelah Sekjen PBB Antonio Guterres mengadakan konferensi pers dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di kota itu.

"Hari ini 28 April, segera setelah akhir pembicaraan kami di Kiev, rudal Rusia menyerang kota. Lima roket," kata Zelensky. "Ini menunjukkan banyak hal ... tentang upaya kepemimpinan Rusia untuk mempermalukan PBB dan segala sesuatu yang diwakili organisasi itu."

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan Rusia menyerang ibu kota dengan "rudal jelajah" dan menyebut serangan itu sebagai "tindakan barbarisme yang keji."

Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak menyerukan agar Rusia dikeluarkan dari Dewan Keamanan PBB setelah serangan itu.

OSCE akan Mengakhiri Misi Pengamat di Ukraina

Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa mengumumkan akan mengakhiri misi pengamatnya di Ukraina, setelah Rusia menolak perpanjangannya. Misi OSCE (Organization for Security and Cooperation in Europe) dimulai pada 2014 setelah separatis yang didukung Rusia melancarkan pemberontakan di Ukraina timur.

Polandia saat ini memegang jabatan bergilir sebagai Ketua OSCE. Menteri Luar Negeri Polandia Zbigniew Rau mengatakan "posisi Federasi Rusia membuat kami tidak punya pilihan" selain menghentikan misi.

Pengamat OSCE sebagian besar meninggalkan negara itu setelah invasi Rusia pada akhir Februari lalu, tetapi beberapa staf administrasi masih tetap berada di Ukraina. Empat staf administrasi OSCE telah ditahan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Guterres: Dewan Keamanan PBB Gagal Cegah Perang Rusia Ukraina

Sekjen PBB Antonio Guterres berbicara di hadapan DK PBB (AP)
Sekjen PBB Antonio Guterres berbicara di hadapan DK PBB (AP)

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan Dewan Keamanan PBB gagal mencegah perang Rusia di Ukraina.

"Biarkan saya memperjelasnya: Dewan Keamanan gagal melakukan segala daya untuk mencegah dan mengakhiri perang ini. Kegagalan ini adalah sumber kekecewaan besar, frustrasi, dan kemarahan," kata Guterres pada konferensi pers dengan Zelensky.

Guterres dan Zelensky juga membahas upaya yang sedang berlangsung untuk mengevakuasi pabrik baja Azovstal di kota pelabuhan selatan Mariupol. Pejuang Ukraina dan warga sipil saat ini terjebak di pabrik di tengah blokade Rusia.

"Saat ini saya hanya bisa memberi tahu Anda bahwa kami melakukan segala yang kami bisa untuk mewujudkannya," kata Guterres.

"Saya yakin dan percaya – sama seperti para kerabat dari mereka yang diblokir di Pabrik Baja Azovstal - bahwa Sekretaris Jenderal akan mendapatkan keberhasilan," kata Zelensky.

NATO: Perang Ukraina Mungkin Akan 'Berlarut-larut'

Ilustrasi bendera NATO
Ilustrasi bendera NATO

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan aliansi militer akan terus memberikan tekanan maksimal pada Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Kita perlu bersiap untuk jangka panjang ... Ada kemungkinan bahwa perang ini akan berlarut-larut dan berlangsung selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun," kata Stoltenberg seperti dikutip oleh kantor berita Reuters.

Komentarnya muncul setelah Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan "seluruh Ukraina" harus dibebaskan dan parlemen Jerman memberikan suara mendukung pengiriman senjata berat Ukraina.

Pada hari Kamis (28/04), Rusia mengatakan bahwa Ukraina tidak menjawab proposal perdamaian terbarunya.

Sambut Baik Bantuan AS

Presiden Amerika Serikat Joe Biden (AP)
Presiden Amerika Serikat Joe Biden (AP)

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyambut baik dukungan keuangan tambahan dari Amerika Serikat, dengan menyebutnya sebagai "langkah yang sangat penting."

Dia berterima kasih kepada Presiden Joe Biden dan rakyat Amerika, serta berharap anggota parlemen negeri Paman Sam itu akan "segera mendukung" peningkatan bantuan keuangan $33 miliar (Rp 477,9 Triliun).

"Presiden Biden dengan tepat mengatakan hari ini, bahwa bantuan ini tidak murah," kata Zelensky dalam pidato video hariannya.

"Namun, konsekuensi negatif dari agresi Rusia terhadap Ukraina dan terhadap demokrasi sangat besar bagi seluruh dunia sehingga dengan perbandingan tersebut, dukungan dari Amerika Serikat ini diperlukan. Bersama-sama, kita pasti dapat menghentikan agresi Rusia dan dapat diandalkan untuk mempertahankan kebebasan di Eropa."

 

 

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya