Shanghai Buka Bertahap Bisnis Per 16 Mei 2022, Meski Jutaan Orang Terkurung di Rumah

Shanghai mengumumkan pembukaan kembali bisnis secara bertahap mulai Senin 16 Mei 2022.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Mei 2022, 15:42 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2022, 15:42 WIB
Shanghai Tegaskan Kembali Kebijakan Nol-Covid
Seorang perempuan mengenakan masker berkendara melintasi persimpangan yang tenang di kawasan pusat bisnis saat perintah bekerja dari rumah di distrik Chaoyang, Beijing, Rabu (11/5/2022). Shanghai pada Rabu menegaskan kembali akan mempertahankan pendekatan “nol-COVID” pengendalian pandemi, sehari setelah kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kebijakan itu tidak berkelanjutan dan mendesak China mengubah strategi. (AP Photo/Andy Wong)

Liputan6.com, Shanghai - Shanghai mengumumkan pembukaan kembali bisnis secara bertahap mulai Senin 16 Mei 2022.

Mengutip VOA Indonesia, Senin (16/5/2022), langkah itu diumumkan meskipun masih belum jelas kapan jutaan orang yang masih dikurung di rumah di pusat ekonomi China, Shanghai itu akhirnya akan diizinkan keluar dari rumah mereka.

Dihadapkan pada perebakan pandemi COVID-19 terburuk, China- negara ekonomi utama terakhir yang masih tertutup bagi dunia, sehingga menempatkan kota berpenduduk 25 juta itu di bawah pembatasan ketat pada awal April.

Strategi yang diberlakukan secara ketat untuk melawan penyebaran COVID-19 itu, telah menimbulkan malapetaka pada rantai pasokan, menghancurkan usaha kecil dan membahayakan tujuan ekonomi negara.

Bagi banyak penduduk Shanghai, sebagian di antaranya bahkan sudah dikurung di rumah sebelum April, mereka frustrasi dengan masalah persediaan makanan, akses ke perawatan medis non-COVID dan pusat karantina yang tidak memadai, sehingga banyak yang melampiaskan kemarahan mereka melalui online.

Wakil Wali Kota Shanghai, Chen Tong pada hari Minggu mengumumkan pembukaan kembali bisnis "secara bertahap" mulai 16 Mei.

Namun, Chen tidak merinci apakah ia mengacu pada dimulainya kembali aktivitas secara bertahap di kota atau apakah pelonggaran itu akan bergantung pada kriteria kesehatan tertentu.

Di bawah strategi nol-COVID China, setiap pencabutan pembatasan umumnya tergantung pada absennya kasus positif baru selama tiga hari berturut-turut, di luar pusat-pusat karantina.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Warga Beijing Masih WFH, Shanghai Yakin Kemenangan Melawan COVID-19 di Depan Mata

Kasus COVID-19 Meroket, China Lockdown Shanghai
Seorang pria berjalan di sepanjang Sungai Huangpu di distrik Pudong yang dikunci sebagai tindakan melawan Covid-19, di Shanghai (28/3/2022). Shanghai lockdown setiap setengah kota secara bergiliran untuk tes Covid-19 massal mulai Senin (28/3/2022) di tengah lonjakan infeksi. (AFP/Hector Retamal)

Jalanan di ibu kota China Beijing terpantau tenang pada Jumat 13 Mei ketika penduduk mengindahkan saran pihak berwenang untuk bekerja dari rumah guna menghentikan penyebaran COVID-19.

Sementara para pejabat di Shanghai yang mengunci banyak lokasi mengatakan tujuan mereka adalah untuk mengalahkan virus bulan ini.

Pejabat Beijing pada Kamis (12/5) membantah desas-desus tentang langkah-langkah penguncian bergaya Shanghai, mendesak orang untuk tidak panic buying (membeli banyak barang tanpa memikirkan orang lain), tetapi untuk tinggal di rumah.

Mereka juga mengumumkan gelombang baru pengujian massal di sebagian besar kota, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (13/5/2022).

Sebagian besar penduduk lebih tenang pada hari ini (13/5) setelah bergegas ke supermarket untuk menyimpan makanan dan persediaan lain pada malam sebelumnya.

"Saya tidak begitu khawatir. Bahkan, baru -baru ini kita semua sudah bekerja dari rumah," kata pekerja sektor keuangan Leo Luo (27).

"Aku merasa tidak jauh berbeda akhir-akhir ini."

Pihak berwenang di ibukota China telah melarang layanan makan malam di restoran, menutup beberapa mal, hiburan dan tempat wisata, menangguhkan bagian bus, kereta bawah tanah dan sistem taksi serta memberlakukan penguncian pada beberapa bangunan perumahan.

Penerbangan ke dan dari China Banyak Dibatalkan

FOTO: Suasana Shanghai Saat Lockdown Akibat COVID-19
Warga berfoto di halaman saat lockdown akibat virus corona COVID-19 di Distrik Jing'an, Shanghai, China, 21 April 2022. (HECTOR RETAMAL/AFP)

COVID-19 telah menempatkan ratusan juta orang di puluhan kota besar di bawah berbagai tingkat pembatasan, mempengaruhi konsumsi dan manufaktur, serta mengganggu perdagangan dan rantai pasokan global.

Sebagian besar penerbangan internasional ke dan dari China telah dibatalkan selama dua tahun terakhir tetapi pengumuman oleh otoritas imigrasi adalah tanda paling jelas bahwa perjalanan tidak akan dilanjutkan dalam waktu dekat.

Turis dan siswa Tiongkok telah menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi banyak ekonomi di seluruh dunia sebelum Covid-19 muncul di kota Wuhan pada akhir 2019.

China dengan tegas menolak kritik terhadap kebijakan "nol-covid" tanpa kompromi, mengatakan menyelamatkan nyawa sepadan dengan biaya jangka pendek yang besar dan dikeluarkannya.

"Mereka yang menyalahkan strategi nol-COVID dinamis China terlihat pendek," kata tabloid nasionalis yang didukung negara Global Times dalam sebuah editorial.

"Beberapa dari mereka hanya mencoba untuk mengolesi, merendahkan dan melemahkan posisi China."

Kegiatan Ekonomi Shanghai Berjalan Bertahap Usai Penguncian Selama 6 Minggu

Kasus COVID-19 di Shanghai Meningkat Saat Jutaan Orang Dilockdown
Para pekerja yang mengenakan masker antre mengambil swab tenggorokan di tempat pengujian virus corona di Beijing, Minggu (3/4/2022). Kasus COVID-19 di kota terbesar di China, Shanghai, masih meningkat saat jutaan orang tetap terisolasi di rumah di bawah lockdown besar-besaran. (AP Photo/Andy Wong)

Pejabat di Shanghai, yang telah mengalami enam minggu penguncian mengatakan, kegiatan ekonomi secara bertahap dilanjutkan, dengan banyak pabrik beroperasi dalam sistem "loop tertutup", dengan pekerja yang tinggal di lokasi.

Lebih dari 9.000 perusahaan berskala besar di Shanghai sekarang beroperasi dengan kapasitas hampir 50 persen, kata para pejabat.

Beberapa ekonom mengharapkan pertumbuhan ekonomi China melambat secara tajam pada kuartal kedua, atau bahkan menyusut, membahayakan target pertumbuhan untuk tahun sekitar 5,5 persen.

Yuan China diperdagangkan pada titik terlemah sejak September 2020.

Han Wenxiu, wakil kepala Kantor Partai Komunis untuk Urusan Keuangan dan Ekonomi, mengatakan pada Kamis bahwa China tidak akan ragu untuk memperkenalkan kebijakan baru untuk menopang pertumbuhan.

Pemerintah telah memotong pajak untuk bisnis dan menyalurkan lebih banyak dana ke dalam proyek infrastruktur, sementara bank sentral telah memompa lebih banyak uang tunai ke dalam perekonomian dan meningkatkan dukungan untuk beberapa sektor.

Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya
Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya