Liputan6.com, Kolombo - Sabtu 9 Juli 2022 ribuan demonstran menyerbu kediaman resmi Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa, sampai membuatnya harus dievakuasi ke tempat aman. Sejumlah kabar menyebut dia kabur.
Tak lama kemudian rumah Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe jadi sasaran, massa membakarnya.
Baca Juga
Akhirnya mereka sepakat untuk mundur dari jabatannya. Presiden Rajapaksa melalui ketua parlemen menyatakan bakal mundur 13 Juli, sementara PM Wickremesinghe akan mundur jika penggantinya sudah ditentukan.
Advertisement
Senin (11/7/2022) mengutip VOA Indonesia, kantor perdana menteri mengonfirmasi kabar kemunduran Presiden Rajapaksa. Keputusan tersebut diambil setelah puluhan ribu pengunjuk rasa menyerbu kediaman resmi kedua pria itu. Setelah protes besar-besaran.
Namun, belum ada kabar langsung dari Rajapaksa tentang rencana tersebut.
PM Wickremesinghe mengatakan dia juga akan mundur untuk memungkinkan pemerintah sementara semua partai untuk mengambil alih.
Para aktivis demonstrasi mengatakan massa akan terus menduduki kediaman presiden Sri Lanka dan perdana menteri di Kolombo sampai mereka akhirnya mundur dari jabatannya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kondisi Pasca-Penyerbuan 9 Juli 2022
Kolombo, kota terbesar di Sri Lanka, terlihat tenang pada Senin 11 Juli, ketika ratusan orang berjalan ke kantor dan kediaman presiden dan mengunjungi gedung-gedung era kolonial tersebut. Polisi tidak berusaha menghentikan para peserta aksi itu.
"Kami tidak akan pergi ke mana pun sampai presiden ini pergi dan kami memiliki pemerintahan yang dapat diterima oleh rakyat," kata Jude Hansana, 31 tahun, yang telah berada di lokasi protes di luar kediaman sejak awal April.
"Perjuangan rakyat adalah untuk reformasi politik yang lebih luas. Bukan hanya presiden yang pergi. Ini baru permulaan."
Demonstran lain, Dushantha Gunasinghe, mengatakan dia telah melakukan perjalanan ke Kolombo dari kota sejauh 130 km. Dia harus menempuh sebagian perjalanan tersebut dengan berjalan kaki karena krisis bahan bakar. Namun akhirnya dia sampai di Kolombo pada Senin (11/7) pagi.
Rajapaksa dan Wickremesinghe tidak berada di kediaman mereka ketika para pengunjuk rasa menyerbu ke dalam gedung. Mereka juga tidak terlihat di depan publik sejak Jumat. Keberadaan mereka tidak diketahui.
Rumah pribadi Wickremesinghe di pinggiran Kolombo yang megah dibakar, dan tiga tersangka telah ditangkap, kata polisi.
Advertisement
Kata Pakar untuk Langkah Selanjutnya
Pakar konstitusi mengatakan begitu presiden dan perdana menteri secara resmi mengundurkan diri, langkah selanjutnya adalah penunjukan ketua sebagai penjabat presiden dan parlemen akan memilih presiden baru dalam waktu 30 hari untuk menyelesaikan masa jabatan Rajapaksa yang akan berakhir pada 2024.
Rakyat Sri Lanka pada umumnya menyalahkan Rajapaksa atas runtuhnya ekonomi pada negara yang bergantung pada pariwisata itu. Perekonomian Sri Lanka telah dihantam parah oleh pandemi COVID-19 disusul dengan kebijakan pelarangan pupuk kimia, meski kemudian dibatalkan.
Keuangan pemerintah dilumpuhkan oleh utang pemerintah yang menumpuk dan potongan pajak yang diberikan oleh rezim Rajapaksa. Cadangan devisa dengan cepat habis karena harga minyak naik.
Negara ini hampir tidak memiliki dolar yang tersisa untuk mengimpor bahan bakar. Pemerintah telah menerapkan kebijakan penjatahan pembelian sehingga antrean mengular di depan toko-toko yang menjual gas untuk memasak. Inflasi utama di negara berpenduduk 22 juta itu mencapai 54,6 persen pada bulan lalu, dan bank sentral telah memperingatkan bahwa inflasi bisa melejit menjadi 70 persen dalam beberapa bulan mendatang.
Seberapa Parah Krisis Sri Lanka?
Mengutip laporan VOA Indonesia, Senin (11/7/2022), Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesingh bulan lalu mengatakan perekonomian negara kepulauan yang sarat utang itu telah "ambruk" karena kehabisan uang untuk membayar makanan dan BBM. Kekurangan uang tunai untuk membayar impor kebutuhan tersebut dan kegagalan membayar utang sebelumnya, membuat Sri Lanka mencari bantuan dari negara-negara tetangganya – India dan China – dan dari Dana Moneter Internasional IMF.
Wickremesinghe, yang mulai menjabat Mei lalu, menekankan tugas monumental yang dihadapinya ketika membalikkan perekomian, yang menurutnya sedang menuju ke “titik terendah.”
Wickremesingh dan Presiden Gotabaya Rajapaksa Sabtu lalu 9 Juli, setuju untuk mengundurkan diri di tengah meningkatnya tekanan dari para demonstran yang menyerbu kedua tempat tinggal tokoh itu dan membakar salah satu dari tempat tinggal mereka.
Warga Sri Lanka melewatkan makan karena kekurangan pangan dan harus antre berjam-jam ketika berupaya membeli BBM yang makin tak terjangkau. Hal ini merupakan kenyataan pahit bagi negara yang perekomiannya tumbuh cepat, dengan kelas menengah yang biasa tumbuh dan nyaman; hingga semakin memburuknya krisis tersebut.
Advertisement