PBB: India Akan Lampaui China Jadi Negara Terpadat Dunia

PBB memproyeksi India akan melampaui China sebagai negara terpadat di dunia tahun depan, menyusul perbaruan angka populasi dunia yang kini mencapai 8 miliar orang.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 17 Nov 2022, 07:00 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2022, 07:00 WIB
Asap Polusi Abu-Abu di Level Berbahaya Selimuti Langit Ibu Kota India
Pejalan kaki berjalan di sepanjang jalan dekat Gerbang India atau India Gate di tengah kabut asap tebal di New Delhi, Kamis (3/11/2022). Kabut asap di New Delhi mencapai tingkat hazardous (berbahaya) pada Kamis 3 November 2022. (Photo by Money SHARMA / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Populasi dunia telah mencapai 8 miliar orang pada Selasa (15/11/2022). Menyusul kemunculan angka tersebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memproyeksi India akan melampaui China sebagai negara terpadat di dunia tahun depan.

Dilansir dari CNBC International, Rabu (16/11/2022), PBB mengungkapkan, hanya 8 negara yang akan menampung setengah dari pertumbuhan populasi dunia pada tahun 2050. Negara-negara ini terkonsentrasi di Afrika dan Asia Selatan, yaitu Kongo, Mesir, Ethiopia, India, Nigeria, Pakistan, Filipina, dan Tanzania.

Dua wilayah terpadat di dunia pada tahun 2022 berada di kawasan Asia Selatan dan Timur, dengan China dan India yang menyumbang mayoritas populasi di wilayah ini masing-masing 1,4 miliar.

Meskipun China kini memiliki populasi terbesar daripada negara mana pun di dunia, populasinya diperkirakan akan mulai menurun pada awal 2023 dan India akan melampauinya.

Meskipun jumlah manusia lebih besar dari sebelumnya, populasi dunia sekarang tumbuh pada tingkat paling lambat sejak tahun 1950 karena banyak keluarga yang memiliki lebih sedikit anak.

Selain itu, populasi dunia juga diperkirakan akan mencapai puncaknya di angka 10,4 miliar pada tahun 2080-an dan tetap pada tingkat tersebut hingga tahun 2100-an, menurut proyeksi PBB.

Dua pertiga orang di dunia sekarang tinggal di negara-negara di mana perempuan rata-rata memiliki sekitar dua anak, turun dari rata-rata lima anak pada tahun 1950.

Sedangkan populasi orang berusia 65 tahun ke atas diperkirakan akan meningkat sebesar 6 persen secara global hingga tahun 2050, demikian menurut PBB.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

 

Harapan Hidup Global Sempat Turun Karena Pandemi Covid-19

Akibat Lockdown, Pekerja Tinggalkan Zona Industri Kota Zhengzhou di China
Komuter yang mengenakan masker menunggu di persimpangan di Beijing, Rabu (2/11/2022). Para pekerja iPhone Apple Inc meninggalkan pabrik karena lokasinya berada dalam zona industri Kota Zhengzhou yang sedang diberlakukan lockdown setelah adanya 64 laporan kasus virus corona di kawasan tersebut. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Populasi global telah meningkat lebih dari tiga kali lipat sejak 1950 karena angka kematian yang menurun dan harapan hidup meningkat, sebagian besar karena sanitasi yang lebih baik, akses ke air bersih dan pengembangan vaksin hingga antibiotik, bersama dengan perbaikan nutrisi.

Antara tahun 1990 dan 2019, harapan hidup manusia saat lahir meningkat hampir sembilan tahun hingga usia 72 tahun, ungkap PBB.

Sementara itu, masyarakat di negara-negara termiskin meninggal sekitar tujuh tahun lebih awal dari rata-rata global karena tingginya tingkat kematian anak dan ibu, ditambah dengan situasi konflik dan epidemi HIV.

Harapan hidup turun satu tahun menjadi 71 pada tahun 2021, sebagian besar karena efek pandemi Covid-19. Namun, orang yang lahir pada tahun 2050 diperkirakan akan hidup rata-rata hingga usia 77 tahun.


Populasi Dunia Tembus 8 Miliar, PBB Suarakan Ancaman Krisis Pangan Hingga Iklim

Ilustrasi populasi
Ilustrasi populasi. (AFP)

Dengan populasi dunia yang sudah menembus delapan miliar orang, PBB juga memperingatkan bertambahnya risiko krisis di sejumlah negara yang sudah menghadapi kelangkaan sumber daya karena perubahan iklim.

Dilansir dari The Straits Times, Selasa (15/11/2022), proyeksi PBB menyebut, apakah masalah itu terkait pangan atau air, baterai atau bensin, akan ada lebih sedikit yang bisa dihabiskan karena populasi global bertambah 2,4 miliar orang lagi pada tahun 2080-an.

"Setiap orang membutuhkan bahan bakar, kayu, air, dan tempat untuk pulang," kata Stephanie Feldstein, direktur populasi dan keberlanjutan di Center for Biological Diversity.

PBB memperingatkan bahaya dari tekanan sumber daya di negara-negara Afrika, di mana populasi diperkirakan akan meningkat. Ini juga di antara negara-negara yang paling rentan terhadap dampak iklim, dan paling membutuhkan pendanaan iklim.

Di Afrika sub-Sahara, di mana sekitar 738 juta orang sudah hidup tanpa persediaan makanan yang memadai, populasinya diproyeksikan melonjak 95 persen pada pertengahan abad ini, menurut Institute for Economics and Peace.

Lembaga tersebut bahkan memperingatkan dalam sebuah laporan pada Oktober 2022 bahwa sebagian besar negara di kawasan Afrika sub-Sahara tidak akan memiliki lingkungan berkelanjutan pada pertengahan abad ini.

Secara global, naiknya populasi hingga delapan miliar mewakili bertambahnya satu miliar orang di Bumi hanya dalam 11 tahun terakhir.


Risiko Besar

Antrean Panjang Vaksin Booster COVID-19 di Inggris
Orang-orang antre (kanan) untuk mendapatkan suntikan vaksin booster Covid-19 di Rumah Sakit St Thomas, London, Senin (13/12/2021). Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Minggu (12/12) memperingatkan "gelombang pasang" yang meningkat akibat Varian Omicron. (AP Photo/Matt Dunham)

John Wilmoth, direktur divisi kependudukan PBB mengatakan bahwa populasi dunia yang menembus delapan miliar menjadi "tanda keberhasilan manusia, tetapi juga merupakan risiko besar bagi masa depan kita".

Negara-negara berpenghasilan menengah, yang sebagian besar berada di Asia, menyumbang sebagian besar pertumbuhan itu, menambah sekitar 700 juta orang sejak 2011.

India menambahkan sekitar 180 juta populasi, dan akan melampaui China sebagai negara terpadat di dunia tahun depan.

Namun, kelahiran terus menurun di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang.

China juga telah berjuang dengan program kebijakan satu anak, dan tahun lalu mendesak keluarga untuk hanya memiliki dua anakkarena juga membatasi akses ke aborsi non-medis.

Bahkan ketika populasi global mencapai titik tertinggi, para ahli demografi mencatat bahwa tingkat pertumbuhan telah turun terus-menerus hingga kurang dari 1 persen per tahun. Tetapi hal ini tidak menutup memungkinkan populasi dunia mencapai sembilan miliar orang hingga 2037.

INFOGRAFIS JOURNAL_Konflik Ukraina dan Rusia Ancam Krisis Pangan di Indonesia?
INFOGRAFIS JOURNAL_Konflik Ukraina dan Rusia Ancam Krisis Pangan di Indonesia? (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya