Krisis Politik Peru: Status Keadaan Darurat Diperpanjang dan Diperluas

Penerapan status keadaan darurat memberi wewenang kepada militer untuk mendukung tindakan polisi dalam memulihkan ketertiban umum.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 06 Feb 2023, 12:04 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2023, 12:04 WIB
Imbas Kerusuhan Peru, Situs Machu Picchu Ditutup
Turis menunggu di luar stasiun kereta Machu Picchu setelah layanan kereta api dihentikan karena kerusakan yang diduga disebabkan oleh pengunjuk rasa di Machu Picchu, Peru, Sabtu (21/1/2023). Ratusan orang, kebanyakan orang asing, saat ini terjebak di kaki benteng Inca abad ke-15. (Photo by Carolina Paucar / AFP)

Liputan6.com, Lima - Pemerintah Peru pada Minggu (5/2/2023), memperpanjang dan memperluas status keadaan darurat untuk menangani demonstrasi antipemerintah selama dua bulan terakhir. Aksi yang diwarnai bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan tersebut telah menewaskan 48 orang.

Tujuh wilayah Peru selatan, Madre de Dios, Cusco, Puno, Apurimac, Arequipa, Moquegua, dan Tacna, termasuk dalam status keadaan darurat yang akan berlaku selama 60 hari. Demikian diumumkan media pemerintah seperti dikutip dari VOA, Senin (6/2/2023).

Pada 13 Januari, pemerintah Peru telah memperpanjang status keadaan darurat selama 30 hari untuk Lima, El Callao, Cusco, dan Puno.

Dengan perpanjangan baru yang tidak mencakup ibu kota Lima dan El Callao, yang menampung bandara utama dan terminal maritim negara itu, status keadaan darurat di sana akan berakhir pada pertengahan Februari.

Penerapan status keadaan darurat memberi wewenang kepada militer untuk mendukung tindakan polisi dalam memulihkan ketertiban umum serta menangguhkan hak konstitusional seperti kebebasan bergerak dan berkumpul.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Krisis Politik

Kehidupan Warga Peru di Tengah Krisis Politik yang Membara
Ribuan orang bersenang-senang di pantai Agua Dulce di Lima, Peru, Minggu (29/1/2023). Peru berada di tengah gejolak politik sejak mantan Presiden Pedro Castillo dimakzulkan dan ditangkap karena mencoba membubarkan Kongres dan digantikan oleh Wakil Presidennya Dina Boluarte, yang memicu protes keras. (AP Photo/Martin Mejia)

Peru telah dilanda krisis politik dengan demonstrasi hampir setiap hari sejak 7 Desember 2022, ketika presiden saat itu, Pedro Castillo ditangkap setelah berusaha membubarkan kongres dan pemerintahan melalui dekrit.

Blokade jalan oleh para pengunjuk rasa telah menyebabkan kekurangan makanan, bahan bakar, dan komoditas pokok lainnya di sejumlah wilayah di wilayah Andes.

Adapun tuntutan para demonstran antara lain pembubaran kongres, pembentukan konstitusi baru, dan pengunduran diri Presiden Dina Boluarte. Sejumlah upaya untuk memungkinkan berlangsungnya pemilu lebih awal mengalami kebuntuan.

Demonstrasi didorong oleh penduduk asli Peru yang miskin di selatan negara itu. Mereka memandang Castillo, yang juga berasal dari keluarga sederhana dan memiliki akar Pribumi, sebagai sekutu dalam perjuangan mereka melawan kemiskinan, rasisme, dan ketidaksetaraan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya