Liputan6.com, Washington - Seorang perwira militer senior Amerika Serikat (AS) memberi tahu anggota kongres pada Januari lalu bahwa per Oktober 2022, China memiliki lebih banyak peluncur rudal balistik antarbenua (ICBM) tetap dan bergerak berbasis darat dibanding AS. Hal tersebut terungkap melalui surat komandan Komando Strategis AS Jenderal Anthony Cotton kepada kongres.
Dalam surat itu, Cotton juga mengungkapkan bahwa China tidak memiliki lebih banyak ICBM atau hulu ledak nuklir dibanding AS.
Baca Juga
Kemudian dalam pernyataan bersama yang dirilis pada Selasa (7/2/2023), Republikan dari Komite Angkatan Bersenjata Kongres menyebutkan, surat Cotton itu sebagai seruan untuk "membangunkan AS".
Advertisement
"Tidaklah meremehkan untuk mengatakan bahwa program modernisasi nuklir China berkembang lebih cepat dari yang diyakini kebanyakan orang. Kita tidak punya waktu untuk disia-siakan dalam menyesuaikan postur kekuatan nuklir kita untuk menghalangi Rusia dan China. Ini berarti jumlah yang lebih tinggi dan kemampuan baru," tulis pernyataan itu seperti dikutip dari CNN, Rabu (8/2).
Rincian surat Cotton pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal.
Meskipun AS memiliki persenjataan nuklir yang lebih besar daripada China, namun upaya Beijing untuk memodernisasi dan meningkatkan kemampuan nuklirnya telah membuat khawatir anggota kongres dan menarik perhatian para pemimpin militer AS.
ICBMÂ sendiri adalah pokok dalam triad nuklir AS, yang mencakup sistem peluncuran nuklir di darat, udara, dan laut. Menurut Kementerian Pertahanan AS, ICBM didistribusikan ke 400 silo bawah tanah yang diperkeras dengan 50 silo lainnya dan dijaga dalam status hangat.
Gudang senjata AS juga mencakup lebih dari selusin kapal selam yang mampu meluncurkan rudal balistik dan armada pengebom berkemampuan nuklir.
Pada tahun 2022, stok hulu ledak nuklir AS jauh melampaui China. Menurut Federasi Ilmuwan Amerika, AS memiliki total lebih dari 5.000 hulu ledak nuklir, dengan 1.644 di antaranya dalam status dikerahkan.
China, sementara itu, baru-baru ini telah melampaui 400. Dan sementara perbedaan stoknya signifikan, sebuah laporan Pentagon yang dirilis pada November menyebutkan, China sedang membangun cadangan nuklirnya dengan kecepatan yang semakin cepat dan dapat memiliki sekitar 1.500 hulu ledak nuklir pada tahun 2035 jika mereka mempertahankan lajunya.
Ketegangan AS-China
Kabar mengenai surat Cotton muncul ketika ketegangan antara Washington dan Beijing meningkat atas balon mata-mata China yang ditembak jatuh militer AS di atas Samudra Atlantik pada Sabtu (4/2).
Dalam sebuah pernyataan yang mendekati permintaan maaf pada Jumat (3/2), Kementerian Luar Negeri China mengatakan, balon itu adalah kapal udara sipil yang digunakan terutama untuk penelitian meteorologi. Mereka mengklaim, kapal udara itu memiliki kemampuan "beroperasi sendiri" yang terbatas dan telah menyimpang jauh dari jalur yang direncanakan karena angin.
"Pihak China menyesalkan masuknya kapal udara yang tidak disengaja ke wilayah udara AS karena force majeure," sebut pernyataan itu, mengutip istilah hukum yang digunakan untuk merujuk pada peristiwa yang di luar kendali seseorang.
Imbas dari insiden balon mata-mata ini, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menunda perjalanan ke Beijing. Dan keputusan Presiden Joe Biden untuk menembak jatuh balon itu semakin meningkatkan ketegangan antara Washington dan Beijing.
Retorika Beijing mengeras secara signifikan pasca tindakan militer AS menembak jatuh balon mata-mata tersebut.
Kementerian Luar Negeri China mencap AS bereaksi berlebihan dan melanggar praktik internasional secara serius. Kementerian Pertahanan China juga menyatakan protes serius, memperingatkan pihaknya juga berhak menggunakan cara yang diperlukan untuk menghadapi situasi serupa.
Â
Advertisement