Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (14/3/2023), menepis tuduhan bahwa Ukraina mungkin berada di balik ledakan yang merusak pipa gas Nord Stream pada September 2022 di Laut Baltik. Sebaliknya, Putin kembali menuding Amerika Serikat (AS) sebagai dalangnya.
Pernyataan Putin tersebut muncul setelah media AS dan Jerman mempublikasikan laporan bahwa ada bukti Ukraina atau setidaknya warga Ukraina kemungkinan bertanggung jawab atas ledakan Nord Stream. Ukraina sendiri telah membantah terlibat.
Baca Juga
Surat kabar Jerman Die Zeit dan penyiar publik ARD dan SWR melaporkan bahwa para penyelidik meyakini lima pria dan seorang wanita menggunakan kapal pesiar yang disewa oleh perusahaan milik Ukraina di Polandia untuk melancarkan serangan. Jaksa federal Jerman mengonfirmasi bahwa sebuah kapal telah digeledah pada Januari.
Advertisement
Kapal tersebut dilaporkan dikembalikan ke pemiliknya dalam keadaan tidak bersih, di mana penyelidik menemukan jejak bahan peledak di kabin.
Putin menolak gagasan tersebut. Dia mencapnya sebagai omong kosong belaka.
"Ledakan semacam itu, yang begitu kuat dan dalam, hanya dapat dilakukan oleh para ahli yang didukung oleh seluruh potensi negara yang memiliki teknologi yang relevan," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi pada Selasa (14/3/2023) seperti dikutip dari AP, Rabu (15/3).
Presiden Rusia itu bersikeras bahwa AS memiliki motif untuk melakukan ledakan, dengan mengatakan ingin menghentikan pasokan gas alam Rusia yang murah ke Jerman dan menyediakan gas alam cair yang lebih mahal.
Putin Kecam Pemimpin Eropa karena Diam
Kremlin, pekan lalu menggambarkan klaim tentang keterlibatan Ukraina dalam ledakan pipa Nord Stream sebagai bagian dari upaya menutup-nutupi oleh Barat.
Putin pada Selasa mengecam para pemimpin Eropa karena diam tentang ledakan Nord Stream. Dia menuduh bahwa sikap diam mereka mencerminkan posisi tunduk Eropa terhadap AS.
"Orang Eropa telah kehilangan gen kemerdekaan, kedaulatan, dan kepentingan nasional," kata Putin sambil menyeringai. "Semakin mereka (AS) memukul hidung atau bagian atas kepala mereka (Eropa), semakin rendah mereka (Eropa) membungkuk dan semakin lebar mereka (AS) tersenyum."
Selain membuat pipa tidak bisa dioperasikan, ledakan yang menghantam Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 juga memicu kebocoran gas yang signifikan.
Pejabat AS awalnya menyebut bahwa Rusia mungkin adalah pihak yang harus disalahkan. Rusia sendiri menyalahkan AS dan Inggris.
Investigasi oleh negara-negara Eropa, termasuk Denmark, yang perairannya dilalui pipa, dan Jerman belum memberikan hasil yang konklusif.
Putin menyuarakan penyesalan bahwa Rusia telah ditolak aksesnya ke materi penyelidikan. Dia menambahkan bahwa raksasa gas alam Gazprom Rusia telah mengirim kapal untuk memeriksa dasar laut di dekat ledakan dan melihat apa yang tampak seperti antena di dekat persimpangan antar pipa sekitar 30 kilometer dari lokasi ledakan.
Putin menduga bahwa antena itu digunakan untuk memicu alat peledak lain yang tidak meledak karena sejumlah alasan yang masih belum jelas. Dia berharap otoritas Denmark membentuk tim gabungan untuk memeriksa daerah tersebut secara menyeluruh.
Advertisement