Liputan6.com, Yerusalem - Seorang remaja Palestina berusia 17 tahun angkat bicara karena menjadi korban serangan pasukan Israel di area Masjid Al-Aqsa pada Rabu 5 April 2023. Ia mengaku dipukul oleh polisi Israel ketika berusaha bangkit berdiri.
"Dua kali saya berusaha mengangkat kepala saya dan saat dua-duanya (polisi) memukul saya dengan bagian belakang pistol mereka di kepala saya," ujar Shadi (nama samaran) seperti dikutip Amnesty International, Minggu (9/4/2023).
Baca Juga
"Seluruh tubuh saya sakit akibat pemukulan dan luka-luka," lanjutnya.
Advertisement
Meski luka-luka, Shadi mengaku banyak korban lain yang dipukul lebih parah darinya. Ia berkata lukanya tak sebanding dengan yang dialami orang-orang tersebut.
Shadi sempat ditangkap namun dilepas pada hari Rabu itu juga. Namun, ia dilarang ke area Kota Tua dan Al-Aqsa selama satu pekan.
Ambulans Kena Peluru Karet
Palestinian Red Crescent Society (PRCS) berkata sejumlah personil medis mereka turut jadi sasaran serangan pada insiden Selasa malam lalu. Salah satu ambulans juga terkena peluru karet.
Staf juga tidak bisa masuk ke area masjid untuk menolong korban.
"Staf kami dicegah masuk ke halaman masjid dan pekerjaan kami terganggu," ujar Muhammed Fityani dari PRCS. "Salah satu paramedis kami secara langsung diserang dan dipukuli, dan dua ambulans kami ditarget, salah satunya dengan peluru karet."
Pada Rabu dan Kamis, setelah insiden yang terjadi, rudal ditembakan antara pihak Palestina dan Israel.
Amnesty International mencatat pasukan Israel kerap melakukan penyerbuan ke Al-Aqsa saat Ramadhan. Pada 2021, 170 warga Palestina terluka karena serangan Israel.
Kedubes Palestina: 500 Orang di Al-Aqsa Ditangkap Israel
Sementara itu, Kedutaan Besar Palestina di Indonesia mengungkap bahwa ada 500 orang yang menjadi target penangkapan oleh pasukan Israel di kawasan Masjid Al-Aqsa, Rabu (5/4). Pihak Kedubes menyebut hal itu sebagai invasi ilegal.
"Pasukan pendudukan Israel secara ilegal menginvasi Al Aqsa, secara barbar menyerang laki-laki, perempuan, dan anak-anak, tanpa peduli hukum menangkap lebih dari 500 jemaah, mencegah ambulans merawat ratusan jemaah yang terluka, menyebabkan kerusakan yang tak bisa diperbaiki ke Masjid, termasuk menyebabkan api di satu lokasi," tulis pernyataan resmi Kedubes Palestina yang terima Liputan6.com, Jumat (7/4/2023).
Pihak Palestina turut menegaskan bahwa Israel tidak memiliki kedulautan apa pun di bagian Masjid Al-Aqsa, dan jemaah Palestina memiliki hak absolut untuk beribadah dengan bebas dan aman kapan pun mereka mau.
Serangan Israel lantas dianggap melukai hak dasar rakyat Palestina untuk beribadah dengan bebas di lokasi-lokasi suci, terutama di bulan suci Ramadhan. Israel juga dituding melanggar hukum internasional dengan membatasi jadwal ibadah rakyat Palestina.
Tetapi, Israel disebut membiarkan para pemukim untuk melakukan aksi-aksi provokatif. Palestina berkata pihak-pihak internasional harus menghentikan tindakan brutal Israel yang sistematis.
"Komunitas internasional wajib untuk meminta pertanggungjawaban Israel dan pejabat-pejabatnya atas kejahatan-kejahatan mereka. Rakyat Palestina akan terus melaksanakan hak mereka untuk mempertahankan Yerusalem, masjid-masjidnya dan gereja-gerejanya, dari agresi Israel yang terus-menerus," tegas pihak Kedubes Palestina.
Pemerintah Indonesia dan pendukung Palestina di dalam negeri juga diminta untuk melakukan intervensi dan mengaktivasi mekanisme hukum internasional dan kemanusiaan untuk membuat Israel bertanggung jawab atas aksi-aksi mereka.
"Komunitas internasional perlu mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk membantu menghentikan pelanggaran HAM dan kejahatan perang yang dilakukan Israel," demikian pernyataan Kedubes Palestina.
Advertisement
PBB Ikut Prihatin
Perwakilan PBB untuk Perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland, mengaku terganggu melihat insiden yang terjadi pada Rabu dini hari waktu setempat.
Selain itu, Wennesland meminta agar pihak Palestina jangan menyimpan kembang api dan batu di masjid.
"Saya terganggu dengan pemukulan warga Palestina oleh pasukan keamanan Israel dan banyaknya penahanan. Saya juga dengan kuat menolak penyimpanan dan penggunaan kembang api dan batu-batuan oleh warga Palestina dari dalam masjid," ujarnya.
Sekjen PBB Antonio Guterres juga mengaku kaget dan geram terhadap foto-foto kekerasan yang beredar. Jubir PBB Stephane Dujarric juga mengingatkan bahwa bulan ini adalah suci bagi warga Yahudi, Kristen, dan Muslim.
"Ini seharusnya menjadi waktu perdamaian dan bukan kekerasan. Tempat-tempat ibadah seharusnya hanya digunakan untuk pelaksaan keagamaan yang damai," ujar jubir PBB.
Indonesia Mengutuk Kekerasan Israel di Masjid Al-Aqsa, Desak PBB Segera Bertindak Nyata
Sebelumnya dilaporkan, pemerintah Republik Indonesia (RI) melalui kementerian luar negeri (kemlu) mengutuk kekerasan Israel di Kompleks Masjid Al-Aqsa.
"Indonesia mengutuk tindak kekerasan aparat keamanan Israel di Masjid Al-Aqsa di bulan suci Ramadhan yang menyebabkan sejumlah jemaah terluka dan penangkapan ratusan lainnya," demikian pernyataan Kemlu RI yang dikutip via Twitter, Kamis (6/4/2023).
"Tindakan ini sungguh menyakit perasaan umat muslim dunia, pelanggaran nyata terhadap kesucian Al-Aqsa dan akan memicu konflik dan kekerasan."
Kemlu RI menambahkan, "Indonesia mendesak PBB dan dunia internasional segera mengambil langkah nyata guna menghentikan dan mengakhiri berbagai pelanggaran Israel terhadap Al-Aqsa."
Dengan ketegangan yang sudah memuncak di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem Timur selama berbulan-bulan, berbagai pihak telah memperingatkan tentang risiko babak baru kekerasan di Kompleks Masjid Al-Aqsa pada waktu-waktu yang sangat sensitif.
Tahun lalu, untuk pertama kali bulan suci Ramadhan dan hari raya Paskah Yahudi dirayakan bersamaan dalam tiga dekade. Kekerasan pecah selama beberapa hari berturut-turut ketika polisi Israel "membersihkan" halaman kompleks masjid sebelum mengawal pengunjung Yahudi.
Advertisement