Adik Kim Jong Un Sebut Presiden Biden 'Pikun', Tegaskan Korut untuk Terus Mengembangkan Rudal Nuklir

Korea Utara mengatakan akan terus menampilkan lebih banyak kekuatan militer, termasuk misi untuk mengembangkan rudal nuklir, sebagai tanggapan atas perjanjian pencegahan nuklir AS-Korea Selatan yang baru.

oleh Hariz Barak diperbarui 29 Apr 2023, 16:01 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2023, 16:01 WIB
Korea Utara-Korea Selatan
Ekspresi Kim Yo Jong saat melakukan pertemuan dengan Presiden Korsel, Moon Jae-in di Seoul, Korea Selatan, Sabtu, (10/2). Presiden Moon mengadakan makan siang untuk pejabat senior Korut termasuk adik Kim Jong-Un. (Kim Ju-sung/Yonhap via AP)

Liputan6.com, Pyongyang - Rezim Korea Utara mengatakan akan terus menampilkan lebih banyak kekuatan militer sebagai tanggapan atas perjanjian pencegahan nuklir AS-Korea Selatan yang baru.

Hal itu disampaikan oleh adik perempuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong pada Jumat 28 April 2023.

Pada kesempatan yang sama, Kim Yo Jong juga mengejek Presiden AS Joe Biden dengan menyebutnya sebagai "orang yang pikun", demikian seperti dikutip dari The Guardian (29/4/2023).

Komentar Kim Yo Jong muncul setelah Biden menghadiri pertemuan puncak dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di Washington DC pada Rabu 26 April 2023. Dalam pertemuan itu, Biden mengatakan bahwa setiap serangan nuklir Korea Utara terhadap AS atau sekutunya (termasuk Korsel) akan "menyebabkan berakhirnya rezim" yang menyulut provokasi.

Merespons Biden, Kim mengatakan, "Ini dapat dianggap sebagai pernyataan yang tidak masuk akal dari orang yang pikun yang sama sekali tidak mampu mengambil tanggung jawab atas keamanan dan masa depan AS, seorang lelaki tua tanpa masa depan, karena terlalu berat baginya untuk keluar dari masa bakti dan dua tahun sisa masa jabatannya."

Pertemuan Biden dengan Yoon terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea. Korea Utara semakin meningkatkan unjuk gigi persenjataannya guna merespon balik latihan gabungan militer AS-Korea Selatan yang juga semakin intensif.

Sejak awal tahun 2022, Korea Utara telah melakukan uji tembak sekitar 100 rudal, termasuk beberapa demonstrasi rudal balistik antarbenua yang dirancang untuk mencapai daratan AS dan serangkaian peluncuran jarak pendek yang digambarkan Korea Utara sebagai simulasi serangan nuklir di Korea Selatan.

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un diperkirakan akan mempercepat upaya memperkuat status Korea Utara sebagai kekuatan nuklir dan pada akhirnya menegosiasikan konsesi ekonomi dan keamanan AS.

Komitmen AS dan Korea Selatan Picu Korea Utara Terus Mengembangkan Rudal Nuklir

Kim Jong-un sedang menandatangani sebuah buku tamu dengan didampingi adiknya Kim Yo-jong.
Kim Jong-un sedang menandatangani sebuah buku tamu dengan didampingi adiknya Kim Yo-jong. (AP)

Selama pertemuan puncak mereka, Biden dan Yoon mengumumkan upaya pencegahan nuklir baru yang menyerukan operasi berkala kapal selam bersenjata nuklir AS di Korea Selatan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.

Kedua negara juga berkomitmen utnu memperkuat pelatihan militer.

AS-Korsel juga berkomitmen untuk rencana konsultasi bilateral tingkat tinggi jika terjadi serangan nuklir Korea Utara, pembentukan kelompok konsultatif nuklir dan peningkatan berbagi informasi tentang rencana operasi senjata nuklir dan strategis.

Korea Utara menyebut serangkaian komitmen itu sebagai "cerminan keinginan tindakan yang paling bermusuhan dan agresif" terhadap Korea Utara dan akan mendorong perdamaian dan keamanan regional ke dalam "bahaya yang lebih serius".

Kim Yo Jong, yang merupakan salah satu pejabat tinggi kebijakan luar negeri rezim Kim Jong Un mengatakan bahwa KTT AS-Korsel semakin memperkuat keyakinan Korea Utara untuk meningkatkan kemampuan senjata nuklirnya.

Dia mengatakan, sangat penting bagi Korea Utara untuk menyempurnakan senjata nuklir mereka di bawa doktrin "pencegahan" atas ancaman yang mungkin muncul.

Dia menambahkan: "Semakin banyak musuh mati-matian dalam melakukan latihan perang nuklir, dan semakin banyak aset nuklir yang mereka gunakan di sekitar Semenanjung Korea, semakin kuat pelaksanaan hak kami untuk membela diri dan menjadi seimbang dengan mereka."

Korea Utara telah lama menggambarkan latihan militer reguler AS dengan Korea Selatan sebagai latihan invasi, sementara sekutu menggambarkan latihan tersebut sebagai latihan pertahanan.

Banyak ahli mengatakan Kim Jong Un kemungkinan menggunakan latihan militer saingannya sebagai dalih untuk memajukan program senjatanya, memperkuat kepemimpinan domestiknya dan diakui sebagai negara nuklir yang sah untuk mencabut sanksi internasional terhadap Korea Utara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya