Liputan6.com, London - Penobatan Raja Charles III (74) dan Ratu Camilla (75) dari Kerajaan Inggris pada 6 Mei 2023 mengundang antusiasme dari penjuru dunia. Bagaimana tidak, perhelatan semacam itu terakhir kali dilaksanakan pada 2 Juni 1953, saat mendiang Ratu Elizabeth II dimahkotai di Westminster Abbey pada usia 25 tahun.
Sejumlah tamu, mulai dari kalangan bangsawan asing, selebritas, hingga pemimpin asing telah mengonfirmasi kehadiran dalam penobatan Raja Charles III dan Ratu Camilla. Dari kawasan Asia Tenggara, Presiden dan Ibu Negara Filipina Ferdinand Marcos Jr. dan Louise Araneta-Marcos sudah memastikan kedatangan mereka.
Baca Juga
Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Diundangkah? Jika iya, apakah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Negara Iriana Widodo akan hadir?
Advertisement
Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk Inggris, merangkap Irlandia, dan International Maritime Organization Desra Percaya mengonfirmasi bahwa seperti halnya negara lain, Indonesia, juga menerima undangan penobatan Raja Charles III dan Ratu Camilla.
"Undangan ditujukan kepada kepala negara atau kepala pemerintahan, dalam hal ini Presiden Jokowi. Melalui Ibu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Presiden Jokowi memberikan arahan agar duta besar RI di London mewakili Indonesia. Hal ini karena bapak presiden harus berada di Indonesia untuk mempersiapkan KTT ASEAN 9-11 Mei 2023," demikian penjelasan Desra kepada Liputan6.com, Jumat (28/4/2023).
Lebih lanjut, Desra menjelaskan, penetapan tanggal penobatan sebenarnya sudah dari tahun lalu ketika Raja Charles III naik takhta.
"Namun, Kedutaan Besar RI dan seluruh perwakilan asing di London baru menerima informasi lanjutan bulan lalu. Awal April, undangan resmi pemerintah Inggris kepada presiden RI diterima KBRI London dan diteruskan ke pusat. Dalam kaitan ini, bapak presiden telah mengirimkan surat kepada Raja Charles III pada 14 April 2023, menyampaikan ucapan selamat atas nama pemerintah dan rakyat Indonesia," ungkap Desra.
Ketentuan Berbusana hingga Tempat Duduk Saat Upacara Penobatan Raja Charles III dan Ratu Camilla
Mengingat upacara penobatan bukan sekadar acara penting namun juga sakral, menarik untuk mengetahui ketentuan berbusana yang ditetapkan Kerajaan Inggris. Desra sendiri tidak menampik soal itu.
"Ini topik yang memang sangat menarik buat banyak orang. Protokol kerajaan mengatur khusus tata cara berbusana untuk setiap acara yang berbeda. Untuk penobatan, para tamu pria disarankan menggunakan morning dress sebagaimana saya gunakan saat upacara penghormatan (lying on state) almarhumah Ratu Elizabeth II tahun lalu. Namun, pakaian nasional juga diperkenankan. Untuk wanita, biasanya dress atau pakaian nasional. Karena kali ini acara bersifat perayaan, mungkin saya akan memilih menggunakan pakaian nasional untuk sekaligus mempromosikan Indonesia," kata Desra.
Sebagaimana acara kenegaraan termasuk di Indonesia, sebut Desra, ada aturan ketat soal barang yang boleh/tidak boleh dibawa.
"Keselamatan, keamanan, dan tentu kenyamanan para tamu negara adalah prioritas," tutur diplomat senior RI itu.
Mengenai rute yang akan ditempuh para tamu yang hadir dalam upacara penobatan, Desra mengatakan, "Pengaturan detail biasanya baru diinfokan menjelang acara, demi alasan keamanan. Apalagi Westminster Abbey dan Buckingham Palace merupakan dua bangunan yang cukup dekat dengan jalan umum. Banyak rekayasa lalu lintas hingga 5 km dari kedua lokasi ini."
"Dari pengalaman upacara lying on state lalu, para tamu negara bertemu di titik kumpul khusus tidak jauh dari Westminster Abbey dan kemudian bersama-sama naik bis yang disediakan ke lokasi. Kendaraan pribadi tidak diperkenankan dan akses menuju kedua lokasi juga ditutup untuk umum. Saya sendiri sudah sangat terbiasa berjalan kaki di London, termasuk saat pulang dari acara resmi di Buckingham Palace," ujar Desra.
Soal posisi duduk, Desra menuturkan, "Ada protokol kerajaan yang menentukan pengaturan posisi atau preseance, bahkan urutan duduk keluarga kerajaan juga ada formulanya. Ini bagian dari tata krama diplomatik. Informasi rinci baru akan diinfokan mendekati acara."
Advertisement
Persiapan untuk Menghadiri Upacara Penobatan 6 Mei 2023
Desra meyakini bahwa upacara penobatan pemimpin monarki Inggris akan sangat meriah.
"Yang jelas saya membayangkan acaranya akan sangat meriah dan bersejarah karena ini perayaan naik takhta yang pertama sejak Juni 1953 atau sekitar 70 tahun. Acara kenegaraan yang berhubungan dengan keluarga Kerajaan biasanya megah dan ramai pengunjung," beber Desra.
Dubes RI itu pun menjelaskan persiapannya.
"Pertama, sudah pasti stamina harus dijaga. Perlu antisipasi skenario berjalan kaki agar tidak terjebak macet. Prosesi acara konon lebih pendek dari tradisi sebelumnya, namun tetap saja cukup panjang. Istirahat yang cukup dan makan supaya energi tidak terkuras," kata dia.
"Kedua, sebagai tamu negara tentu kita harus paham betul 'the do’s and the dont’s'-nya. Acara penobatan merupakan hal sakral untuk kerajaan. Protokol kerajaan mengatur banyak hal rinci dan ini kita harus patuhi. Saya pun jadi semakin mempelajari informasi tentang sejarah Inggris."
Dan yang ketiga, "Acara ini juga menjadi momentum penting pemajuan hubungan bilateral Indonesia-Inggris karena Raja Charles III selama ini dikenal sebagai sahabat dekat Indonesia. Tahun depan kedua negara juga akan merayakan 75 tahun hubungan bilateral. Jadi, mungkin lebih sebagai persiapan ke depan untuk memanfaatkan momentum ini dengan harapan membawa kemitraan kita semakin maju dan berkembang dengan Inggris di bawah kepemimpinan Raja Charles III."