Liputan6.com, Vilnius - Swedia, pada Senin (10/7/2023), berhasil mengamankan persetujuan Turki untuk menjadi anggota NATO ke-32. Hal tersebut terjadi setelah Perdana Menteri Ulf Kristersson mencapai kesepakatan dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam pembicaraan keduanya di Vilnius, Lithuania, jelang KTT NATO pada 11-12 Juli.
Sebagai imbalannya, Swedia akan membantu menghidupkan kembali peluang Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa, yang mandek sejak tahun 2018.
Baca Juga
Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa Erdogan berkomitmen untuk memproses aksesi Swedia ke parlemen Turki sesegera mungkin.
Advertisement
"Ini adalah hari bersejarah karena kami memiliki komitmen yang jelas dari Turki untuk menyerahkan dokumen ratifikasi kepada Majelis Agung Nasional Turki dan bekerja sama juga dengan majelis tersebut untuk memastikan ratifikasi," ujar Stoltenberg seperti dilansir AP, Selasa (11/7).
Stoltenberg menambahkan bahwa hubungan Turki dengan Uni Eropa bukan masalah NATO. Namun, dia mengonfirmasi imbalan persetujuan Turki bagi Swedia adalah menghidupkan kembali aksesi Turki ke Uni Eropa.
Aksesi Swedia ke NATO tertahan oleh sikap keberatan Turki sejak tahun lalu. Dan ratifikasi protokol aksesi oleh parlemen Turki adalah salah satu langkah terakhir dalam proses tersebut.
"Hari ini kami mengambil langkah yang sangat besar menuju ratifikasi penuh," ungkap PM Kristersson.
Erdogan tidak memberikan komentarnya pasca kesepakatan. Namun, pada Senin pagi dia telah memperingatkan bahwa dia akan memblokir upaya Swedia untuk menjadi anggota NATO, kecuali negara itu membuka jalan bagi Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa.
Itu merupakan kali pertama Erdogan mengaitkan kedua isu ini.
"Bukalah jalan bagi keanggotaan Turki di Uni Eropa," ujar Erdogan sebelum bertolak ke Vilnius. "Saat Anda membuka jalan bagi Turki, kami akan membuka jalan bagi Swedia, seperti yang kami lakukan untuk Finlandia."
Sebelumnya, Turki memblokir aksesi Swedia karena Erdogan menilai Stockholm terlalu lunak terhadap militan Kurdi dan kelompok lain yang dia anggap sebagai ancaman keamanannya.
Turki sendiri pertama kali mendaftar untuk bergabung dengan organisasi multilateral yang sekarang dikenal sebagai Uni Eropa pada tahun 1987. Namun, pembicaraan mengenai keanggotaannya terhenti sejak tahun 2018 karena kemunduran demokrasi selama kepresidenan Erdogan, kekhawatiran tentang aturan hukum dan pelanggaran hak-hak, serta perselisihan dengan anggota Uni Eropa lainnya, Siprus.
Dari 31 negara anggota NATO, 22 di antaranya adalah anggota Uni Eropa.
Fokus KTT NATO Bergeser ke Perang dan Keanggotaan Ukraina
Amerika Serikat (AS) tentu saja menyambut baik kesepakatan Swedia dan Turki. Presiden Joe Biden mengatakan, dia akan bekerja sama dengan Turki untuk meningkatkan pertahanan dan pencegahan di kawasan Euro-Atlantik.
"Saya menantikan untuk menyambut PM Kristersson dan Swedia sebagai sekutu NATO ke-32," ujar Biden.
Pernyataan Biden, menurut sumber di pemerintah AS, adalah lampu hijau untuk memuluskan Turki mendapat jet tempur F-16 terbaru.
Belum jelas kapan keanggotaan Swedia akan disahkan, namun tercapainya kesepakatan antara Swedia dan Turki dinilai telah menggeser salah satu fokus KTT NATO ke perang Ukraina dan keanggotaan Ukraina di NATO.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky disebut akan menghadiri KTT NATO secara langsung pada Rabu 12 Juli.
Terkait prospek keanggotaan Ukraina, sekjen NATO mengatakan bahwa yang terpenting adalah terus mendukung upaya Ukraina melawan invasi Rusia.
Advertisement