Liputan6.com, San Francisco - Mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Scot Marciel menyebut 'ramuan racikan' ASEAN terkait situasi politik di Myanmar tak mampu berbuat banyak.
"Dua tahun lebih 5 poin konsensus belum menghasilkan apa-apa. Saya pikir itu didasarkan pada pemahaman yang salah tentang apa situasinya," kata Scot Marciel dalam event yang diselenggarakan oleh Asia Society Northern California kepada 20 jurnalis yang terpilih dalam program FPC Reporting Tour on Security and Economic Prosperity in the Indo-Pacific Region dari Kemlu Amerika Serikat, Kamis (13/7/2023).
Baca Juga
"Terlebih hal ini didasarkan pada gagasan yang terdengar hebat dalam teori," lanjut Scot menyinggung soal upaya ASEAN lewat 5 poin konsensusnya.
Advertisement
Scot Marciel menyebut bahwa militer Myanmar hingga saat ini masih melakukan kekerasan dan tidak tertari melakukan pembicaraan apa pun.
"Berdasarkan pandangan saya dan asumsi saya bahwa ini adalah semacam perang saudara antara dua faksi politik dan militer di negara itu ingin merebut kekuasaan."
"Sejauh ini saya tidak melihat perkembangannya (5 poin konsensus)."
Scot menyebut bahwa ia ingin melihat lebih banyak di negara-negara ASEAN untuk menyelesaikan masalah ini.
Di sisi lain, ia turut mengatakan: "Saya ingin melihat lebih banyak upaya dari AS terkait kondisi di Myanmar."
Sejauh ini Indonesia telah menggelar 110 pendekatan dengan Myanmar sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah kudeta oleh junta militer di negara tersebut. Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi juga menegaskan bahwa Lima Poin Konsensus (5PC) tetap menjadi acuan bagi ASEAN untuk menyelesaikan isu Myanmar.
"Indonesia memiliki pendekatan yang sangat intensif dan luas dengan semua pemangku kepentingan. Lebih dari 110 pendekatan telah dilakukan sejauh ini. Ini suatu hal yang sangat kompleks, dan itu tidak mudah sama sekali," ujarnya dalam pembukaan pertemuan ke-56 menlu ASEAN sesi retret, Rabu (12/7/2023).
"Oleh karena itu, 5PC menjadi acuan utama, dan implementasi 5PC harus tetap menjadi fokus ASEAN. Pemimpin ASEAN di Phnom Penh menyatakan bahwa upaya lain harus mendukung implementasi 5PC," tambah Menlu Retno.
Penekanan 5 Poin Konsensus Masih Dipakai oleh ASEAN
Dalam pertemuan tersebut, Menlu Retno menegaskan bahwa slogan "no one left behind" tetap harus digaungkan di antara para anggota negara ASEAN.
"Pendekatan hanyalah sebuah sarana. Ini adalah waktu yang tepat untuk mendorong dialog antara mereka. Dialog akan membuka jalan menuju solusi politik dan hanya solusi politik yang akan menghasilkan perdamaian yang berkepanjangan," jelas Retno.
Adapun Lima Poin Konsensus mengenai Myanmar adalah:
1. Kekerasan harus segera dihentikan di Myanmar dan semua pihak harus menahan diri sepenuhnya;
2. Dialog konstruktif di antara semua pihak terkait mulai mencari solusi damai untuk kepentingan rakyat;
3. Utusan khusus Ketua ASEAN akan memfasilitasi mediasi proses dialog, dengan bantuan Sekretaris Jenderal ASEAN;
4. ASEAN akan memberikan bantuan kemanusiaan melalui AHA Centre;
5. Utusan khusus dan delegasi akan mengunjungi Myanmar untuk bertemu dengan semua pihak terkait.
Advertisement
Indonesia Kecam Kekerasan di Myanmar
Lebih jauh lagi, Menlu Retno juga kembali menegaskan bahwa Indonesia mengecam dan mengutuk penggunaan kekerasan di Myanmar.
"Kami masih sangat prihatin melihat kekerasan yang meningkat secara terus menerus di Myanmar. Indonesia mengutuk keras penggunaan kekuatan dan kekerasan," kata Retno.
Dalam hal ini, Retno mendorong keterlibatan berbagai pihak untuk memberi bantuan bagi masyarakat sipil di Myannmar.
"Kami sangat mendesak semua pemangku kepentingan untuk mengecam kekerasan seperti ini untuk membangun kepercayaan. Selain itu, juga penting untuk menyampaikan bantuan kemanusiaan serta dialog," tambahnya.
Retno kemudian menjelaskan bahwa berbagai pihak, terlebih AHA Center, dapat menjangkau kelompok masyarakat yang membutuhkan.
"Saya berharap akses AHA Center dapat menjangkau mereka yang membutuhkan bantuan akan diberikan lebih lanjut, termasuk di Magway dan Sagaing," katanya.
Ia juga mengatakan bahwa terkait ini, peran East Asia Summit (EAS) dan ASEAN Regional Forum (ARF) menjadi platform inklusif yang penting bagi berbagai pihak yang terlibat.
Seputar FPC Reporting Tour Terkait Keamanan dan Ekonomi di Kawasan Indo Pasifik
Tahun ini, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat lewat Foreign Press Centers (FPC) menyelenggarakan Reporting Tour dengan tema Security and Economic Prosperity in the Indo-Pacific Region atau Keamanan dan Ekonomi di Kawasan Indo Pasifik.
Program ini berfokus pada visi Administrasi Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk kawasan Indo-Pasifik yang makmur secara ekonomi dan memperkuat hubungan antara Amerika Serikat dan mitra di kawasan tersebut.
FPC Reporting Tour on Security and Economic Prosperity in the Indo-Pacific Region ini memberi para 20 jurnalis dari 18 negara kesempatan untuk melihat secara langsung bagaimana keamanan dan ekonomi memperkuat keamanan Indo-Pasifik.
Program berlangsung para 11-21 Juli 2023 di San Francisco, California dan Honolulu, Hawaii.
Advertisement