Liputan6.com, London - Dua tahun belakangan, Mubarak Ahmad menjadi relawan di Al Fazl Mosque, masjid tertua di London, ibu kota Inggris. Ia bertugas di toko buku yang juga menjual terjemahan Alquran berbagai bahasa, aksesoris, dan tak ketinggalan kopiah hitam yang tenar disebut 'Sukarno's cap' alias pecinya Bung Karno.Â
Mubarak bercerita, nyawanya nyaris terenggut oleh COVID-19. Ia percaya, kekuatan doa yang membuatnya bisa bertahan. "Saya seperti mendapat kesempatan hidup kedua," kata dia, Rabu 26 Juli 2023. Dan itu lah yang membuatnya kian mantap jadi relawan di Masjid Al Fazl.Â
Baca Juga
Al Fazl Mosque didirikan mulai tahun 1924, kemudian diresmikan dua tahun setelahnya. Dindingnya putih, atapnya kubah hijau setinggi 10 meter di atas dasar persegi, dengan empat kubah kecil di sudut-sudutnya. Perancangnya, JH Mawson menggabungkan arsitektur Mughal dengan gaya Inggris, perpaduan Timur dan Barat.Â
Advertisement
Meski tak luas, dengan daya tampung sekitar 150 jemaah, keunikannya membuat masjid ini masuk daftar bangunan bersejarah atau National Heritage List for England (NHLE) Grade II pada 2018.
Masjid Al Fazl didirikan oleh komunitas Ahmadiyah, dari uang donasi para anggotanya, yang kaya hingga yang ekonominya terbatas, termasuk sumbangan para perempuan dari hasil menjual cincin, gelang, kalung, dan perhiasan lainnya. Biaya pengadaan tanah dan konstruksinya saat itu mencapai 6.223 poundsterling.Â
"Empat kalifah kami datang ke sini dan menjadi imam Salat Jumat," tambah Mubarak. Antara tahun 1984 hingga 2019, Masjid Al Fazl menjadi tempat tinggal kalifah komunitas Ahmadiyah dan secara de facto menjadi markas internasionalnya.
Status Al Fazl Mosque sebagai bangunan masjid tertua di London tak tergoyahkan meski seorang pemandu wisata, Abdul Maalik Tailor menemukan bukti keberadaan tempat ibadah lainnya yang ada pada tahun 1895.Â
Bedanya, itu bukan bangunan masjid, melainkan rumah. Seperti dikutip dari situs londonist.com, seorang pria bernama Haji Mohammed Dollie, pada tahun 1895 mengubah sebuah ruangan di rumahnya di Albert Street, dekat Regent's Park, menjadi masjid. Informasi yang dimuat The Daily News pada 12 Juni 1899 menjadi bukti.Â
Kisah Tamu Kehormatan yang Menghilang
Dua prasasti berbahasa Inggris dan Urdu menempel di bagian luar masjid. Di sana tertera tanggal 19 Oktober 1924 sebagai tanggal peletakan batu pertama pembangunan masjid yang dilakukan pemimpin komunitas Ahmadiyah, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad Khalifatul Masih II.Â
Kabar bahwa masjid pertama sedang dibangun di London membuat lokasi konstruksi di Southfields, Wandswort menjadi pusat perhatian. Maka bukan hal aneh ketika Minggu sore, 4 Oktober, ratusan berkumpul untuk menyaksikan peresmiannya.Â
Pemberitaan soal itu dimuat sejumlah koran Inggris, termasuk The Guardian. Media itu menyoroti misteri Pangeran Faisal, tamu kehormatan, yang menghilang misterius.Â
Pangeran Faisal, yang dijadwalkan hadir dalam pembukaan Masjid Al Fazl. Namun hingga saat-saat terakhir jelang acara, ia tak muncul.Â
The Guardian mengabarkan, satu atau duga hari sebelumnya, sejumlah surat kabar memberitaan bahwa Raja Arab Saudi mengirimkan telegram yang isinya melarang sang pangeran hadir dalam peresmian. Padahal, awalnya ia mengizinkan itu.
Tamu-tamu datang ke acara menemukan pengumuman yang terpajang soal 'pelarangan' tersebut. Posisi tamu kehormatan digantikan oleh Kahn Bahadur, Sheik Abdul Qadir, anggota Delegasi India untuk Liga Bangsa-Bangsa.
"Semua orang yang awalnya bersemangat jadi kecewa berat karena tidak bisa melihat pangeran muda yang tampan itu," demikian dikabarkan artikel berjudul, London First Mosque, Prince Feisul Mystery, Forbidden to Keep Engagement, yang dikutip dari situs The Guardian.
Penyebab sang pangeran tak datang belum jelas. Diduga, itu disebabkan sikap komunitas Ahmadiyah yang terlalu toleran terhadap pemeluk agama lain.
Peresmian hari itu dilakukan secara simbolis ketika pintu masjid yang berwarna hitam dibuka menggunakan kunci perak.Â
Advertisement
Pangeran Inggris Datang demi Taman
Sejumlah tokoh penting masuk dalam daftar tamu Masjid Al Fazl. Termasuk anggota keluarga Kerajaan Inggris.Â
Pada 2011, Pangeran Edward datang. Uniknya, ia ke sana untuk memeriksa taman masjid yang sudah beberapa kali diganjar penghargaan.Â
Sang pangeran hadir dalam kapasitas sebagai 'The London Gardens Society'. Kehadiran Edward, yang kini menjadi Duke of Edinburgh disambut pemimpin Ahmadiyah kala itu, Hazrat Mirza Masroor Ahmad. Keduanya sama-sama punya minat dalam hal hortikultura.Â
Selain taman, Pangeran Edward juga mengunjungi masjid dan taman pribadi di kompleks Al Fazl, di mana pohon ceri besar tumbuh subur di sana.
Seperti dikutip dari allislam.org, Hazrat Mirza Masroor Ahmad menginformasikan kepada Pangeran Edward tentang bagaimana Khilafat Ahmadiyah berbasis di Inggris sejak tahun 1984, setelah persekusi yang dialami di Pakistan.Â