Liputan6.com, Jakarta - Jepang dan Filipina memperkuat aliansi militernya, seiring upaya kedua negara dalam berupaya melawan pengaruh Beijing yang dianggap agresif di Laut China Selatan.
Berdiri di samping Presiden Ferdinand Marcos Jr di Manila pada Jumat (4/11) malam, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan, negaranya akan memulai pembicaraan formal untuk membentuk perjanjian akses timbal balik (RAA) yang memungkinkan kedua negara mengadakan latihan militer gabungan untuk pertama kalinya di pantai Filipina.
Baca Juga
Jepang juga memberikan hibah sebesar 600 juta yen kepada Angkatan Laut Filipina untuk membangun sistem radar pantai guna meningkatkan kemampuan kesadaran domain maritimnya, dikutip dari laman The Star, Kamis (9/11/2023).
Advertisement
Baik Kishida maupun Marcos tidak secara eksplisit menyebut Tiongkok dalam konferensi pers bersama mereka.
“Kami mempunyai keprihatinan yang serius mengenai situasi di Laut China Timur dan Laut Cina Selatan. Dan upaya untuk secara sepihak mengubah status quo,” kata Kishida, beberapa menit setelah mengumumkan bantuan keamanan resmi (OSA) terbaru Jepang kepada Filipina.
Kunjungan dua harinya ke Manila terjadi setelah berminggu-minggu ketegangan antara militer Filipina dan Tiongkok serta pasukan penjaga pantai di Laut China Selatan, tempat Manila dan Beijing saling mengklaim wilayah tersebut.
Jepang tidak memiliki klaim atas perairan ini, namun Tokyo memiliki sengketa wilayah dengan Beijing mengenai Laut China Timur.
Baik Filipina maupun Jepang terletak di dekat Taiwan, pulau dengan pemerintahannya sendiri yang dianggap oleh Beijing sebagai bagian dari China.
Jika RAA rampung, hal ini akan memungkinkan Jepang untuk mengerahkan pasukan, memasuki pangkalan militer dan membawa peralatan ke Filipina.
Pertimbangan Filipina JIka RAA dengan Jepang Diratifikasi
Marcos mengatakan, Filipina akan mendapatkan banyak keuntungan setelah RAA dengan Jepang diratifikasi.
“Kami menyadari manfaat dari pengaturan ini, baik bagi pertahanan dan personel militer kami, serta untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan kami,” katanya.
Lokasi geografis Filipina menjadikannya sekutu militer yang strategis bagi negara adidaya Jepang dan Amerika Serikat jika terjadi konflik Taiwan-Tiongkok, atau serangan bersenjata oleh Beijing di Laut China Timur dan Selatan.
Tumbuhnya pengaruh Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik telah mendorong Amerika Serikat, Jepang, dan Filipina menuju kerja sama keamanan trilateral.
Ketiga negara tersebut telah berulang kali mengecam perilaku agresif Beijing di perairan yang disengketakan, dan pasukan penjaga pantai mereka melakukan latihan bersama untuk pertama kalinya di Laut China Selatan pada Juni 2023.
Dalam pernyataan bersama mereka, Kishida dan Marcos sepakat untuk lebih memperkuat kerja sama trilateral mereka dengan AS, namun tidak menjelaskan lebih lanjut.
Advertisement
Pandangan Ahli Terkait Hubungan Jepang-Filipina
Analis Geopolitik Dindo Manhit, presiden lembaga pemikir Stratbase ADR Institute yang berbasis di Manila menyebut bahwa kedekatan Filipina dengan Jepang bukanlah hal yang mengejutkan.
Dia mengatakan, Jepang secara konsisten membantu Filipina dalam membantu proyek pembangunan dan meningkatkan kemampuan maritim sipil.
Melalui bantuan pembangunan luar negerinya, Jepang telah menyediakan 12 kapal patroli kepada Penjaga Pantai Filipina dalam dua dekade terakhir.
Ini termasuk BRP Teresa Magbanua sepanjang 97 meter, salah satu kapal terbesar Manila yang berpatroli di Laut China Selatan.
“Kami melihat orang-orang Filipina dipekerjakan oleh perusahaan-perusahaan Jepang. Mereka membantu kita menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Mereka membantu kami di berbagai bidang seperti infrastruktur, investasi, investasi maritim sipil,” kata Manhit.
“Jadi menurut saya sekarang adalah saat yang tepat untuk meningkatkan kemitraan ini ke tingkat berikutnya melalui kerja sama keamanan yang lebih kuat.”
Dia menambahkan bahwa sentimen masyarakat Filipina terhadap Tokyo telah memanas selama beberapa dekade sejak pasukan Jepang menginvasi Manila selama Perang Dunia II.
Kebijakan Luar Negeri Jepang-Filipina di Indo-Pasifik
Analis pertahanan Don McLain Gill, dosen di Universitas De La Salle di Manila, mengatakan perluasan kemitraan Jepang dengan Filipina juga mencerminkan strategi kebijakan luar negerinya dalam memberikan bantuan militer kepada negara-negara yang berpikiran sama di Indo-Pasifik.
“Tokyo telah (mengubah) tantangan ini menjadi peluang untuk menunjukkan komitmennya untuk memainkan peran yang lebih besar sebagai mitra keamanan bagi negara-negara yang berpikiran sama,” katanya.
Secara khusus, Jepang mencari mitra untuk membantu “melestarikan tatanan yang sudah mapan yang mengandalkan hukum internasional pada saat kekuatan revisionis berusaha mengubah arsitektur keamanan sejalan dengan ambisi sempit mereka”, tambahnya.
Selain OSA, Jepang dan Filipina juga menandatangani kesepakatan yang mencakup kerja sama di berbagai bidang seperti tanggap bencana, infrastruktur, pariwisata, dan perdagangan.
Advertisement