Universitas Thammasat Jadi yang Pertama di Thailand Terapkan Cuti Menstruasi bagi Mahasiswi

Sebuah kebijakan baru telah diambil oleh Universitas Thammasat di Thailand yakni mengizinkan pemberian "cuti menstruasi" bagi mahasiswi yang menderita penyakit terkait siklus menstruasi mereka.

oleh Shofiyah Sajidah diperbarui 19 Nov 2023, 09:54 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2023, 19:10 WIB
Ilustrasi sakit menstruasi
Ilustrasi sakit menstruasi. (Pixabay/Saranya7)

Liputan6.com, Bangkok - Sebuah kebijakan baru telah diambil oleh Universitas Thammasat di Thailand yakni mengizinkan pemberian "cuti menstruasi", bagi mahasiswi yang menderita berbagai kondisi kesehatan terkait siklus menstruasi mereka. 

Keputusan tersebut menjadikan Universitas Thammasat sebagai institusi pendidikan tinggi pertama di negara tersebut yang memberikan hak istimewa ini kepada mahasiswi sebagaimana dilansir dari laman The Strait Times, Sabtu (17/11/2023).

Mahasiswi yang mengalami nyeri haid, sakit kepala, atau kelelahan dapat memanfaatkan hak cuti ini tanpa takut mempengaruhi nilai akademis mereka. 

Keputusan tersebut disetujui oleh komite akademik universitas yang terletak di Pathum Thani, utara Bangkok pada pekan lalu.

"Departemen Akademik meminta kerja sama dengan fakultas, lembaga, dan perguruan tinggi untuk memberikan izin ketidakhadiran mahasiswa karena sedang menstruasi," ungkap Serikat Mahasiswa dalam pernyataan akun resmi mereka di X atau yang sebelumnya dikenal Twitter pada Selasa 14 November.

Namun, pernyataan tersebut tidak memberikan rincian tentang berapa lama seorang mahasiswi dapat mengambil cuti haid ini.

Universitas Thammasat merupakan institusi tertua kedua di kerajaan Thailand. Ia dianggap sebagai salah satu universitas paling progresif. Institusi ini terkenal di kalangan warga lokal melalui program studi di bidang politik dan hukum.

Langkah serupa juga sebelumnya telah diambil oleh sejumlah negara di seluruh dunia, termasuk Jepang, Indonesia, dan Spanyol, yang telah mengadopsi undang-undang yang memungkinkan cuti menstruasi. 

Sementara di beberapa negara lain, para penyedia pekerjaan telah memberikan izin cuti menstruasi meski tidak ada aturan hukum yang mewajibkan hal tersebut.

Spanyol Jadi Negara Pertama di Eropa yang Legalkan Cuti Haid

Gambar Ilustrasi Wanita Sedang Mengalami Menstruasi
Sumber: Freepik

Sebelumnya, Spanyol menjadi negara pertama di Eropa yang melegalkan cuti haid. Hak itu diberikan kepada perempuan yang mengalami nyeri selama periode menstruasi.

Pemerintah mengatakan, undang-undang yang disetujui oleh 185 suara melawan 154 suara yang menentang itu bertujuan untuk memutus tabu terkait isu tersebut. Cuti haid saat ini hanya diberlakukan di beberapa negara, termasuk Jepang dan Zambia. Sementara, hak cuti haid di Indonesia tak diatur negara setelah pemerintah menerbitkan Perppu Cipta Kerja pada 30 Desember 2022.

"Ini hari bersejarah bagi perkembangan feminis," Menteri Kesetaraan Irene Montero mencuit menanggapi suara pendukung undang-undang yang terinspirasi feminis.

Aturan hukum menyebutkan bahwa para pekerja yang mengalami nyeri saat haid bisa memperoleh waktu istirahat selama diperlukan dengan sistem jaminan sosial negara. Seperti cuti berbayar karena alasan kesehatan lainnya, pekerja harus melampirkan keterangan medis dari dokter yang valid.

Lama cuti haid yang dapat diberikan dokter itu belum ditentukan dalam undang-undang yang baru. Mengutip Daily Mail, Jumat (17/2/2023), sekitar sepertiga wanita yang menstruasi menderita sakit parah, menurut Masyarakat Ginekologi dan Kebidanan Spanyol.

Baca selengkapnya klik disini...

Sah, Skotlandia Jadi Negara Pertama Penyedia Pembalut Gratis

[Fimela] ilustrasi pembalut
ilustrasi pembalut | unsplash.com/@thefemalecompany

Pada tahun lalu, legislasi pertama di dunia yang mengatur penyediaan produk-produk pembalut wanita secara gratis telah disahkan di Skotlandia. Dengan itu, maka Skotlandia menjadi negara pertama di dunia yang membuat Period Products Act alias undang-undang mengenai penyediaan produk-produk menstruasi termasuk tampon dan pembalut wanita tak berbayar. 

Mengutip VOA Indonesia, Jumat (1/8/2022), produk-produk menstruasi untuk kaum perempuan secara gratis itu akan disediakan di berbagai lokasi, mulai dari tempat-tempat pendidikan, kafe hingga berbagai fasilitas komunitas lainnya.

Sebuah aplikasi di ponsel pintar dapat digunakan untuk menemukan tempat penyediaan produk pembalut gratis terdekat.

Legislasi penyediaan gratis produk pembalut itu telah didukung dengan suara bulat oleh parlemen Skotlandia pada November 2020. Namun pemberlakuannya baru dimulai pada 15 Agustus lalu.

Di bawah undang-undang baru itu, sekolah, perguruan tinggi dan universitas serta badan pemerintah daerah harus menyediakan berbagai produk menstruasi seperti tampon dan pembalut yang tersedia secara gratis di kamar mandi mereka. Pemerintah Skotlandia telah menginvestasikan jutaan pound sterling sejak 2017 untuk mendanai produk menstruasi gratis di lembaga pendidikan, tetapi undang-undang menjadikannya persyaratan hukum.

Selengkapnya klik disini...

Perempuan di Gaza Terpaksa Minum Pil Penunda Menstruasi Akibat Sulit Akses Air Bersih

Kondisi Rumah Sakit di Gaza Pasca Pemboman
Seorang wanita bereaksi sambil memegang bantal ketika dia berdiri di tengah puing-puing di luar lokasi rumah sakit Ahli Arab di Gaza tengah pada 18 Oktober 2023. (MAHMUD HAMS/AFP)

Kondisi yang terjadi baru-baru ini terkait menstruasi adalah di Gaza di mana saat ini situasi warga setempat dikabarkan semakin memprihatinkan. Saat ini, banyak perempuan di wilayah tersebut terpaksa minum pil penunda menstruasi, menyadari sulitnya akses terhadap berbagai kebutuhan pokok termasuk air bersih akibat serangan Israel yang masih berlanjut. 

Keadaan pengungsian di Gaza yang penuh sesak dan minim air bersih serta kebutuhan pribadi untuk wanita seperti pembalut dan tampon, mendorong mereka mengonsumsi tablet norethisterone. Pil ini biasanya diresepkan untuk kondisi pendarahan menstruasi hebat, endometriosis dan nyeri haid berlebihan. 

Menurut Dr Walid Abu Hatab, seorang konsultan medis kebidanan dan ginekologi di Nasser Medical Complex di selatan kota Khan Younis, tablet tersebut menjaga kadar hormon progesteron tetap tinggi untuk menghentikan rahim melepaskan lapisannya, sehingga menunda menstruasi.

Dilansir Al Jazeera, Rabu (1/11/2023), pil penunda menstruasi mungkin memiliki efek samping seperti pendarahan vagina yang tidak teratur, mual, perubahan siklus menstruasi, pusing dan perubahan suasana hati, menurut para profesional medis. 

Selengkapnya klik disini...

[INFOGRAFIS] Kutukan Kudeta di Negeri Gajah Putih
Kudeta terjadi lagi di Thailand setelah status darurat diberlakukan. Ini bukan kali pertamanya militer menggulingkan pemerintahan sipil.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya