Liputan6.com, Yogyakarta - Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Luar Negeri (Pusdiklat Kemlu) menggelar kegiatan Training of Trainers (ToT) yang berfokus pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di sektor perikanan.
Acara diklat ini berlangsung di Yogyakarta pada 15 – 16 November 2023 dan memiliki tujuan utama yakni meningkatkan kesadaran K3 antara pemerintah dan asosiasi nelayan atau pemilik kapal.
"Merupakan tanggung jawab bersama untuk meningkatkan kesejahteraan dan menjamin keselamatan para nelayan yang menjadi tulang punggung sektor perikanan Indonesia," tutur Kepala Pusdiklat Kemlu, Mohammad K. Koba dalam sambutan pertemuan perdana salam kegiatan tersebut, dikutip dari pernyataan tertulis Sesdilu Kemlu, Selasa (21/11/2023).
Advertisement
Kegiatan ToT ini merupakan hasil kolaborasi antara peserta Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) Angkatan 75, Pusdiklat Kemlu, Pemerintah Daerah (Pemda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Addressing Labor Exploitation in Fishing in ASEAN (ALFA) Project dari Departemen Ketenagakerjaan Amerika Serikat.
Tak hanya itu, sekitar 35 peserta dari berbagai instansi turut hadir dalam acara ini, termasuk Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislautkan), Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans), serta Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DMPTSP) Pemda DIY, dan perwakilan asosiasi nelayan.
Sejumlah narasumber turut dihadirkan dalam kegiatan diklat ini diantaranya Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI), Greenpeace Indonesia, dan International Organization for Migration (IOM).
Mohammad K. Koba juga menekankan peran dari program tersebut.
"Program ToT K3 ini merupakan komitmen Kemlu, khususnya Pusdiklat, untuk menghubungkan antara pemerintah daerah dengan mitra asing, dalam hal ini, ALFA Project," ungkapnya.
Lebih Lanjut Mengenai ToT dan Sesdilu
Adapun peserta Diklat Sesdilu-75 turut memfasilitasi penandatanganan Minutes of Meeting mengenai kerja sama ToT K3 di bidang perikanan dalam kegiatan ini. Sejumlah pihak yang menandatangani adalah Ir. Bayu Mukti Sasongka, M.Si yakni Kepala Dislautkan Pemda DIY, dan Dr. Sita Sumrit dari Direktur ALFA Project.
Selanjutnya, salah satu yang menjadi bagian dari rangkaian diklat adalah kunjungan ke fasilitas nelayan dan dialog bersama komunitas nelayan di Pantai Baru, Kabupaten Bantul, DIY.
Tahap pertama ToT ini, yang dibuka oleh Direktur UPT Sesdilu Tubagus Edwin Suchranudin pada 16 November 2023, menjadi langkah awal dari serangkaian kegiatan. Sementara tahap kedua dan ketiga dijadwalkan akan dilakukan back-to-back pada awal tahun 2024 mendatang.
Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu), sebagai diklat diplomatik berjenjang untuk para diplomat muda di Kemlu kini telah menginjak Angkatan ke-75 dengan jumlah 23 peserta.
Sesdilu dijadwalkan digelar setahun sebanyak dua kali. Melalui kunjungan lapangan ke daerah, Sesdilu diharapkan mendapatkan masukan mengenai potensi, kebutuhan, dan pengembangan daerah yang dapat dipromosikan ke luar negeri.
Advertisement
Peneliti China dan BRIN-BBSPGL Kolaborasi Ekspedisi 35 Hari di Lautan Indonesia
Membahas perikanan yang menjadi bagian dari ekosistem laut, baru-baru ini juga digelar ekspedisi kolaborasi Indonesia dengan China untuk menjelajahi sumber daya kelautan Indonesia.
Indonesia-China Silk and Belt Road in Marine Research telah berkolaborasi selama 10 tahun. Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN, Prof Ocky Karna Radjasa, menyebut bahwa kerjasama yang disebut BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) - IOCAS (Institute of Oceanology Chinese Academy of : IMPOLSE (Indonesian Maritime and Scientific Expedition) 2023 ini merupakan kelanjutan dari ekspedisi sebelumnya.
"Jadi apa yang dilakukan terkait dengan ekspedisi ini adalah terkait dengan sumber daya hayati dan non-hayati yang kita miliki sebagai bagian dari kerja sama selama 10 tahun. Dan saat ini, kami melibatkan Badan Geologi dengan melibatkan kapal riset Geomarin III yang kami gunakan sebagai platform kerja sama ini, untuk tahun ini," jelas Prof Ocky pada 15 November 2023 di JITC 2 Tanjung Priok.
Tujuan ekspedisi ini adalah untuk mengeksplorasi sumber daya hayati dan non-hayati yang telah menjadi bagian dari kerja sama bilateral selama satu dekade.
Australia dan Indonesia Kerja Sama Hadapi Masalah Plastik di Lautan, Berinovasi dalam Teknologi Ramah Lingkungan
Kelautan Indonesia sebelumnya menjadi salah satu alasan terjalinnya kerja sama Indonesia dengan negara lain yakni Australia khususnya dalam hal sampah plastik.
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM, menyoroti nilai kerja sama bilateral Indonesia dan Australia untuk mengembangkan ekonomi sirkular sebagai bagian dari upaya bersama dalam menangani masalah sampah plastik.
"Sebagai tetangga dekat, Australia dan Indonesia mendapat manfaat dari kerja sama dalam mengatasi sampah plastik," ujar Dubes Williams dalam acara Demo Day yang diadakan oleh Indo-Pacific Plastics Innovation Network (IPPIN) di Hotel Shangri La, Jakarta, pada Rabu (18/10/2023).
"Para praktisi di sepanjang rantai nilai plastik di Australia dan Indonesia menghadapi tantangan kritis dalam mengurangi sampah plastik dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Sangat menginspirasi untuk melihat beberapa solusi terukur yang diluncurkan pada IPPIN Demo Day tahun ini," lanjut Dubes Williams.
Pada acara tersebut yang dalam bahasa Indonesia berarti Jaringan Inovasi Plastik Indo-Pasifik, ditampilkan sejumlah inovasi seperti teknologi yang dapat mengubah jaring ikan yang tidak terpakai menjadi bahan berkualitas tinggi dan ramah lingkungan dengan jejak karbon rendah. Selain itu, juga diperlihatkan sistem yang akan mengubah cara pengelolaan sampah plastik di Indonesia secara revolusioner.
Advertisement