Sedih, Orang Tua di Palestina Nantikan Kebebasan Anaknya Sambil Bawa Kue Cokelat

Ubai ditangkap saat sedang menjalani perawatan untuk siku yang hancur oleh peluru Israel tahun lalu. Gencatan senjata Israel-Hamas bisa membuatnya dibebaskan.

oleh Erina Putri diperbarui 24 Nov 2023, 19:10 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2023, 19:10 WIB
kue cokelat
Photo by Marta Dzedyshko from Pexels

Liputan6.com, Beit Ummar - Fidaa Abu Maria terus menunggu di rumah sederhana mereka di Beit Ummar, utara Hebron dalam kondisi khawatir menjadi penuh harapan, lalu takut, bergantian.

Setelah merapikan tempat tidur putranya, ia kemudian melipat pakaian yang baru dicuci dengan penuh doa dalam hati. 

Putranya, Ubai, mungkin akan pulang, dan dia ingin siap sambil tetap berharap.

Namanya ada di daftar Israel yang berisi 300 orang yang mungkin dibebaskan dalam pertukaran antara Hamas dan Israel.

Lima puluh tawanan yang ditahan oleh Hamas di Gaza akan dibebaskan, untuk ditukar dengan 150 tawanan perempuan dan anak Palestina di penjara Israel, itu berarti ada kemungkinan 50/50 bahwa Fidaa akan segera bertemu dengan Ubai.

Merangkum dari Al Jazeera, Jumat (23/11/2023), berikut kisah Abu Maria yang terus menantikan kebebasan anaknya.

Dirinya selalu cemas karena ketika Ubai ditangkap oleh pasukan Israel pada 8 Agustus 2023, empat bulan setelah ulang tahun ke-18nya, dia hanya memiliki 30 persen fungsi dari salah satu tangannya.

Dia telah ditembak di siku bulan November tahun lalu dan telah menjalani berbagai terapi untuk mendapatkan kembali fungsi tangannya.

Namun perawatannya berhenti begitu dia masuk ke dalam sistem penjara Israel.

Seperti banyak anak muda Palestina lainnya, ini bukan kali pertama Ubai ditangkap, dia sudah ditahan empat kali sebelumnya.

Pada awal penahanannya, Ubai diserang oleh penjaga penjara, menyebabkan luka pada kepalanya, dan diisolasi selama 14 hari.

“Penahannya penuh pukulan dan serangan. Saya sangat khawatir akan kesehatannya karena cedera pada tangannya dan karena dia tidak memiliki kesempatan untuk menjalani operasi yang sudah dijadwalkan. Mereka seharusnya mengobati sendi pergelangan tangannya, tetapi itu tidak pernah terjadi."

“Sejak 7 Oktober, kami terus mendengar bahwa kondisi semakin buruk bagi para tahanan di penjara pendudukan, bahwa mereka semua diserang dan tak diberi hak-hak paling dasar seperti makanan, pakaian, hal-hal seperti itu," ujar Abu Maria.

 

Khawatir dan Juga Gembira

Warga Palestina di Gaza bagian utara bermigrasi ke Gaza bagian selatan
Warga Palestina di Gaza bagian utara bermigrasi ke Gaza bagian selatan melewati tentara dan tank Israel saat serangan Israel berlanjut di Kota Gaza, Gaza pada 18 November 2023. (Foto oleh Ashraf Amra via https://twitter.com/amra_ashraf)

Ayah Ubai, Youssef, hampir tak bisa menyembunyikan kegembiraan dan kekhawatirannya. “Kami sudah berharap cukup lama, dan pagi ini, seorang teman menelepon saya. Dia mengikuti media Ibrani, dan dia membangunkan saya pagi-pagi untuk memberi tahu saya bahwa nama Ubai ada di daftar itu."

“Saya juga pernah ditahan sebelumnya, dan mengingat 30 kali saya ditahan, saya melihat pembebasan anak saya seolah-olah dia akan dilahirkan kembali. Tahanan sering kali diserang di penjara pendudukan," lanjutnya.

“Kami sangat berterima kasih kepada orang-orang Gaza, terutama para syuhada dan luka-luka. Yang pertama, semua ini berkat Tuhan dan berkat perlawanan gagah yang membawa anak-anak kita keluar dari kegelapan.”

 

Siap Sambut Anaknya dengan Makanan Favorit

Citra satelit kondisi Gaza yang digempur Israel. (Maxar Technologies)
Citra satelit kondisi Gaza yang digempur Israel. (Maxar Technologies)

Rumah Abu Maria sangat sederhana, rapi dan dipenuhi dengan kegembiraan, walau cemas masih menghampiri anggota keluarga.

Abu Maria berganti dari satu tugas ke tugas lainnya sambil duduk di salah satu tempat tidur di ruang keluarga untuk mendengarkan berita.

“Saya senang. Perasaanku seperti ibu Palestina lainnya ketika dia mendengar anaknya mungkin dibebaskan: penuh dengan kegembiraan, tetapi juga getir karena kegembiraan kita terlalu mahal dengan darah orang-orang di Gaza. Saya bersyukur, sangat bersyukur," ungkapnya.

“Saya sudah memasak. Saya membuat makanan favoritnya, zukini isi saus yogurt dan makanan penutup yang dia sukai, kue cokelat buatan sendiri. Dia lebih suka kue buatanku daripada kue lain karena saya adalah koki pastry rumahan."

“Saya terus bilang bahwa saya dengan senang hati akan membuatkan dia makanan penutup untuk sarapan setiap hari, sebanyak yang dia inginkan. Saya sudah menyiapkan kamarnya dan mencuci pakaian barunya. Semua orang menelepon saya, keluarga dan teman-teman. Semua orang senang dan ingin datang untuk berbagi kegembiraan dan menyambutnya," tutupnya.

Youssef membantu sebanyak yang dia bisa, lalu memulai proyeknya sendiri, menghias rumah dari dalam dan luar untuk mengekspresikan harapan dan kegembiraan keluarga yang hampir tak tertahankan.

Yang tersisa adalah menunggu momen yang paling sulit untuk mendengar kabar pembebasan.

Israel dan Hamas Capai Kesepakatan Pembebasan Sandera dan Gencatan Senjata

Sandera Israel yang Diculik Hamas
Sejak perang Hamas melawan Israel pecah pada 7 Oktober lalu, Negeri Zionis menggempur Gaza besar-besaran dengan serangan darat dan udara. Lebih dari 9.770 warga Palestina tewas imbas serangan ini. (AHMAD GHARABLI/AFP)

Kabar pembebasan sandera dan tahanan ini tak hanya terdengar di Palestina, tapi sudah ramai dibicarakan dunia.

Pemerintah Israel pada Rabu (22/11/2023), mengumumkan menyetujui kesepakatan terkait pembebasan sandera dengan Hamas. Pernyataan dari kantor perdana menteri (PM) Israel menyebutkan bahwa 50 sandera yang terdiri dari perempuan dan anak-anak akan dibebaskan selama empat hari dan selama itu akan ada jeda dalam pertempuran.

Menurut kantor PM Israel, untuk setiap tambahan 10 sandera yang dibebaskan, jeda akan diperpanjang satu hari lagi. Mereka tidak menyinggung soal pembebasan tahanan Palestina, namun menurut seorang pejabat Amerika Serikat (AS), kesepakatan termasuk pembebasan 150 tahanan Palestina di Israel. Demikian seperti dilansir Reuters.

Kesepakatan pembebasan sandera Hamas ini dimediasi oleh Qatar.

Menurut perhitungan Israel, Hamas diyakini menyandera lebih dari 200 orang. Mereka ditawan ketika kelompok itu melakukan serangan ke Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang, dan menandai perang terbaru antar keduanya.

Media Israel, Ynet, melaporkan bahwa semua kecuali tiga menteri dari partai sayap kanan Kekuatan Yahudi (Jewish Power) memberikan suara mendukung kesepakatan pembebasan sandera.

Perjanjian tersebut akan menjadi gencatan senjata pertama dalam perang Hamas Vs Israel, di mana pengeboman Israel telah meratakan sebagian besar Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, menewaskan 13.300 warga sipil dan menyebabkan sekitar dua per tiga dari 2,3 juta penduduk di wilayah itu kehilangan tempat tinggal.

Menjelang pengumuman perjanjian tersebut, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan intervensi Presiden AS Joe Biden telah membantu memperbaiki perjanjian tentatif tersebut, sehingga mencakup lebih banyak sandera dan lebih sedikit konsesi.

Namun, Netanyahu mengatakan misi Israel yang lebih luas tidak berubah.

"Kami sedang berperang dan kami akan melanjutkan perang sampai kami mencapai semua tujuan kami. Untuk menghancurkan Hamas, mengembalikan semua sandera, dan memastikan tidak ada entitas di Gaza yang dapat mengancam Israel," kata Netanyahu.

Jeda juga akan memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.

Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya