Kim Jong Un Labeli Korea Selatan Sebagai Musuh Utama

Para ahli mengatakan Kim Jong Un kemungkinan akan semakin meningkatkan permusuhan dengan melakukan lebih banyak uji coba rudal untuk memengaruhi hasil pemilu parlemen Korea Selatan pada April dan Pilpres AS pada November.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 11 Jan 2024, 07:09 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2024, 07:09 WIB
Kim Jong-un
Pemimpin Korut, Kim Jong-un menggunakan teropong menyaksikan peluncuran balistik antarbenua Hwasong-14 Rudal, ICBM, di barat laut Korea Utara. Korea Utara mengklaim telah menguji rudal balistik antarbenua. (KRT via AP Video)

Liputan6.com, Pyongyang - Kim Jong Un menyebut Korea Selatan sebagai musuh utama dan mengancam akan memusnahkannya jika terprovokasi. Retorika tersebut hadir di tengah musim pemilu di Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS).

Sementara itu, Gedung Putih mengatakan pihaknya memiliki bukti bahwa Rusia telah menembakkan rudal balistik yang disediakan oleh Korea Utara. AS, Korea Selatan, dan mitra mereka pada Rabu (10/1/2024) mengeluarkan pernyataan yang mengutuk Korea Utara dan Rusia atas transfer rudal tersebut.

Para ahli mengatakan Kim Jong Un kemungkinan akan semakin meningkatkan permusuhan dengan melakukan lebih banyak uji coba rudal untuk memengaruhi hasil pemilu parlemen Korea Selatan pada April dan Pilpres AS pada November.

Kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, seperti dilansir AP Kamis (11/1), melaporkan bahwa selama kunjungannya ke pabrik amunisi pekan ini, Kim Jong Un mengatakan sudah waktunya untuk mendefinisikan Korea Selatan sebagai negara yang paling bermusuhan terhadap Korea Utara karena upaya jangka panjangnya untuk menggulingkan sistem sosialis di Korea Utara. Dia mengatakan Korea Utara harus meningkatkan pencegahan perang nuklirnya.

Jika Korea Selatan berani menggunakan kekuatan militernya melawan Korea Utara, Kim Jong Un menuturkan, "Kami tidak akan ragu untuk memusnahkan (Korea Selatan) dengan mengerahkan segala cara dan kekuatan yang ada di tangan kami."

Kim Jong Un telah melontarkan ancaman serupa baru-baru ini dan para analis mengatakan dia kemungkinan besar berharap bahwa oposisi liberal Korea Selatan, yang berupaya melakukan rekonsiliasi dengan Korea Utara, akan memenangkan pemilu pada April. Kim Jong Un, menurut para analis, juga yakin dia bisa memenangkan konsesi AS jika mantan Presiden Donald Trump kembali ke Gedung Putih.

Trump dan Kim Jong Un bertemu tiga kali sebagai bagian dari diplomasi nuklir berisiko tinggi pada tahun 2018-2019.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kekhawatiran soal Bentrokan Terbatas

Bendera Korea Utara dan Korea Selatan berkibar berdampingan - AFP
Bendera Korea Utara dan Korea Selatan berkibar berdampingan - AFP

Ada kekhawatiran bahwa provokasi Korea Utara dapat memicu bentrokan terbatas antara kedua Korea di sepanjang perbatasan yang dipersenjatai dengan ketat.

Jumat (5/1) lalu, Korea Utara menembakkan peluru artileri di dekat perbatasan laut barat yang disengketakan dengan Korea Selatan, sehingga mendorong Korea Selatan melakukan latihan penembakan di wilayah yang sama. Korea Selatan menuduh Korea Utara melanjutkan latihan penembakan di daerah tersebut selama akhir pekan.

Tiga pertempuran laut berdarah antara kedua Korea telah terjadi di sepanjang perbatasan laut yang disengketakan sejak tahun 1999 dan dua serangan yang dituduhkan dilakukan oleh Korea Utara menewaskan 50 warga Korea Selatan di wilayah tersebut pada tahun 2010.

Kunjungan Kim Jong Un ke pabrik-pabrik amunisi mungkin juga terkait dengan laporan Korea Utara yang memasok senjata konvensional ke Rusia sebagai imbalan atas teknologi senjata canggih Rusia.

Pabrik-pabrik tersebut dapat mencakup fasilitas produksi rudal karena KCNA mengatakan mereka melaksanakan rencana penempatan senjata baru ke unit-unit rudal utama. Foto-foto yang dirilis Korea Utara menunjukkan kendaraan peluncur rudal.


AS dan Korea Selatan Lanjutkan Kerja Sama Dukung Ukraina

Serangan Rusia
Serangan Rusia di Ukraina selatan menjadi lebih intens minggu ini, setelah Presiden Vladimir Putin menarik Rusia dari kesepakatan masa perang yang memungkinkan Ukraina mengirim biji-bijian ke negara-negara yang menghadapi ancaman kelaparan.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan pada Selasa bahwa rudal yang dipasok Korea Utara ditembakkan ke Kota Kharkiv, Ukraina, pada 6 Januari.

Pekan lalu, Gedung Putih mendeklasifikasi data intelijen AS bahwa Rusia menembakkan rudal yang disediakan Korea Utara ke Ukraina pada 2 Januari dan 30 Desember.

Kirby mengatakan bahwa AS akan mengangkat masalah ini pada pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Rabu dan menggarisbawahi bahwa pengiriman rudal balistik dari Korea Utara secara langsung melanggar beberapa resolusi PBB. Rusia, yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB, mendukung resolusi-resolusi tersebut.

Dalam pernyataan bersama, para diplomat terkemuka dari 48 negara termasuk Korea Selatan, AS, Jepang, dan Uni Eropa mengatakan mereka mengecam sekuat-kuatnya ekspor rudal Korea Utara dan penggunaan senjata-senjata tersebut oleh Rusia terhadap Ukraina.

"Transfer senjata ini menambah penderitaan rakyat Ukraina, mendukung perang agresi Rusia, dan melemahkan rezim non-proliferasi global," sebut pernyataan bersama itu.

Dalam percakapan telepon pada Selasa, penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan dan penasihat keamanan nasional Korea Selatan Chang Ho Jin mengutuk laporan transfer rudal ke Rusia dan berkomitmen untuk melanjutkan kerja sama yang erat dalam mendukung Ukraina dan rakyat Ukraina.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya