Israel Mulai Serangan Darat Terbatas ke Lebanon Selatan, Targetkan Hizbullah

Terakhir kali Israel dan Hizbullah terlibat dalam pertempuran darat adalah perang selama sebulan pada tahun 2006.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 01 Okt 2024, 08:19 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2024, 08:17 WIB
Serangan Israel Hancurkan Sebuah Bangunan, Petugas Penyelamat Terus Upayakan Pencarian Korban
Masyarakat internasional telah memperingatkan Israel untuk tidak melakukan serangan ke Lebanon karena berpotensi meningkatkan kekhawatiran meluasnya konflik Gaza secara regional. (Rabih DAHER/AFP)

Liputan6.com, Tel Aviv - Pasukan darat Israel bergerak ke Lebanon selatan Selasa (1/10/2024) pagi, menandai peningkatan signifikan serangan terhadap Hizbullah dan membuka front baru dalam perang selama setahun melawan musuh-musuhnya yang didukung Iran.

Dalam pernyataan singkat, militer Israel mengatakan mereka telah memulai "serangan darat terbatas, terlokalisasi, dan terarah" terhadap target-target Hizbullah di Lebanon selatan.

"Target-target ini terletak di desa-desa yang dekat dengan perbatasan dan menimbulkan ancaman langsung bagi masyarakat Israel di Israel utara," sebut militer Israel, seperti dilansir kantor berita AP.

Tidak ada kabar tentang berapa lama operasi itu akan berlangsung, namun militer Israel menyatakan para prajurit telah berlatih dan mempersiapkan misi itu dalam beberapa bulan terakhir.

Dan sebagai tanda lain bahwa invasi sudah dekat, Israel mendeklarasikan tiga komunitas perbatasan kecil sebagai "zona militer tertutup," membatasi akses hanya untuk personel militer.

Belum ada laporan bentrokan langsung antara pasukan Israel dan militan Hizbullah. Namun, sepanjang malam, unit artileri Israel menggempur target di Lebanon selatan dan suara serangan udara terdengar di seluruh Beirut. Asap mengepul dari pinggiran selatan ibu kota, tempat Hizbullah memiliki kehadiran yang kuat, tidak lama setelah Israel memerintahkan penghuni tiga gedung untuk mengungsi.

Fase Pertempuran yang Berisiko

Israel semakin berani dengan kemenangannya di medan perang baru-baru ini melawan Hizbullah dan diyakini berniat memberikan pukulan telak kepada musuh bebuyutannya. Namun, operasi darat menandai fase pertempuran yang baru dan berpotensi berisiko. Operasi ini mengancam akan menimbulkan kehancuran lebih lanjut di Lebanon, tempat ratusan orang tewas dalam serangan Israel baru-baru ini dan ratusan ribu orang mengungsi.

Hizbullah adalah milisi yang terlatih dengan baik dan diyakini memiliki puluhan ribu pejuang dan persenjataan yang terdiri dari 150.000 roket dan rudal. Babak pertempuran terakhir pada tahun 2006 berakhir dengan jalan buntu.

Kedua belah pihak telah menghabiskan dua dekade terakhir untuk mempersiapkan pertarungan berikutnya. Sementara Hizbullah telah membangun persenjataan yang tangguh, Israel telah menginvestasikan sejumlah besar uang untuk pelatihan dan pengumpulan intelijen. Serangan udara baru-baru ini yang menewaskan sebagian besar pimpinan puncak Hizbullah dan ledakan ratusan pager dan walkie talkie milik Hizbullah menunjukkan bahwa Israel telah menyusup jauh ke dalam eselon atas kelompok tersebut.

Hizbullah berjanji pada hari Senin (30/9) untuk terus berjuang bahkan setelah kekalahannya baru-baru ini. Pemimpin sementara Hizbullah, Naim Kassem, menuturkan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi bahwa Hizbullah akan siap untuk operasi darat. Dia mengonfirmasi sejumlah komandan yang tewas dalam beberapa pekan terakhir telah diganti.

Orang yang secara luas diharapkan untuk mengambil alih jabatan teratas dari Kassem adalah Hashem Safieddine, sepupu Hassan Nasrallah yang mengawasi urusan politik Hizbullah.

Fokus Baru pada Lebanon

Serangan Israel Hancurkan Sebuah Bangunan, Petugas Penyelamat Terus Upayakan Pencarian Korban
Tim penyelamat memeriksa reruntuhan bangunan setelah serangan udara Israel di desa Shebaa, Lebanon Selatan, pada 27 September 2024. (Rabih DAHER/AFP)

Serangan Israel dalam beberapa pekan terakhir telah menghantam apa yang dikatakan militer sebagai ribuan target militan di sebagian besar wilayah Lebanon. , Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, lebih dari 1.000 orang telah tewas di Lebanon dalam dua pekan terakhir, hampir seperempatnya adalah wanita dan anak-anak.

Senin dini hari, sebuah serangan udara menghantam sebuah bangunan perumahan di pusat Kota Beirut, menewaskan tiga militan Palestina. Melalui serangan-serangannya ke jantung Lebanon, Israel tampaknya mengirim pesan bahwa tidak ada bagian Lebanon yang terlarang.

Israel menyatakan perang terhadap kelompok militan Hamas di Jalur Gaza setelah serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 warga Israel dan menyandera 250 lainnya. Adapun Hizbullah mulai menembakkan roket ke Israel keesokan harinya sebagai bentuk solidaritas dengan Hamas.

Israel dan Hizbullah telah saling tembak hampir setiap hari sejak saat itu.

Menyusul perang Israel versus Hamas telah berkurang dalam beberapa pekan terakhir, Israel mengalihkan fokusnya ke utara menuju Lebanon dan meningkatkan serangan terhadap Hizbullah. Israel mengatakan akan terus menyerang kelompok itu sampai warga Israel yang mengungsi dari komunitas perbatasan aman untuk kembali ke rumah mereka.

Para pemimpin Israel menekankan mereka ingin Hizbullah melaksanakan resolusi AS yang mengakhiri perang tahun 2006, yang mengharuskan kelompok itu mundur sekitar 30 kilometer dari perbatasan Israel.

 

 

 

 

Kemunduran Utama bagi Hizbullah

Hindari Serangan Israel, Pengungsi Penuhi Pinggir Jalan dan Ruang Terbuka Kota Lebanon
Puluhan warga berikut anak-anak dan perempuan panik melarikan diri dari serangan besar-besaran Israel. (JOSEPH EID/AFP)

Hizbullah telah mengalami kemunduran utama dalam beberapa pekan terakhir. Sebelum pembunuhan Nasrallah, serangkaian ledakan misterius pager dan walkie-talkie yang dituduhkan kepada Israel telah menewaskan atau melukai ratusan orang, banyak dari mereka adalah anggota Hizbullah. Dan serangan udara Israel telah menewaskan sebagian besar komandan senior kelompok itu.

Namun, Hizbullah terus meluncurkan roket dan rudal ke Israel dan diyakini masih memiliki ribuan pejuang di dekat perbatasan Israel.

Selama bertahun-tahun, para pemimpin Israel menuduh Hizbullah menyembunyikan senjata dan pejuang di dalam rumah dan bangunan sipil lainnya di desa-desa perbatasan. Puluhan ribu warga sipil Lebanon telah meninggalkan Lebanon selatan dalam beberapa pekan terakhir karena takut akan serangan militer Israel.

Hizbullah memiliki sedikit pertahanan udara, yang memberikan kebebasan bertindak bagi angkatan udara Israel di atas langit Lebanon. Namun, operasi darat akan jauh lebih menantang, mengingat pasukan Hizbullah yang ditempatkan dan bersembunyi di komunitas lokal dan terbiasa dengan medan setempat.

Bagaimanapun, kemampuan Hizbullah belum sepenuhnya jelas. Ada kemungkinan Hizbullah menahan diri demi menghemat sumber daya untuk pertempuran yang lebih besar. Namun, kelompok militan itu mungkin juga dalam kekacauan setelah intelijen Israel berhasil menembus level tertingginya.

Beberapa negara Eropa mulai menarik diplomat dan warga negara mereka keluar dari Lebanon pada hari Senin. Jerman mengirim pesawat militer untuk mengevakuasi kerabat diplomat dan yang lainnya. Bulgaria mengirim jet pemerintah untuk mengeluarkan kelompok pertama warga negaranya.

Israel memiliki sejarah panjang dan berdarah di Lebanon. Israel sempat menginvasi pada tahun 1978 dalam serangan terhadap militan Palestina. Israel menginvasi lagi pada tahun 1982 dalam operasi yang berubah menjadi pendudukan selama 18 tahun di Lebanon selatan.

Peningkatan tindakan terhadap Hizbullah juga dapat meningkatkan risiko perang yang lebih luas di kawasan itu karena Israel menghadapi serangkaian musuh yang didukung oleh musuh bebuyutannya, Iran.

Israel pekan ini melancarkan serangan udara di Yaman terhadap milisi Houthi sebagai tanggapan atas serangkaian serangan rudal. Netanyahu juga mengancam Iran, memperingatkan pemerintah Teheran bahwa Israel mampu menyerang di mana saja di Timur Tengah.

Amerika Serikat (AS) dan sekutunya telah menyerukan gencatan senjata, dengan harapan untuk menghindari eskalasi lebih lanjut yang dapat melibatkan Iran dan memicu perang yang lebih luas. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak menunjukkan minatnya.

Prancis, yang memiliki hubungan dekat dengan Lebanon, telah bergabung dengan AS dalam menyerukan gencatan senjata. Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot, yang mengunjungi Beirut pada hari Senin, mendesak Israel menahan diri dari serangan darat.

Barrot juga meminta Hizbullah untuk berhenti menembaki Israel, dengan mengatakan kelompok itu memikul tanggung jawab besar dalam situasi saat ini, mengingat pilihannya untuk memasuki konflik.

Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati, setelah bertemu dengan Barrot, mengungkapkan negaranya berkomitmen melakukan gencatan senjata segera diikuti dengan pengerahan pasukan Lebanon di selatan, sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengakhiri perang tahun 2006, namun tidak pernah sepenuhnya dilaksanakan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya