Liputan6.com, Khan Younis - Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan pada Selasa 23 Januari 2024 bahwa tentara Israel menembaki sebuah rumah sakit di kota selatan Khan Younis, tempat warga sipil terjebak di tengah pertempuran sengit.
"Tank-tank Israel menembaki lantai atas gedung bedah khusus dan gedung darurat Al-Nasser Hospital (Rumah Sakit Al-Nasser), puluhan orang diperkirakan terluka," kata sebuah pernyataan Kementerian Kesehatan di Gaza seperti dikutip dari AFP, Rabu (24/1/2024).
Baca Juga
Sejauh ini pihak militer Israel tidak segera menanggapi ketika ditanya AFP tentang penembakan di rumah sakit.
Advertisement
Khan Younis telah menjadi pusat pertempuran antara militan Palestina dan tentara Israel, yang telah melakukan serangan darat ke selatan selama hampir tiga bulan.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina mengatakan salah satu tempat penampungan Khan Younis untuk para pengungsi "dihantam selama operasi militer" pada hari Senin (22/1).
"Setidaknya enam pengungsi tewas dan banyak lagi yang terluka dalam pertempuran sengit di sekitar tempat penampungan kami," tulis ketua UNRWA Philippe Lazzarini pada hari Selasa di X, sebelumnya Twitter.
Ketika pasukan Israel terus bergerak maju, lebih dari satu juta orang kini berdesakan di Rafah, di selatan Khan Younis, yang berbatasan dengan perbatasan Mesir.
Badan kemanusiaan PBB pada hari Selasa (23/1) menggambarkan "rasa sakit yang tak terlukiskan" di Gaza, di mana jumlah korban tewas "meningkat tanpa henti.”
"Di Khan Younis, pertempuran meningkat, menghancurkan wilayah sipil dan merenggut nyawa. Serangan terhadap layanan kesehatan terus meningkat," tulis United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) atau Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan di X.
Setidaknya 25.490 orang tewas dalam konflik di Gaza, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.
Perang tersebut pecah dengan serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober --yang belum pernah terjadi sebelumnya, mengakibatkan kematian sekitar 1.140 orang di Israel, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Perang di Jalur Gaza: Israel Kehilangan 24 Tentaranya dalam Satu Hari, Angka Kematian Tertinggi Sejak 7 Oktober
Sementara itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersumpah pada Selasa (23/1/2024), Israel tidak akan berhenti berperang di Jalur Gaza sampai kemenangan mutlak atas Hamas. Pernyataannya tersebut muncul setelah pasukan Israel mencatat angka kematian tertinggi dalam satu hari dalam perang melawan Hamas.
Pada Senin (22/1), pasukan cadangan Israel sedang mempersiapkan bahan peledak untuk menghancurkan dua bangunan di kamp pengungsi Maghazi di Gaza tengah, ketika seorang militan menembakkan granat berpeluncur roket ke sebuah tank di dekatnya dan memicu ledakan. Kedua bangunan dua lantai itu pun runtuh menimpa 21 tentara di dalamnya. Demikian seperti dilansir AP.
Netanyahu pun mengakui pihaknya mengalami salah satu hari tersulit dalam perang Hamas Vs Israel.
"Atas nama pahlawan, demi nyawa kami, kami tidak akan berhenti berjuang hingga kemenangan mutlak," ujar Netanyahu, seperti dilansir Reuters.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan hatinya tertuju pada keluarga mereka yang terbunuh pada pagi yang sulit dan menyakitkan ini, namun Israel tidak akan mundur.
"Perang ini akan menentukan masa depan Israel selama beberapa dekade mendatang – pengorbanan tentara diperlukan untuk mencapai tujuan perang," kata Gallant.
Adapun tiga tentara Israel lainnya tewas dalam insiden terpisah pada Senin. Melansir BBC, militer Israel mengaku 217 tentaranya tewas sejak awal invasi darat ke Jalur Gaza pada 27 Oktober.
Sementara itu, jika ditotal sejak 7 Oktober, militer Israel mencatat 545 kematian pasukannya.
Di sisi Palestina, otoritas kesehatan Gaza menyatakan, setidaknya 25.295 orang tewas dalam pengeboman dan invasi Israel sejak 7 Oktober.
Advertisement
Israel Rusak Pemakaman di Jalur Gaza, Klaim Cari Jenazah Sandera
Sebelumnya, pasukan Israel dilaporkan merusak pemakaman di Khan Younis di Gaza Selatan awal pekan ini. Mereka menggali dan memindahkan jenazah, yang menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kepada CNN, adalah bagian dari pencarian jasad sandera yang ditawan Hamas dalam serangan 7 Oktober 2023.
Rekaman yang beredar menunjukkan perkuburan dibuldoser, sementara jasad-jasad dibiarkan terekspos.
Menanggapi permintaan CNN untuk memberikan penjelasan mengenai perusakan kuburan, IDF mengatakan pada Kamis (18/1/2024) bahwa menyelamatkan para sandera dan menemukan serta mengembalikan jenazah mereka adalah salah satu misi utama mereka di Jalur Gaza.
"Proses identifikasi sandera, yang dilakukan di lokasi yang aman dan alternatif, memastikan kondisi profesional yang optimal dan rasa hormat terhadap orang yang meninggal," kata juru bicara IDF seperti dilansir CNN, Sabtu (20/1), seraya menambahkan bahwa jenazah yang dianggap bukan sandera dikembalikan dengan bermartabat dan hormat.
Menurut hukum internasional, serangan yang disengaja terhadap kuburan dapat dianggap sebagai kejahatan perang, kecuali dalam keadaan yang sangat terbatas terkait dengan situs tersebut yang menjadi tujuan militer.
IDF menuturkan kepada CNN bahwa ketika informasi intelijen atau operasional penting diterima, mereka akan melakukan operasi penyelamatan sandera secara tepat di lokasi tertentu di mana informasi menunjukkan bahwa jenazah sandera mungkin berada.
"Jika bukan karena keputusan tercela Hamas yang menyandera pria, wanita, anak-anak dan bayi Israel, maka pencarian sandera kami tidak diperlukan," tambah IDF.
132 Sandera Diyakini Masih Ditawan Hamas
Laporan tentang IDF yang mencuri jenazah telah banyak beredar di media sosial dan dibagikan oleh orang-orang yang marah dengan praktik tersebut. Namun, ini menandai pertama kalinya IDF mengakui adanya penggalian kuburan.
Israel mengatakan bahwa 253 orang disandera selama serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Mereka yakin 132 sandera masih berada di Jalur Gaza, di mana 105 di antaranya hidup dan 27 tewas.
Advertisement