Liputan6.com, Jakarta - Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi ruang angkasa, muncul pula permasalahan baru, yakni sampah luar angkasa. Sampah ini terdiri dari berbagai benda buatan manusia yang tertinggal di orbit Bumi, seperti satelit yang tidak berfungsi, sisa roket, dan bahkan pecahan kecil dari peralatan astronot.
Melansir laman Live Science, jurnal Protect Earth's Orbit: Avoid High Seas Mistakes menyebutkan bahwa sampah luar angkasa semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan industri antariksa di bumi. Jaringan Pengawasan Luar Angkasa Amerika Serikat melacak lebih dari 23.000 keping sampah terdapat di luar angkasa.
Dari jumlah tersebut, sekitar 3.000 adalah satelit mati yang dibiarkan membusuk di orbit. Jumlah dari sampah luar angkasa bisa melebihi jumlah tersebut karena tidak semuanya dapat terlacak oleh peneliti.
Advertisement
Baca Juga
Misi Observasi Matahari Perdana Milik India Sukses, Aditya-L1 Berhasil Capai Target Posisi
14 Desember 1962: Mariner 2 Jadi yang Pertama Sukses Menjelajahi Venus dan Berikan Sejumlah Temuan Ilmiah
Misteri Tomat Kerdil 2,5 Cm yang Hilang di Luar Angkasa Terpecahkan, Astronot NASA Menemukannya Setelah 8 Bulan
Bahkan, mereka memperkirakan bahwa ada lebih dari 100 triliun keping sampah luar angkasa yang masih belum terlacak. Sampah-sampah luar angkasa tersebut dapat menimbulkan masalah serius.
Hal tersebut dikarenakan objek di orbit bergerak sangat cepat dan biasanya mencapai kecepatan lebih dari 15.600 mph (25.200 km/jam). Benda seukuran kacang pun bisa menjadi berbahaya di orbit.
Jika dua benda yang bergerak berlawanan arah bertabrakan satu sama lain di ruang angkasa, maka dampaknya menjadi lebih besar.
Â
Bahaya Sampah Luar Angkasa
Melansir laman brin.go.id, meskipun terkesan kecil dan jauh, sampah luar angkasa dapat menimbulkan bahaya besar bagi manusia dan aktivitas di luar angkasa. Berikut beberapa bahaya sampah luar angkasa.
1. Ancaman bagi Satelit dan Astronot
Sampah luar angkasa yang bergerak dengan kecepatan tinggi dapat menabrak satelit dan pesawat ruang angkasa. Hal ini menyebabkan kerusakan parah atau bahkan kehancuran.
Tabrakan dengan objek kecil seukuran baut pun dapat berakibat fatal bagi astronot yang sedang melakukan perjalanan luar angkasa. Contohnya pada 10 Februari 2009.
Sebuah pesawat luar angkasa Rusia yang mati menabrak pesawat luar angkasa komersial Iridium AS yang berfungsi. Tabrak ini menghancurkan keduanya dan menambah lebih dari 2.300 keping sampah luar angkasa yang dapat dilacak ke orbit.
Adapun pada Juni 2021, sepotong sampah luar angkasa berukuran kecil tak dikenal menabrak lengan robot Stasiun Luar Angkasa Internasional dan merusaknya.
2. Gangguan pada Komunikasi dan Navigasi
Sampah luar angkasa dapat mengganggu sinyal satelit yang digunakan untuk komunikasi, navigasi, dan sistem lainnya. Hal ini dapat berakibat pada gangguan layanan GPS, telekomunikasi, dan bahkan kontrol lalu lintas udara.
3. Risiko Jatuh ke Bumi
Meskipun sebagian besar sampah luar angkasa akan terbakar di atmosfer Bumi, beberapa objek yang lebih besar dapat jatuh ke permukaan bumi. Hal ini berpotensi menimbulkan kerusakan pada properti dan bahkan membahayakan jiwa manusia.
Seperti yang terjadi pada Agustus 2022, bongkahan pesawat ruang angkasa SpaceX Crew Dragon yang hangus dan jatuh ke atmosfer. Sampah luang angkasa ini mendarat di peternakan domba di Australia seperti paku yang menancap di tanah.
4. Pencemaran Lingkungan
Sampah luar angkasa yang terbuat dari bahan beracun dapat mencemari lingkungan saat jatuh ke Bumi. Hal ini dapat membahayakan kesehatan manusia dan ekosistem.
(Tifani)
Advertisement