Misteri Tomat Kerdil 2,5 Cm yang Hilang di Luar Angkasa Terpecahkan, Astronot NASA Menemukannya Setelah 8 Bulan

Tomat tersebut pertama kali hilang saat dipanen di luar angkasa pada Maret 2023.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 11 Des 2023, 20:10 WIB
Diterbitkan 11 Des 2023, 20:10 WIB
Astronot
Ilustrasi Astronot Bermain Game (sumber: pixabay)

Liputan6.com, Washington - Astronot NASA Frank Rubio berhasil menemukan tomat kecil berukuran sekitar 1 inci atau sekitar 2,5 cm di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), setelah hilang selama delapan bulan.

"Teman baik kami Frank Rubio, yang (sudah) pulang, telah lama disalahkan karena memakan tomat. Tapi kami bisa membebaskannya dari tuduhan. Kami menemukan tomat itu," kata astronot NASA Jasmin Moghbeli, seperti dilansir Live Science, Senin (11/12/2023).

Tomat kerdil Red Rubin selebar satu inci atau sekitar 2,5 cm adalah hasil percobaan panen Veg-05 yang dilakukan oleh Rubio sendiri. Kemudian saat panen, setiap astronot ISS menerima sampel tomat setelah panen pada 29 Maret 2023, tetapi tomat milik Rubio justru melayang sebelum ia sempat memakannya.

Hilangnya tomat tersebut pertama kali dibahas secara publik pada 13 September 2023.

"Saya menghabiskan waktu berjam-jam mencari benda itu," kata Rubio sambil bercanda.

"Saya yakin tomat kering itu akan muncul suatu saat nanti dan membuktikan kebenaran saya, bertahun-tahun ke depan," sambungnya.

Luas ISS sendiri lebih besar dari rumah dengan enam kamar tidur dan dengan pengaruh gravitasi yang membuat benda-benda dapat melayang secara tak teratur, membuat Rubio tidak dapat langsung menemukannya.

Rubio juga sempat menyesalkan misteri hilangnya tomat itu walau ia sudah mencarinya selama berjam-jam.

"Realita masalahnya, kelembaban di sana sekitar 17 persen. Mudah-mudahan seseorang akan menemukannya suatu hari nanti: benda kecil yang sudah layu," ujarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Misi Rubio di Luar Angkasa

Ilustrasi astronot di luar angkasa. (Brian McGowan/Unsplash)
Ilustrasi astronot di luar angkasa. (Brian McGowan/Unsplash)

Selain itu, Rubio juga membagikan pengalamannya selama setahun berada di luar angkasa. Ia mengakui betapa sulitnya berada jauh dari istri, anak-anak dan teman-temannya dalam waktu yang lama.

Bahkan, Rubio menyebut bahwa jika ia tahu akan menghabiskan waktu hingga satu tahun di luar angkasa, dia tidak akan meminta misi tersebut.

Namun, selama Rubio menjalankan misinya, para kerabatnya menawarkan bantuan tanpa syarat untuk dia dan keluarganya.

"Masyarakat di sekitar kami sungguh luar biasa - mereka mendapat begitu banyak doa dan dukungan. Sungguh luar biasa betapa banyak cinta dan dukungan yang kami terima. Jadi dari sudut pandang itu, hal ini membuat segalanya menjadi sangat mudah," ungkapnya.


NASA Bakal Latih Astronot India untuk Misi Pendaratan di Stasiun Luar Angkasa ISS

Ilustrasi Logo NASA
Ilustrasi Logo NASA (dok. Unsplash.com/Brian McGowan)

Bicara soal luar angkasa, NASA rencananya akan melatih astronot India untuk perjalanan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada awal tahun depan. Hal ini diungkapkan oleh Administrator NASA Bill Nelson, menandai semakin eratnya kerja sama antara India dan Amerika Serikat di bidang antariksa.

"Ada peluang untuk berbagi ilmu pengetahuan," kata Nelson, berbicara di sebuah acara di Bengaluru, di mana dia dijadwalkan untuk memeriksa satelit NISAR pada Kamis 30 November 2023.

NASA-ISRO SAR (NISAR) adalah sistem observatorium orbit rendah Bumi yang dikembangkan bersama oleh NASA dan ISRO (Organisasi Penelitian Luar Angkasa India). Berukuran sebesar SUV, satelit ini akan diluncurkan dari India pada kuartal pertama tahun depan, dengan target peluncuran yang ditetapkan pada bulan Januari.


Misi NSAR Memberikan Berbagai Data

India Luncurkan Roket Chandrayaan-3
Pesawat ruang angkasa India Chandrayaan-3 meluncur dari Satish Dhawan Space Center di Sriharikota, India, Jumat (14/7/2023). India sukses meluncurkan roket yang membawa pesawat Chandrayaan-3 menuju Bulan dari Sriharikota. (AP Photo/Aijaz Rahi)

NISAR akan memetakan seluruh planet setiap 12 hari sekali, memberikan data untuk memahami perubahan ekosistem, massa es, biomassa vegetasi, kenaikan permukaan laut, air tanah, dan bahaya alam termasuk gempa bumi, tsunami, gunung berapi, dan tanah longsor.

India bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar peluncuran satelit global sebanyak lima kali lipat dalam dekade berikutnya, dan setuju untuk bergabung dengan Artemis Accords milik NASA pada bulan Juni tahun ini.

Perjanjian tersebut bertujuan untuk memperjelas dan memodernisasi prinsip-prinsip Perjanjian Luar Angkasa tahun 1967 yang telah diratifikasi secara luas dengan mendorong transparansi ilmiah, serta menetapkan aturan koordinasi untuk menghindari gangguan berbahaya di luar angkasa dan di Bulan.

Infografis Apollo dan Jejak Manusia di Bulan
Infografis Apollo dan Jejak Manusia di Bulan. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya