Liputan6.com, Seoul - Korea Utara dilaporkan meretas email pribadi milik ajudan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol ketika melakukan kunjungan kenegaraan ke Inggris pada November 2023.
Kantor Presiden Korea Selatan mengungkap bahwa peretasan tersebut terjadi setelah ajudan Yoon menggunakan akun email pribadinya untuk pekerjaan resmi.
Baca Juga
Dilansir BBC, Rabu (14/2/2024), menurut informasi dari surat kabar lokal, peretas berhasil mengakses jadwal perjalanan Yoon. Surat kabar Kukmin Ilbo menambahkan bahwa pesan yang dikirim oleh presiden juga telah dicuri.
Advertisement
Kendati demikian, kantor kepresidenan tidak bersedia mengungkapkan informasi apa saja yang dicuri.
Insiden ini diperkirakan merupakan pertama kalinya Korea Utara berhasil meretas anggota tim presiden Korea Selatan.
Sementara itu, kantor kepresidenan menekankan bahwa sistem keamanannya tidak diretas.
"Pelanggaran ini disebabkan oleh pelanggaran peraturan keamanan yang ceroboh oleh seorang administrator yang menggunakan email komersial untuk tujuan kerja," bunyi pernyataan tersebut.
Â
Langkah Antisipasi
Sumber pemerintah Korea Selatan kepada Kukmin Ilbo tanpa menyebut nama, mengatakan bahwa mereka "sangat terkejut" ketika mengetahui pelanggaran tersebut. Pihaknya jugamenambahkan bahwa hal itu dapat menyebabkan masalah bagi keamanan Yoon di luar negeri.
Pemerintah Korea Selatan mengatakan, insiden tersebut telah terdeteksi sebelum kunjungan presiden dimulai, dan tindakan yang diperlukan telah diambil untuk mengatasinya.
Pemerintah Seoul menambahkan bahwa pihaknya telah mengambil langkah-langkah untuk memperkuat keamanannya, termasuk meningkatkan kesadaran di antara timnya, untuk mencegah kejadian serupa terjadi lagi.
Advertisement
Pencurian dan Peretasan oleh Pyongyang
Korea Utara dilaporkan menggunakan peretasan dunia maya untuk mencuri uang dan informasi, dan sarana yang digunakan juga semakin canggih.
Sebelumnya, Pyongyang dikenakan sanksi internasional yang ekstrem, di mana para peretas siber berusaha mencuri sejumlah besar uang, seringkali dalam bentuk mata uang kripto, untuk mendanai rezim tersebut dan program senjata nuklirnya.
Diperkirakan Pyongyang telah mencuri uang sebanyak USD3 miliar sejak tahun 2016.
Korea Utara juga diduga melakukan peretasan dengan tujuan mencuri rahasia negara, termasuk rincian teknologi senjata canggih.