Liputan6.com, Brussels - Kini giliran Belgia mengirim bantuan untuk warga Gaza.
Pada Senin 4 Maret 2024, Belgia mengirim pesawat angkut militer untuk bergabung dalam operasi internasional untuk menjatuhkan bantuan di Gaza yang dilanda perang yang juga melibatkan Amerika Serikat, Prancis dan Yordania, kata pihak berwenang seperti dikutip dari AFP, Rabu (6/3/2024).
Baca Juga
Bantuan tersebut dibawa ke Yordania, di mana pihak berwenang Yordania akan memeriksanya sebelum meminta izin Israel untuk melakukan penerjunan melalui udara, yang akan dilakukan paling cepat pada hari Rabu (6/3), menurut Kementerian Pertahanan Belgia.
Advertisement
"Kami tidak memutuskan kapan kami akan masuk. Kami diberitahu kapan kami boleh masuk dan kami akan mematuhinya," kata Kolonel Bruno Beeckmans, komandan pangkalan udara di luar Brussels tempat pesawat lepas landas.
"Ini benar-benar zona larangan terbang karena merupakan zona perang. Jadi kita perlu terkoordinasi dengan tepat,” ucap Kolonel Bruno Beeckmans kepada AFP.
Sementara itu, pesawat angkut militer Airbus A400M akan melakukan penerbangan lain dari Brussel ke pangkalan udara Zarqa di Yordania di luar Amman, untuk menerima lebih banyak bantuan dan personel untuk penerjunan tersebut.
Zarqa telah menjadi pusat dari apa yang dikatakan Menteri Pertahanan Belgia Ludivine Dedonder sebagai "koalisi kemanusiaan untuk Palestina.”
Bantuan Sudah Ada dari Yordania dan AS
Adapun Yordania telah mengirimkan sedikitnya 16 bantuan udara ke Gaza sejak perang pecah pada 7 Oktober 2023. Salah satunya dilakukan dengan pesawat militer Prancis.
Amerika Serikat – sekutu setia Israel – mulai mengirimkan bantuan melalui udara pada hari Sabtu (2/3) ke Gaza, yang telah menghadapi pemboman tanpa henti oleh Israel sejak Hamas melancarkan serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023.
Bantuan AS dari udara menerjunkan palet-palet berat ke pantai Gaza yang dipenuhi orang.
Beecksman mengatakan kepada wartawan bahwa hal itu dilakukan demi alasan keamanan, untuk menghindari benturan dengan orang di darat, namun pihak berwenang Palestina tidak ingin ada bantuan dari udara tersebut jatuh ke dalam air.
"Hal itu dianggap memalukan oleh orang-orang Palestina. Jadi kami ingin menghindari hal itu," kata Beecksman.
Beeckmans berkata: "Orang-orang Palestina mengindikasikan bahwa mereka lebih memilih kerusakan tambahan daripada terjatuh ke laut."
Advertisement
Kondisi Menyedihkan Masyarakat Gaza
Para pejabat PBB telah menekankan kondisi menyedihkan yang dihadapi masyarakat di Gaza, dengan berkurangnya persediaan makanan yang mendorong sebagian besar penduduk ke ambang kelaparan.
Menteri Luar Negeri Belgia Hadja Lahbib, yang juga berada di pangkalan udara Melsbroek, mengatakan gencatan senjata diperlukan untuk memungkinkan lebih banyak pengiriman bantuan.
Serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober Israel mengakibatkan sekitar 1.160 kematian, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Serangan balasan Israel di Gaza, yang kini memasuki bulan kelima, telah menewaskan lebih dari 30.600 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut jumlah korban terbaru dari kementerian kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.
WHO: Anak-Anak di Gaza Meninggal Karena Kelaparan
Anak-anak sekarat karena kelaparan di Gaza Utara. Hal tersebut dinyatakan oleh Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Temuan suram dalam kunjungan WHO ke Rumah Sakit Al-Awda dan Kamal Adwan di Gaza Utara: tingkat malanutrisi yang parah, anak-anak sekarat karena kelaparan, kekurangan bahan bakar, makanan dan pasokan medis, gedung rumah sakit hancur," tulis Ghebreyesus di platform X alias Twitter pada Senin (4/3/2024).
"Kunjungan pada akhir pekan ini adalah yang pertama sejak awal Oktober 2023 meskipun kami berupaya mendapatkan akses yang lebih teratur ke bagian Gaza Utara. Situasi di Rumah Sakit Al-Awda sangat memprihatinkan karena salah satu bangunannya hancur."
Ghebreyesus mengabarkan lebih lanjut, "Rumah Sakit Kamal Adwan adalah satu-satunya rumah sakit anak di Gaza Utara dan kewalahan menampung pasien. Kurangnya makanan mengakibatkan kematian 10 anak. Kurangnya listrik menimbulkan ancaman serius terhadap perawatan pasien, terutama di area kritis seperti unit perawatan intensif dan unit neonatal."
"Kami berhasil mengirimkan 9.500 liter bahan bakar ke setiap rumah sakit dan beberapa pasokan medis penting. Ini adalah sebagian kecil dari kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan nyawa."
Dia menambahkan, "Kami mengimbau Israel memastikan bantuan kemanusiaan dapat disalurkan dengan aman dan teratur. Warga sipil, terutama anak-anak, dan staf kesehatan memerlukan bantuan yang lebih besar segera. Namun, obat utama yang dibutuhkan semua pasien ini adalah perdamaian. Gencatan senjata."
Otoritas kesehatan Gaza sendiri melaporkan pada Minggu (3/3/2024), setidaknya 15 anak meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi di Rumah Sakit Kamal Adwan. Sementara itu, kantor berita Palestina, Wafa, mengabarkan pada Senin (4/3), anak ke-16 meninggal pada Minggu di sebuah rumah sakit di Rafah.
Advertisement