Ribuan Orang Unjuk Rasa di Spanyol, Protes Kepulauan Canary Terlalu Padat Pengunjung

Penduduk asli di Kepulauan Canary menentang dampak yang muncul dari kelebihan pengunjung.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 21 Apr 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2024, 17:00 WIB
Imigran dari Afrika
Kapal itu dikatakan berada 70 mil laut (130km) barat daya Kepulauan Canary, dan membawa orang-orang dari sub-Sahara Afrika. (AFP/Desiree Martin)

Liputan6.com, Madrid - Puluhan ribu orang di Kepulauan Canary, Spanyol, melakukan unjuk rasa menentang model pariwisata massal yang menurut mereka membebani kepulauan Atlantik.

Dilansir BBC, Minggu (21/4/2024), para pengunjuk rasa menginginkan pembatasan jumlah wisatawan dan membatasi apa yang mereka gambarkan sebagai pembangunan tidak terkendali yang berbahaya bagi lingkungan dan penduduk.

Kendati demikian, mereka menekankan bahwa mereka tidak menentang industri pariwisata, yang menyumbang 35 persen perekonomian bagi Kepulauan Canary.

Pada tahun 2023, 13,9 juta turis mengunjungi tujuh pulau utama tersebut.

Jumlah tersebut sekitar enam kali lebih banyak dari populasi pulau-pulau tersebut yang berjumlah 2,2 juta jiwa, menurut data resmi.

Terlebih, industri pariwisata juga menyumbang 40 persen lapangan kerja di nusantara.

Pasar terbesar bagi pulau-pulau tersebut adalah Inggris dan Jerman, meskipun kedua negara tersebut juga merupakan tujuan populer bagi orang-orang Spanyol daratan.

Wisatawan tertarik dengan pantai Canary dan sinar matahari sepanjang tahun.

Pada Sabtu (20/4), aksi protes dilakukan di seluruh negeri.

Di Santa Cruz de Tenerife, ibu kota pulau terbesar, Tenerife, para demonstran memegang plakat bertuliskan "Turis - hormati tanah saya!" dan "Canary mempunyai batas".

"Masalah utamanya adalah model pariwisata besar-besaran yang tidak bisa dipatahkan di pulau ini… (selama) beberapa dekade, dan hanya menghancurkan pulau itu… dan kehidupan penduduk di sini," kata pengunjuk rasa Lydia Morales kepada BBC.

"Kami merasa kami disingkirkan, prioritas kami tidak dipertimbangkan," katanya, seraya menambahkan bahwa para politisi "lebih fokus" pada pembangunan kompleks pariwisata dan hotel.

Ingin Dampak Lingkungan Diperhitungkan

Elizabeth Line Akhirnya Melayani Akses Kereta Api Ke Pusat Kota London
Penumpang berjalan di Stasiun Canary Wharf Elizabeth Line yang baru dibuka di London Timur, Inggris, Senin (7/11/2022). Awalnya jalur ini dibagi menjadi tiga bagian yang pusatnya justru terisolasi, sehingga membuat penumpang tidak dapat langsung ke kota dan harus transit di Stasiun Paddington atau Liverpool Street. (Daniel LEAL / AFP)

Demonstrasi jalanan juga terjadi di beberapa wilayah daratan Spanyol pada hari Sabtu.

Para pengunjuk rasa mengatakan mereka menginginkan model berkelanjutan yang memperhitungkan dampak lingkungan seperti kekurangan air dalam iklim yang memanas, dan mengurangi tekanan pada biaya dan perumahan.

Pada tahun 2023, 34 persen penduduk Kepulauan Canary berisiko mengalami kemiskinan atau pengucilan sosial, angka tertinggi kedua di Spanyol setelah Andalusia, menurut Institut Statistik Nasional (INE).

Pekan lalu, para aktivis memulai mogok makan di Tenerife, sebagai protes atas apa yang mereka lihat sebagai pertumbuhan pariwisata yang merusak di Kepulauan Canary.

Para pengunjuk rasa menuntut penghentian pembangunan hotel dan resor pantai di selatan pulau itu. Mereka juga menginginkan moratorium seluruh proyek pengembangan pariwisata.

 

Gunung Fuji Juga Kepadatan Pengunjung

Gunung Fuji dari Prefektur Yamanashi
Gunung Fuji terlihat dari kuil Arakura Fuji Sengen di kota Fujiyoshida, prefektur Yamanashi, pada Kamis (22/4/2021). Prefektur Yamanashi terletak di sebelah barat Tokyo yang memiliki spot-spot wisata terkenal, salah satunya gunung tertinggi di Jepang, Gunung Fuji. (Behrouz MEHRI / AFP)

Selain Kepulauan Canary, Gunung Fuji di Jepang ternyata tidak terkecuali dari fenomena overtourism. Dengan jutaan pengunjung setiap tahun dan banyaknya bus, truk pasokan, toko mi, serta magnet kulkas, Gunung Fuji bukan lagi tempat ziarah yang damai seperti dulu.

Menurut laporan AFP, pihak berwenang pun mulai bertindak, menyebut bahwa jumlah pendaki gunung berapi terkenal di dunia itu, baik siang maupun malam, berada di angka berbahaya dan "memalukan" secara ekologis.

"Gunung Fuji berteriak," kata gubernur wilayah setempat, pekan lalu. Memuji Gunung Fuji berperan penting pada agama dan inspirasi para seniman, pada 2013, UNESCO menambahkan "ikon Jepang yang diakui secara internasional" ke dalam daftar Warisan Dunia.

Infografis Destinasi Wisata Berkelanjutan di Indonesia dan Dunia
Infografis Destinasi Wisata Berkelanjutan di Indonesia dan Dunia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya