Gelombang Panas Pakistan: Suhu Tembus 52 Derajat Celsius, Ratusan Orang Menderita Heatstroke

Gelombang panas memicu kekhawatiran terjadinya banjir akibat mencairnya gletser.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 29 Mei 2024, 09:00 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2024, 09:00 WIB
Ilustrasi gelombang panas.
Ilustrasi gelombang panas. (Unsplash/Xurzon)

Liputan6.com, Islamabad - Ratusan korban sengatan panas atau heatstroke dirawat di rumah sakit di seluruh Pakistan ketika gelombang panas terus melanda negara itu.

Penduduk setempat didesak untuk tetap tinggal di dalam rumah setelah suhu melonjak di atas 52 Celsius di beberapa daerah pada hari Senin (27/5/2024). Mengutip Reuters, di Kota Mohenjo Daro, Provinsi Sindh, suhu dilaporkan mencapai 52,2.

Fakta tersebut merupakan catatan suhu tertinggi selama musim panas ini dan mendekati rekor catatan suhu kota itu dan Pakistan, yang masing-masing 53,5 derajat Celsius dan 54 derajat Celsius.

Di seluruh negeri, para relawan telah mendirikan kamp bantuan sementara di mana masyarakat dapat minum air es dan berlindung dari panas.

Layanan ambulans milik negara kini juga membawa air kemasan dan es untuk memberikan perawatan darurat kepada para korban cuaca ekstrem. Demikian seperti dilansir euronews, Rabu (29/5).

Suhu siang hari dilaporkan melonjak hingga 8 derajat Celsius di atas suhu rata-rata bulan Mei selama dua dekade terakhir, meningkatkan kekhawatiran akan banjir di wilayah barat laut karena mencairnya gletser.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Dampak Perubahan Iklim

Ilustrasi gelombang panas.
Ilustrasi gelombang panas. (Unsplash)

Badan ramalan cuaca memperkirakan suhu akan melonjak hingga 55 derajat Celsius pada bulan ini.

Tahun ini pula, Pakistan mencatat bulan April terbasah sejak tahun 1961. Hujan lebat yang terjadi pada bulan lalu menewaskan banyak orang sekaligus menghancurkan properti dan lahan pertanian.

Para ilmuwan mengaitkan cuaca yang tidak menentu dengan perubahan iklim. Pihak berwenang Pakistan mengatakan meskipun kontribusi emisi karbonnya kurang dari 1 persen, negara ini menanggung beban bencana iklim global yang paling parah.

Sejumlah badan amal juga menyuarakan kekhawatiran bahwa anak-anak akan sangat terdampak panas ekstrem ini.

Di Punjab, sekolah-sekolah telah diliburkan akibat gelombang panas.

"Setidaknya 26 juta anak di provinsi terpadat di Pakistan, Punjab, – atau 52 persen dari total jumlah siswa di pendidikan pra-sekolah dasar, dasar dan menengah – akan libur sekolah mulai tanggal 25 hingga 31 Mei," sebut Save the Children pada Kamis (23/5).

UNICEF menuturkan peningkatan suhu di seluruh kawasan dapat membahayakan kesehatan jutaan anak jika mereka tidak terlindungi dan terhidrasi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya