55 Siswa Indonesia Ikut Program Pertukaran Pelajar KL-YES ke AS, Ini Hal Menariknya

Yayasan Bina Antarbudaya bersama Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia menyambut kepulangan 55 siswa dari 20 chapter setelah mengikuti program pertukaran antarbudaya.

oleh Santi Rahayu diperbarui 12 Jun 2024, 17:05 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2024, 17:28 WIB
Program Yes
Poto Bersama awardee penerima beasiswa Program YES (Dok.Santi Rahayu)

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 55 siswa-siswi Indonesia telah menyelesaikan program pertukaran pelajar di Amerika Serikat (AS) selama 10 bulan melalui program Kennedy Lugar Youth Exchange and Study Programs (KL-YES).

Pejabat Sementara Wakil Duta Besar AS untuk Indonesia, Jason Rebholz mengatakan bahwa ini merupakan ajang untuk saling memahami satu sama lain, dan mempererat hubungan antara kedua negara.

“Jadi, melalui program semacam ini, orang Indonesia dapat lebih memahami Amerika Serikat dan orang Amerika dapat lebih memahami Indonesia,” ucap Jason dalam acara menyambut kepulangan 55 siswa dari 20 Chapter Bina Antarbudaya, di Hotel Gren Alia, Jakarta Pusat pada Senin, (10/4/2024).

“Kami berharap hubungan yang dibangun oleh program semacam ini dapat membantu kami tumbuh sebagai mitra dan sahabat di antara kedua negara,” tambahnya.

Program YES, merupakan program beasiswa penuh yang diberikan oleh Pemerintah AS yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman antara masyarakat Amerika Serikat dengan masyarakat di negara-negara yang memiliki populasi Muslim yang signifikan, termasuk Indonesia.

Kerja sama AS dan Indonesia melalui Program YES yang berlangsung hingga kini sejatinya sudah berjalan sejak tahun 2003.

“Atas nama Kedutaan Besar Amerika Serikat, Kami sangat berterima kasih, program ini sudah berjalan selama 21 tahun untuk membawa generasi muda Indonesia ke Amerika Serikat untuk memperoleh kesempatan belajar di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA),” ucap Jason.

Selain itu, Jason menambahkan bahwa banyak alumni program YES memiliki jabatan penting dalam masyarakat di berbagai sektor, termasuk pemerintahan.

“Kami memiliki sekitar 1.600 pelajar Indonesia yang belajar di Amerika Serikat dengan program YES hingga saat ini, dan kami telah melihat para alumni kami menduduki jabatan yang sangat penting, baik itu di pemerintah Indonesia maupun bekerja bersama kami di Kedutaan Besar Amerika,” jelasnya.

 

 

 

Banyak Program untuk Mempererat Hubungan Indonesia dan AS

Jason Rebholz
Jason Rebholz, Pejabat SementaraWakil Duta Besar AS untuk Indonesia (Dok. Santi Rahayu)

Bukan hanya Program YES yang dikhususkan untuk siswa SMA saja, tetapi masih banyak program yang ditawarkan oleh pemerintah AS untuk mempererat hubungan dengan Indonesia.

“Kami juga memiliki program untuk membawa mahasiswa tingkat perguruan tinggi, magister, doktor, pascasarjana, dan banyak jenis program bagi warga Indonesia untuk belajar dan bekerja di Amerika Serikat untuk program pertukaran jangka pendek,” kata Jason.

Di samping itu, hubungan diplomatik Indonesia dan Amerika sudah berjalan selama 75 tahun pada tahun ini, program ini menjadi salah satu program yang dibanggakan Amerika Serikat.

“Namun, saat ini kami merayakan ulang tahun ke-75 tahun ini antara Amerika Serikat dan Indonesia, kami ingin merayakan semua hal yang dapat kami lakukan bersama sebagai mitra, Jadi, kami bangga dapat berkolaborasi dengan generasi muda yang luar biasa dan sama-sama merayakan ulang tahun yang ke-75 tahun ini,” jelas Jason.

 

 

 

 

Merupakan Program yang Saling Menguntungkan

Gatot Nuradi Sam
Gatot Nuradi Sam Direktur Eksekutif Bina Antarbudaya memberi pidato pembuka dalam acara penyambutan (Dok. Santi Rahayu)

Adapun terkait keuntungan dari program ini, bukan hanya masyarakat Indonesia yang mendapat manfaat dari program YES, tetapi kedua belah pihak.

“Saya rasa warga Amerika mendapatkan banyak manfaat melalui program ini. Ketika saya berbicara tentang Indonesia, saya membicarakannya sebagai negara penting yang tidak banyak diketahui warga Amerika, karena jarak negara kita yang cukup jauh.”

Ia juga menjelaskan “Jadi bagi banyak warga Amerika, mereka mungkin tidak pernah berkesempatan untuk mengunjungi Indonesia atau bertemu orang Indonesia, kesempatan yang diberikan program inilah yang menjadi cara orang-orang dari kedua negara untuk saling memahami satu sama lain.”

Selain itu, program ini menjadi salah satu cara pemerintah Amerika Serikat untuk memperkenalkan budaya mereka kepada anak muda Indonesia yang sebagian besar berumur di bawah 30 tahun.

“Indonesia adalah negara yang memiliki banyak jiwa-jiwa muda, lebih dari separuh penduduknya berusia di bawah 30 tahun. Jadi kami rasa sangat penting bagi kaum muda untuk memahami budaya Amerika Serikat,” tambah Jason.

Pengalaman Para Siswa

Penerima Beasiswa
Penerima Beasiswa YES: Miftah Farid dari Pontianak, dan Yang Ababil Putri dari Palembang (Dok. Santi Rahayu)

Dalam pelaksanaannya, dua siswa Indonesia yang berhasil mengikuti program ini, yaitu Miftah Farid dari Pontianak, dan Yang Ababil Putri dari Palembang, mengungkapkan kebahagiaan mereka dapat mengikuti program YES. Mereka merasa senang karena bisa merasakan langsung tinggal bersama masyarakat Amerika Serikat yang memiliki budaya dan kebiasaan berbeda.

“Aku berterima kasih kepada program ini, karena dengan adanya program ini aku bisa merasakan secara langsung bagaimana rasanya tinggal dan berinteraksi langsung dengan penduduk lokal dan belajar di sekolah umum di sana, dan belajar budaya yang berbeda juga,” jelas Miftah.

"Aku juga mengucapkan terima kasih kepada YES Program dan Bina antarbudaya yang telah memberikan kami kesempatan untuk mendapatkan pengalaman exchange," tambah Putri.

Di samping itu, mereka juga merasakan perbedaan di sana, seperti cuaca yang sangat dingin, berbeda dengan di Indonesia.

“Yang paling dingin itu pernah sampai -20°C, secara aku berasal dari negara tropis, jadi I’m surprised,” kata Putri.

“Karena saljunya terlalu banyak, bahkan ada sekolah yang diliburkan, tapi karena aku belum pernah ngerasain salju, jadi di sana aku berkesempatan menikmati salju,” tambah Putri.

Selain itu, mereka mendapat kesempatan untuk memilih kelas yang diinginkan. Hal ini bisa menjadi peluang untuk menambah pengetahuan.

”Jadi aku sebisa mungkin ambil kelas yang belum pernah aku ambil di Indonesia, seperti theater, sosial media, dan lain-lain,” jelas Miftah.

Banner Infografis Polemik Siswa Tak Wajib Ikut Kegiatan Pramuka. (Liputan6.com/Abdillah)
Banner Infografis Polemik Siswa Tak Wajib Ikut Kegiatan Pramuka. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya