Soal Perang Israel Vs Hizbullah, AS Serukan Deeskalasi

Israel dan Hizbullah mulai baku tembak terbaru pada 8 Oktober 2023, sehari setelah serangan mematikan Hamas ke Israel selatan.

oleh Tim Global diperbarui 20 Jun 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2024, 12:00 WIB
Perang Israel - Lebanon
Hizbullah bersumpah akan ikut menyerang Israel demi membantu perjuangan bangsa Palestina. (AP Photo/Hussein Malla)

Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat (AS) menyerukan deeskalasi bentrokan lintas batas antara Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon karena ancaman akan terjadi perang besar-besaran.

Komentar utusan khusus AS Amos Hochstein di Beirut pada Selasa (18/6/2024) disampaikan ketika serangan terus meningkat di kedua sisi perbatasan.

Serangan baru-baru ini, termasuk serangan drone Hizbullah terhadap tank Israel pada Selasa, terjadi setelah serangan Israel menewaskan seorang komandan senior Hizbullah pekan lalu.

Hizbullah yang didukung Iran, yang bersekutu dengan kelompok militan Palestina, Hamas, menyatakan bahwa mereka hanya akan berhenti menyerang jika ada gencatan senjata dalam perang Israel melawan Hamas di Jalur Gaza.

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan bahwa dia berharap konflik ini berakhir, namun pihaknya siap untuk mengambil tindakan jika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu "bersikeras" melakukan perang.

"Kami berharap perang akan berhenti segera, namun jika (Netanyahu) bersikeras berperang, dia akan membawa entitas Zionis ke dalam bencana dan akan membawa pihak lawan meraih kemenangan bersejarah yang besar dan membanggakan," tutur Nasrallah.

Ancaman Eskalasi Konflik

Konflik Israel - Lebanon
Hubungan Israel dan Hizbullah makin memanas. Pasukan Zionis mengatakan akan menyerang sasaran Hizbullah di Lebanon selatan. (AP Photo/Ohad Zwigenberg)

Juru bicara pasukan pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari menuturkan bahwa Hizbullah membuat Lebanon berisiko dalam upayanya menjadi "perisai bagi Hamas".

"Agresi Hizbullah yang semakin meningkat membawa kita ke ambang eskalasi yang lebih luas, yang dapat menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan bagi Lebanon dan seluruh kawasan," ungkap Hagari.

Sementara itu, utusan khusus Hochstein mendesak Hamas untuk menerima perjanjian gencatan senjata yang didukung AS. Itu, kata Hochstein, juga akan membantu meredakan konflik di sepanjang perbatasan selatan Lebanon.

Hochstein mengatakan gencatan senjata atau solusi diplomatik untuk menghentikan konflik Israel-Hizbullah adalah hal yang "mendesak".

Laporan menyebutkan bahwa sekitar 473 orang di Lebanon, termasuk 94 warga sipil, tewas sejak 8 Oktober. Para pejabat Israel melaporkan setidaknya 26 orang tewas di Israel akibat konflik dengan Hizbullah, 11 di antaranya dikatakan adalah warga sipil.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya