Kritik terhadap Netanyahu atas Perang di Gaza: Dia Membawa Israel pada Kekalahan

Kritik terhadap Netanyahu ini adalah penanda terbaru meningkatnya ketegangan antara militer dan pemerintah.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 06 Jul 2024, 10:08 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2024, 10:08 WIB
Operasi Darat Israel di Jalur Gaza
Pasukan darat Israel memasuki Gaza pada akhir Oktober dan dengan cepat mengepung Kota Gaza, pemukiman utama di utara. (AP Photo/Victor R. Caivano)

Liputan6.com, Tel Aviv - Seorang mantan juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengkritik tajam tindakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam perang melawan Hamas. 

Letkol Peter Lerner mengatakan bahwa ketika berbicara dengan media dunia atas nama militer, dia menyadari hilangnya kepercayaan internasional terhadap Israel dan kegagalan pemerintah untuk mempertahankan dukungan luas terhadap perang melawan Hamas dari waktu ke waktu. Lerner bertugas di IDF selama lebih dari 25 tahun – terakhir sebagai juru bicara selama perang, sebelum akhirnya dia mengundurkan diri bulan lalu.

"Netanyahu menjanjikan kemenangan penuh atas Hamas," kata dia dalam wawancaranya dengan surat kabar Israel, Haaretz, seperti dilansir CNN, Sabtu (6/7/2024).

"Tetapi di arena internasional dia dan pemerintahannya membawa kita pada kekalahan."

Lerner menuturkan pula kepada Haaretz bahwa pada hari-hari awal konflik, setelah serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober 2023, "Ada pemahaman yang jelas bahwa Hamas adalah organisasi yang jahat dan berbahaya dan bahwa Israel harus mengambil tindakan melawannya."

Niat baik tersebut dengan cepat terkikis, kata Lerner, sebagian karena penderitaan warga sipil Palestina yang tak terhindarkan ketika IDF memulai invasi darat ke Jalur Gaza. Namun, dia turut menyalahkan pemerintah, dengan mengatakan, "Tidak ada strategi politik untuk perang ini, bahkan setelah sembilan bulan kita berperang di dua front."

Ketika dia semakin banyak ditanya tentang tujuan operasi militer Israel di Jalur Gaza, Lerner mengatakan, "Saya segera menyadari bahwa saya tidak mempunyai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, bukan karena pertanyaan-pertanyaan tersebut belum diputuskan, tetapi karena pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak akan diputuskan."

Lerner mengaku dia merasa seperti seorang tentara yang bertugas jaga tanpa peluru.

"Saya tidak memiliki amunisi yang saya perlukan untuk menjawab pertanyaan. Saya hanya harus mengatakan bahwa saya berbicara atas nama militer dan pertanyaan-pertanyaan ini adalah tanggung jawab pemerintah. Namun, pemerintah juga tidak mempunyai jawaban," ujarnya.

Lerner mengkritik pula para menteri yang menurutnya telah mengurangi legitimasi tindakan Israel di Jalur Gaza.

"Hamas merusak hampir seluruh saluran listrik yang menghubungkan Gaza dengan Israel," tutur dia.

"Kami mempunyai kesempatan untuk datang dan mengatakan: Hamas merugikan warga Gaza, dan kami, Israel, akan mencoba memperbaikinya, tetapi hanya jika penembakan dihentikan. Sebaliknya, menteri energi saat itu, Israel Katz, mengeluarkan pernyataan populis tentang fakta bahwa dia akan memutus aliran listrik kepada mereka dan juga tidak akan menyalurkan bahan bakar kepada mereka."

Lerner mengutip ucapan Netanyahu pada tahun 2016 bahwa ujian di bidang propaganda sangatlah sederhana: Apakah tangan Anda terikat ketika ingin membela diri?

Dia menekankan Netanyahu telah gagal dalam ujian itu secara menyedihkan.

"Amerika Serikat (AS) dan Inggris membatalkan pengiriman senjata, Prancis melarang kami berpartisipasi dalam pameran senjata besar-besaran. Kami menangguhkan selama berbulan-bulan pintu masuk ke Rafah. Masalah ini memerlukan komisi penyelidikan negara, seperti kegagalan yang terjadi pada 7 Oktober," tutur dia.

Tekad untuk Melanjutkan Perang

Operasi Darat Israel di Jalur Gaza
Sebelumnya, Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober lalu dan menewaskan 1.200 orang di Israel serta membawa 240 orang sandera ke Jalur Gaza. (AP Photo/Victor R. Caivano)

Pernyataan Lerner muncul menyusul sejumlah ketegangan antara Netanyahu dan pimpinan militer Israel.

Pekan lalu, Netanyahu menolak gagasan untuk memulai gencatan senjata di Jalur Gaza sementara Hamas masih berkuasa, setelah New York Times menerbitkan sebuah artikel yang mengutip enam pejabat keamanan saat ini dan mantan pejabat yang mengatakan gencatan senjata akan memberikan waktu bagi pasukan Israel untuk bersiap menghadapi potensi perang darat dengan Hizbullah.

Dalam pernyataannya kemudian, Netanyahu mengatakan, "Saya tidak tahu siapa sumber anonim ini, tapi saya di sini untuk memperjelas: Ini tidak akan terjadi. Perang akan berakhir setelah Israel mencapai semua tujuannya, termasuk penghancuran Hamas dan pembebasan semua sandera kami."

Laporan tersebut muncul beberapa hari setelah juru bicara militer utama Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan bahwa Hamas tidak dapat dihancurkan, dan bahwa siapa pun yang mengklaim sebaliknya akan "melemparkan pasir ke mata publik" – sebuah kritik tersirat terhadap Netanyahu, yang telah berulang kali berjanji melenyapkan kelompok tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya