Liputan6.com, Nicosia - Tepat hari ini, pada tahun 1974 dilaporkan ribuan warga Siprus-Yunani di London, Inggris memprotes pemerintah Siprus yang disengketakan.
Pasalnya, pasukan tentara Turki mendarat di utara pulau Mediterania tersebut sehari sebelumnya (20/7/1974) setelah kudeta yang disponsori Yunani di ibu kota, Nicosia.
Lebih dari 10.000 warga Siprus-Yunani dan aktivis sayap kiri Inggris berbaris melalui pusat kota London untuk mendukung Siprus yang merdeka dan pemulihan Uskup Agung Makarios sebagai presiden terpilihnya.
Advertisement
Namun, masalah muncul ketika kelompok tersebut berkumpul di luar gereja Ortodoks Yunani All Saints di Camden Town dan berhadapan dengan warga Siprus Yunani lainnya yang mendukung penyatuan - atau enosis - dengan Yunani.
Sebuah komite aksi bertemu di markas besar Gerakan Koordinasi untuk Penyatuan Siprus dengan Yunani untuk mempersiapkan pasukan sukarelawan untuk bergabung dengan tentara Yunani, dikutip dari BBC, Minggu (22/7/2024).
Para demonstran merobohkan poster-poster serikat pro-Yunani -- yang menyerukan pemindahan pasukan Turki dari pagar pembatas di sekitar kantor pusat.
Polisi dipanggil untuk memisahkan kerumunan warga Siprus-Yunani yang saling bertikai saat mereka saling meneriaki di seberang jalan.
Seorang juru bicara serikat pro-Yunani menyebut para demonstran sebagai "komunis" dan berkata: "Makarios mengubah Siprus menjadi Kuba Mediterania."
Inggris telah menerbangkan pasukan dan peralatan ke Siprus sementara gencatan senjata di Nicosia melindungi warga sipil asing dari faksi-faksi yang bertikai.
Â
2.000 Wisatawan Inggris Terjebak di Siprus
2.000 wisatawan Inggris yang terjebak di pulau itu telah mengkritik Pemerintah Buruh karena gagal mengantisipasi dimulainya pertempuran.
Pertempuran senjata paling sengit terjadi di sekitar Kyrenia dan Famagusta tempat banyak warga Inggris menginap.
Sebagian besar dari 21.000 warga Inggris di pulau itu -- termasuk 17.000 tanggungan dari 9.000 personel pasukan -- kini telah dikawal dengan selamat ke pangkalan militer Inggris di Akrotiri dan Dhekelia.
Kapal fregat angkatan laut Inggris dan Amerika berlayar di sepanjang garis pantai untuk mengevakuasi "warga negara sahabat" dari pantai.
Pejabat Jerman Barat menyarankan warga negara mereka untuk meninggalkan pulau itu, dua hari sebelum invasi Turki.
Advertisement