Serangan Israel ke Tepi Barat Tewaskan Komandan Hamas di Jenin

Inggris mendesak Israel melakukan de-eskalasi.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 31 Agu 2024, 07:12 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2024, 07:12 WIB
Seorang pria melambaikan bendera Palestina saat kendaraan lapis baja Israel bergerak selama operasi militer di kamp pengungsi Nur Shams, Tulkarem, Tepi Barat yang diduduki pada Kamis (29/8/2024).
Seorang pria melambaikan bendera Palestina saat kendaraan lapis baja Israel bergerak selama operasi militer di kamp pengungsi Nur Shams, Tulkarem, Tepi Barat yang diduduki pada Kamis (29/8/2024). (Dok. AP/Majdi Mohammed)

Liputan6.com, Ramallah - Pasukan Israel menewaskan seorang komandan lokal Hamas di Kota Jenin, yang menjadi titik api pada hari Jumat (30/8/2024), saat mereka melancarkan operasi besar di Tepi Barat yang diduduki untuk hari ketiga.

Militer Israel mengatakan pasukan Polisi Perbatasan telah menewaskan Wassem Hazem, yang katanya adalah pemimpin Hamas di Jenin dan terlibat dalam penembakan dan serangan bom di wilayah Palestina.

Dua anggota Hamas lainnya yang mencoba melarikan diri dari mobil yang mereka tumpangi tewas oleh pesawat tanpa awak, sebut militer Israel, seraya menambahkan bahwa senjata, bahan peledak, dan sejumlah besar uang tunai ditemukan di dalam kendaraan tersebut.

Hamas mengonfirmasi kematian ketiga pria tersebut, yang menurut mereka adalah anggota sayap bersenjata Brigade Al-Qassam. Demikian seperti dilansir Reuters, Sabtu (31/8).

Di Desa Zababdeh, tepat di luar Jenin, sebuah mobil terbakar dan berlubang-lubang akibat tembakan setelah dikejar oleh unit pasukan khusus Israel.

Warga desa bernama Saif Ghannam (25) menuturkan bahwa salah satu dari dua pria lainnya yang melarikan diri dari kendaraan itu tewas di luar rumahnya akibat serangan pesawat nirawak kecil yang memecahkan jendela, sementara pria kedua tewas tak jauh dari situ.

Ghannam menambahkan pasukan Israel telah memindahkan jasad mereka, namun meninggalkan jejak berupa genangan darah.

Insiden itu terjadi saat pasukan Israel terus melancarkan operasi skala besar yang melibatkan ratusan tentara dan polisi yang dilancarkan pada Rabu (28/8) dini hari di Jenin dan Tulkarm, kota lain yang bergejolak di Tepi Barat utara, serta Lembah Yordania.

Pengangkut personel lapis baja Israel yang didukung oleh helikopter dan pesawat nirawak menyerbu Jenin dan Tulkarm pada hari Jumat, sementara buldoser lapis baja membajak jalan untuk menghancurkan bom pinggir jalan yang ditanam oleh kelompok militan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Klaim Israel

Pasukan Israel berpatroli selama operasi militer di kamp pengungsi Nur Shams, Tulkarem, Tepi Barat yang diduduki, Kamis (29/8/2024).
Pasukan Israel berpatroli selama operasi militer di kamp pengungsi Nur Shams, Tulkarem, Tepi Barat yang diduduki, Kamis (29/8/2024). (Dok. AP/Majdi Mohammed)

Meningkatnya permusuhan di Tepi Barat terjadi saat pertempuran antara pasukan Israel dan Hamas masih berkecamuk di Jalur Gaza hampir 11 bulan sejak dimulai, dan bentrokan dengan gerakan Hizbullah yang didukung Iran di wilayah perbatasan Israel-Lebanon semakin intensif.

Dalam dua hari pertama operasi Tepi Barat, sedikitnya 17 warga Palestina tewas, termasuk komandan lokal pasukan Jihad Islam di Tulkarm.

Militer Israel, dalam ringkasan operasinya, mengatakan, "Sejauh ini, pasukan telah melenyapkan 20 teroris dalam baku tembak dan serangan udara serta menangkap 17 tersangka yang terkait dengan kegiatan teroris."

Sejak serangan Hamas terhadap Israel 7 Oktober 2023 yang memicu perang Gaza, lebih dari 660 warga Palestina - kombatan dan warga sipil - tewas di Tepi Barat, menurut penghitungan Palestina, sebagian oleh pasukan Israel dan sebagian oleh pemukim Yahudi yang telah melakukan serangan rutin terhadap komunitas Palestina di Tepi Barat.

Israel menyebutkan Iran menyediakan senjata dan dukungan kepada kelompok militan di Tepi Barat - yang diduduki Israel sejak perang Timur Tengah 1967 - dan sebagai hasilnya, militer telah meningkatkan operasinya di sana.

Pemerintah Inggris menyatakan pada hari Jumat bahwa mereka "sangat prihatin" dengan operasi Israel di Tepi Barat dan mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk de-eskalasi.

"Kami mengakui kebutuhan Israel untuk mempertahankan diri terhadap ancaman keamanan, tetapi kami sangat khawatir dengan metode yang digunakan Israel dan dengan laporan tentang korban sipil dan penghancuran infrastruktur sipil," ungkap pernyataan Kementerian Luar Negeri Inggris.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya