Liputan6.com, Jakarta - Badai meteor Leonid adalah fenomena astronomi yang terjadi ketika Bumi melewati jejak-jejak meteoroid yang ditinggalkan oleh komet. Badai meteor Leonid merupakan salah satu hujan meteor tertua yang pernah tercatat dalam sejarah.
Melansir laman Space pada Selasa (08/10/2024), berbeda dengan hujan meteor Leonid yang terjadi setiap tahun, badai meteor Leonid hanya terjadi tiap 33 tahun sekali.
Badai meteor akan menghasilkan lebih dari 1.000 meteor per jam. Badai meteor Leonid terakhir terlihat pada 2001.
Advertisement
Baca Juga
Namun, badai meteor Leonid paling fantastis yang tercatat dalam sejarah terjadi pada 1833. Fenomena langit ini diabadikan dalam lukisan yang bertajuk "the night when the stars fell" atau 'malam saat bintang-bintang berjatuhan'.
Menurut catatan sejarah, badai meteor Leonid pada 1833 menghasilkan lebih dari 100 ribu meteor per jam. Bukan hanya pada 1833, badai meteor pada 1966 pun tak kalah menakjubkan.
Para pengamat mencatat setidaknya ada 40 hingga 50 meteor per detik. Para astronom mengaitkan badai meteor Leonid dengan komet Tempel-Tuttle.
Komet ini muncul secara periodik setiap 33 tahun sekali. Setiap kali komet Tempel-Tuttle mendekati bumi, ia akan meninggalkan material yang terlontar dari komet.
Badai meteor Leonid biasanya terjadi antara 17 dan 18 November setiap tahun. Namun, badai yang sebenarnya hanya terjadi dalam tahun-tahun tertentu, ketika bumi berpapasan dengan jalur debu komet yang lebih padat.
Â
Tentang Komet Tempel-Tuttle
Komet Tempel-Tuttle, yang dikenal dengan nama resmi 55P/Tempel-Tuttle, adalah komet periodik yang memiliki orbit yang terkenal dan menarik perhatian astronomi. Komet ini merupakan sumber dari hujan meteor Leonid, yang terjadi setiap tahun pada November.
Komet Tempel-Tuttle ditemukan oleh Wilhelm Tempel pada 19 Desember 1865 dan oleh Horace Parnell Tuttle pada 6 Januari 1866. Komet Tempel-Tuttle memiliki periode orbit sekitar 33 tahun.
Orbitnya berbentuk elips, ia menghabiskan sebagian besar waktu jauh dari matahari. Tetapi saat mendekati matahari, komet ini menjadi sangat aktif dan menunjukkan ekor yang khas.
Komet Tempel-Tuttle akan kembali mendekati Bumi dan matahari pada 2031. Para astronom akan melakukan pengamatan untuk mempelajari lebih lanjut tentang perilaku komet dan dampaknya terhadap bumi.
Selain itu, potensi untuk menghasilkan hujan meteor yang signifikan selama kunjungannya. Meteor Leonid dikenal karena kecepatan tinggi mereka, mencapai sekitar 71 km/detik saat memasuki atmosfer.
Kecepatan ini sering kali menghasilkan jejak panjang dan ledakan cahaya yang mencolok.
(Tifani)
Advertisement