Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar anjlok pada Senin (21/4/2025). Koreksi pasar saham Asia Pasifik terjadi saat bank sentral China mempertahankan suku bunga pada saat yuan berada di bawah tekanan karena ketegangan perdagangan China-Amerika Serikat (AS).
Mengutip CNBC, indeks CSI 300 di China turun 0,12% setelah Bank Sentral China mempertahankan suku bunga pinjaman utama di 3,1% untuk tenor 1 tahun. Selain itu, suku bunga pinjaman tenor 5 tahun di 3,6%, sesuai dengan prediksi ekonom yang disurvei oleh Reuters.
Baca Juga
Indeks Nikkei 225 di Jepang susut 0,9%, sedangkan indeks Topix melemah 0,92%. Di Korea Selatan, indeks Kospi naik 0,19% dan indeks Kosdaq naik 0,13%. Bursa saham Australia dan Hong Kong masih libur Paskah.
Advertisement
Investor juga fokus pada kebijakan perdagangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump karena kebijakan itu terus mengguncang pasar global.
Pekan lalu, Trump meminta the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga. Ia juga mengatakan pemberhentian ketua the Fed Jerome Powell tidak akan datang cukup cepat. Komentar Trump muncul setelah Powell memperingatkan ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung dapat memantang tujuan bank sentral untuk mengendalikan inflasi dan memacu pertumbuhan.
Indeks S&P 500 menguat pada perdagangan Kamis waktu setempat. Namun, masih mengakhiri kinerja sepekan turun 1,5%. Indeks Dow Jones dan Nasdaq masing-masing turun lebih dari 2%.
Penutupan Wall Street Pekan Lalu
Sebelumnya, indeks saham besar Amerika Serikat, S&P 500 bergerak naik dalam perdagangan pada hari Kamis (17/4/2025), tetapi mengakhiri minggu perdagangan yang dipersingkat dengan penurunan karena tarif terus membuat investor khawatir.
Melansir CNBC International, Sabtu (19/4/2025) indeks S&P 500 secara umum naik 0,13% hingga ditutup pada 5.282,70 setelah berfluktuasi antara keuntungan dan kerugian di awal sesi.
Sementara itu, indeks Nasdaq Composite turun tipis 0,13% hingga ditutup pada 16.286,45.
Namun Dow Jones Industrial Average turun 527,16 poin, atau 1,33%, hingga ditutup pada 39.142,23. Indeks 30 saham tersebut terbebani oleh penurunan UnitedHealth sebesar 22%setelah laba perusahaan asuransi yangmeleset. Baik Dow maupun Nasdaq membukukan kerugian selama tiga hari.
Saham Nvidia juga turun hampir 3% pada hari Kamis, melanjutkan penurunannya hampir 7% pada sesi sebelumnya.
Sementara UnitedHealth dan Nvidia membebani pasar, saham terkenal lainnya memberikan momentum kenaikan. Eli Lilly melonjak 14% setelah memberikan hasil uji coba positif untuk pil penurun berat badan. Saham Netflix sedikit naik 1% menjelang laporan laba raksasa streaming itu.
Investor telah waspada sejak Trump pertama kali mengumumkan rencananya untuk tarif "timbal balik" yang kemudian ia tarik kembali.
Indeks S&P 500 telah turun hampir 7% sejak saat itu. Dow dan Nasdaq keduanya juga turun lebih dari 7% dalam periode tersebut.
"Ini adalah pasar yang menunggu dan mencari arah," kata Rob Haworth, ahli strategi investasi senior di U.S. Bank Wealth Management.
"Saat ini, yang lebih penting adalah menunggu untuk melihat apa yang terjadi dengan kesepakatan perdagangan tersebut," jelasnya.
Advertisement
Kinerja IHSG pada 14-17 April 2025
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak signifikan pada perdagangan 14-17 April 2025. Penguatan IHSG didorong data makro ekonomi seperti cadangan devisa Indonesia sebesar USD 157 miliar.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (18/4/2025), IHSG melonjak 2,81% ke posisi 6.483,26 dari pekan lalu di posisi 6.262,22.
Kenaikan IHSG juga diikuti kapitalisasi pasar BEI pada pekan ini. Kapitalisasi pasar BEI naik 3,98% menjadi Rp 11.120 triliun dari pekan lalu Rp Rp 10.695 triliun.
Lonjakan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa yang naik 19,22% menjadi 22,54 miliar saham dari 18,90 miliar saham pada pekan lalu.
Analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG menguat 2,81% di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. "Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut dikarenakan terjadinya eskalasi perang dagang, di mana Amerika Serikat (AS) kembali memberikan tarif sebesar 245% kepada China,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, terdapat rilis data cadangan devisa Indonesia sebesar USD 157 miliar dan Indeks Kepercayaan Konsumen Indonesia yang terkontraksi ke level 121.
Selain itu, selama sepekan, investor asing mencatat aksi jual saham Rp 13,68 triliun. Aksi jual selama sepekan ini lebih besar dari pekan lalu yang mencapai Rp 5,93 triliun. Dengan demikian sepanjang 2025, aksi jual saham oleh investor asing mencapai Rp 49,55 triliun.
“Beberapa hal yang menyebabkan outflow kami perkirakan karena ketidakpastian global atas adanya eskalasi perang dagang, kemudian adanya profit taking dan kemudian switching aset ke instrumen yang minim risiko,” kata dia.
