Fakta-Fakta Banjir di Gurun Sahara Setelah Mengering Setengah Abad

Menurut NASA, kejadian seperti ini sangat jarang terjadi di wilayah tersebut, sehingga sebuah danau di Aljazair, Sebkha el Melah, hanya terisi air sebanyak enam kali pada 2000 hingga 2021. Berikut fakta-fakta gurun Sahara banjir.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 18 Okt 2024, 05:00 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2024, 05:00 WIB
Gurun Sahara banjir. (AP)
Gurun Sahara banjir. (AP)

Liputan6.com, Jakarta - Curah hujan tinggi yang mengguyur sebagian wilayah Maroko meninggalkan laguna air di tengah-tengah gurun Sahara. Satelit NASA pada Senin (14/10/2024), menunjukkan air mengalir deras mengisi Danau Iriqui di tempat paling kering di dunia ini.

Menurut NASA, kejadian seperti ini sangat jarang terjadi di wilayah tersebut, sehingga sebuah danau di Aljazair, Sebkha el Melah, hanya terisi air sebanyak enam kali pada 2000 hingga 2021. Berikut fakta-fakta gurun Sahara banjir.

1. Pertama Sejak 50 Tahun

Banjir di Gurun Sahara baru-baru ini menjadi perhatian karena fenomena cuaca yang tidak biasa. Perubahan iklim, pola cuaca ekstrem, dan faktor lingkungan lainnya dapat berkontribusi pada kejadian ini.

Dikutip dari laman NASA ada Kamis (17/10/2024), banjir langka ini disebabkan hujan deras selama dua hari. Volume airnya setara dengan curah hujan selama lebih dari satu tahun.

Sejumlah citra satelit milik NASA menunjukkan danau yang terletak antara Kota Zagora dan Kota Tata telah terisi air. Padahal, sebelum hujan terjadi, danau itu mengering selama 50 tahun terakhir.

2. Badai Ekstratropis

Para ahli meteorologi menyebut fenomena yang menyebabkan banjir di gurun Sahara adalah badai ekstratropi. Badai jenis ini dapat mengubah arah cuaca di wilayah tersebut dalam beberapa bulan dan tahun ke depan.

Badai Ekstratropis disebabkan oleh udara yang menahan lebih banyak uap air. Hal ini menyebabkan lebih banyak penguapan dan mengundang lebih banyak badai.

 

Banjir Memakan Korban

3. Banjir Memakan Korban

Kekeringan selama enam tahun berturut-turut telah menimbulkan tantangan bagi sebagian besar wilayah Maroko. Kekeringan memaksa para petani membiarkan ladang kosong dan kota-kota, serta desa-desa membatasi konsumsi air.

Curah hujan yang melimpah kemungkinan akan membantu mengisi kembali akuifer air tanah di bawah gurun yang diandalkan untuk memasok air bagi masyarakat gurun. Waduk-waduk yang dibendung di wilayah tersebut dilaporkan terisi kembali pada tingkat yang memecahkan rekor sepanjang September 2024.

Namun, tidak jelas seberapa jauh hujan pada September akan mengurangi kekeringan. Air yang mengalir deras melalui pasir dan oasis telah menewaskan lebih dari 20 orang di Maroko dan Aljazair.

4. Anomali Cuaca di Timur Tengah

Anomali cuaca sebelumnya dilaporkan dari beberapa wilayah kering di Arab Saudi. Menurut Pusat Nasional Pengembangan Vegetasi dan Pemberantasan Desertifikasi Arab Saudi, Makkah menghijau pada awal 2024 ini.

Bahkan, wilayah yang ditutupi vegetasi tumbuh lebih dari 600 persen selama lima bulan terakhir sebagai dampak musim hujan.

5. Perubahan Iklim

Perubahan iklim dapat menyebabkan lebih banyak fenomena cuaca ekstrem, seperti badai dan hujan deras. Hal ini dapat mengakibatkan curah hujan yang tidak biasa di gurun.

Peningkatan suhu global dapat mengubah sirkulasi atmosfer, yang mempengaruhi distribusi awan dan curah hujan. Wilayah gurun mungkin mengalami lebih banyak hujan akibat pergeseran pola ini.

Suhu yang lebih tinggi meningkatkan evaporasi dari lautan dan tanah. Hal ini berarti lebih banyak uap air di atmosfer yang dapat menyebabkan curah hujan yang lebih intens ketika kondisi tepat.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya