Hamas Konfirmasi Yahya Sinwar Tewas, Siapa Calon Penggantinya?

Terdapat enam kandidat yang dinilai masuk bursa pengganti Sinwar.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 19 Okt 2024, 07:01 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2024, 07:01 WIB
Yahya Sinwar
Pemimpin Hamas Yahya Sinwar. (Dok. AP Photo/Adel Hana)

Liputan6.com, Gaza - Kematian Yahya Sinwar telah menimbulkan banyak pertanyaan tentang masa depan perang di Jalur Gaza. Tapi, mungkin tidak ada pertanyaan yang lebih mendesak daripada siapa yang akan menggantikannya sebagai pemimpin Hamas?

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pada hari Kamis (17/10/2024) bahwa dalang di balik serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel itu telah tewas dalam operasi rutin di Jalur Gaza selatan pada hari Rabu (16/10).

Lantas, siapa saja kandidat utama untuk menggantikan Sinwar, yang tewas tidak lama setelah pengumuman penunjukannya sebagai pemimpin Hamas? Dilansir The Hill, Sabtu (19/10/2024), berikut sejumlah nama yang muncul:

Mahmoud al-Zahar

Menurut Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri, Mahmoud al-Zahar adalah pendiri dan anggota senior Hamas, yang "agresif" dan "konservatif secara sosial", sekalipun berdasarkan standar kelompok militan tersebut.

Dia terpilih menjadi anggota Dewan Legislatif Palestina (PLC) pada tahun 2006 dan diangkat sebagai menteri luar negeri pertama kelompok tersebut setelah kemenangan Hamas dalam pemilu tahun itu. Dia dilaporkan selamat dari upaya pembunuhan oleh Israel pada tahun 1992 dan 2003.

Reuters melaporkan bahwa dia tidak membuat pernyataan publik atau tampil sejak 7 Oktober 2023.

Al-Zahar sebelumnya bekerja sebagai dokter di Jalur Gaza dan mendirikan badan amal medis.

Mohammed Sinwar

Salah satu calon penggantinya Sinwar adalah saudaranya, Mohammed Sinwar. Kenaikan jabatannya kemungkinan akan menandakan kelanjutan pendekatan saudaranya terhadap perundingan gencatan senjata.

"Sinwar sangat ingin untuk membawa negosiasi ke kesimpulan, baik itu terkait gencatan senjata atau pertukaran tahanan, karena dalam kedua kasus itu, Sinwar akan keluar sebagai pemenang," kata Nabih Awada, seorang analis politik Lebanon dan mantan militan yang menghabiskan bertahun-tahun di penjara Israel bersama Sinwar, seperti dilansir AP.

Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan kepada CNN bahwa jika Mohammed terpilih, negosiasi akan benar-benar kacau dan seorang mantan pejabat menggambarkannya sebagai "orang yang sama persis" dengan saudaranya.

Mousa Abu Marzouk

Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri menyebutkan bahwa Mousa Abu Marzourk membantu menciptakan cabang Ikhwanul Muslimin Palestina yang kemudian membentuk Hamas.

Dia menjabat sebagai pemimpin pertama Biro Politik Hamas dari tahun 1992-1996 dan saat ini dikabarkan tinggal di Qatar setelah sebelumnya sempat menetap di AS, dideportasi ke Yordania, dan pindah ke Suriah.

Tiga Kandidat Lainnya

Papan iklan di Tel Aviv, Israel, memajang potret pemimpin Hamas Mohammed Deif dan Ismail Haniyeh dengan tulisan "dibunuh" dalam bahasa Ibrani, pada 2 Agustus 2024.
Papan iklan di Tel Aviv, Israel, memajang potret pemimpin Hamas Mohammed Deif dan Ismail Haniyeh dengan tulisan "dibunuh" dalam bahasa Ibrani, pada 2 Agustus 2024. (Dok. AFP/Oren Ziv)

Salah satu dari tiga kandidat di bawah ini disebut sosok yang mungkin ideal bagi AS. Siapa dia?

Mohammed Deif

Tidak jelas apakah Mohammed Deif masih hidup. Militer Israel mengatakan Deif tewas dalam serangan udara awal tahun ini, namun seorang pejabat tinggi Hamas mengaku kepada AP pada bulan Agustus bahwa dia masih hidup.

Reuters melaporkan, sebagai anggota pendiri dan komandan sayap militer Hamas, Brigade Izz al-Din al-Qassam sejak tahun 2002, Deif diyakini sebagai dalang serangan 7 Oktober bersama Sinwar.

Seorang mantan penasihat kontraterorisme di Kementerian Luar Negeri AS menggambarkan Deif sebagai "pejabat Hamas yang sangat garis keras".

Laporan BBC menyebutkan, Deif sebagai perancang salah satu senjata utama Hamas, roket Qassam, dan jaringan terowongan di Jalur Gaza.

Khalil al-Hayya

Khalil al-Hayya adalah anggota biro politik Hamas yang berbasis di Qatar dan telah menjadi negosiator utama dalam diskusi gencatan senjata. Saat ini dia tinggal di Qatar.

Pejabat AS mengatakan kepada CNN bahwa al-Hayya "mungkin orang yang diinginkan AS" karena perannya dalam pembicaraan gencatan senjata. Menurut Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri, dia adalah tokoh utama dalam negosiasi kesepakatan gencatan senjata dengan Israel selama perang Jalur Gaza 2014.

AP melaporkan pada bulan Agustus bahwa al-Hayya juga dipandang sebagai calon pengganti Ismail Haniyeh yang tewas pada Juli. Namun, peran itu jatuh ke tangan Sinwar.

Al-Hayya, sebut AP, mengatakan pada bulan April bahwa Hamas akan meletakkan senjatanya, berubah menjadi partai politik, dan menyetujui gencatan senjata selama lima tahun jika Negara Palestina merdeka didirikan berdasarkan tapal batas 1967.

Pada tahun 2007, al-Hayya selamat dari serangan Udara di rumahnya di Jalur Gaza, yang menewaskan anggota keluarganya.

Khaled Mashal

Khaled Mashal adalah pemimpin Hamas selama lebih dari satu dekade mulai tahun 2006, serta mantan pemimpin biro politiknya.

Namun, menurut CNN, dia akan menjadi pilihan yang tidak mungkin mengingat dukungannya terhadap pemberontakan terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang menyebabkan keretakan dengan pelindungnya, Iran.

Mashal selamat dari upaya pembunuhan terhadapnya pada akhir tahun 90-an.

"Sejarah Palestina terdiri dari siklus," kata pria berusia 68 tahun itu dalam wawancaranya dengan Reuters di Qatar, tempat dia tinggal, awal bulan ini.

"Kami melewati fase-fase di mana kami kehilangan martir dan kami kehilangan sebagian dari kemampuan militer kami, namun kemudian semangat Palestina bangkit kembali, seperti burung phoenix, terima kasih kepada Tuhan."

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya