Trump Tidak Yakin Gencatan Senjata Gaza Bakal Bertahan

Trump sendiri ikut mengklaim keberhasilan atas tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 22 Jan 2025, 07:02 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2025, 07:02 WIB
Donald Trump berpidato usai pelantikannya sebagai presiden ke-47 Amerika Serikat. Inaugurasi Trump berlangsung di Rotunda di Gedung Capitol, Washington DC, Senin (20/1/2025).
Donald Trump berpidato usai pelantikannya sebagai presiden ke-47 Amerika Serikat. Inaugurasi Trump berlangsung di Rotunda di Gedung Capitol, Washington DC, Senin (20/1/2025). (Dok. Chip Somodevilla/Pool Photo via AP)     ... Selengkapnya

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Senin (20/1/2025) menyatakan bahwa dia "tidak yakin" gencatan senjata di Jalur Gaza akan bertahan.

"Saya tidak yakin. Ini bukan perang kami, ini perang mereka," kata Trump dari Ruang Oval seperti dikutip dari CNN, Rabu (22/1), saat ditanya oleh seorang wartawan apakah gencatan senjata itu akan bertahan dan berjalan melalui tiga fase yang direncanakan. "Saya melihat gambar Gaza – tempat itu seperti kawasan yang hancur total. Gaza benar-benar harus dibangun kembali dengan cara yang berbeda."

Pesimistis Trump tidak mengherankan. Pasalnya, politikus kanan ekstrem Israel memberikan tekanan besar untuk melanjutkan kembali perang di Jalur Gaza karena mereka menganggap gencatan senjata ini sebagai kemenangan bagi Hamas.

Itamar Ben-Gvir dari Partai Otzma Yehudit pada minggu ini mengundurkan diri sebagai menteri keamanan nasional, semakin memperkecil pemerintah koalisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Menteri Keuangan Bezalel Smotrich mengancam akan melakukan hal yang sama jika Netanyahu tidak memutuskan untuk menghentikan gencatan senjata begitu fase pertama yang berlangsung selama 42 hari selesai.

"Saya menuntut dan telah menerima komitmen dari Perdana Menteri Netanyahu bahwa Israel akan kembali ke medan perang untuk menghancurkan Hamas dan mengatasi ancaman ini sekali dan untuk selamanya," kata Smotrich dalam pernyataan pada Senin.

Netanyahu, di sisi lain, mengatakan pada Minggu malam, "Baik Presiden Trump maupun Presiden Biden memberikan dukungan penuh terhadap hak Israel untuk kembali berperang, jika Israel sampai pada kesimpulan bahwa negosiasi pada Fase B tidak membuahkan hasil. Saya sangat menghargainya."Akhir-akhir ini, media Israel dipenuhi dengan spekulasi bahwa komitmen untuk melanjutkan perang dapat merusak negosiasi gencatan senjata fase dua, yang dijadwalkan dimulai pada 4 Februari. Jika fase dua dilaksanakan, itu akan mencakup penarikan total pasukan Israel dari Jalur Gaza.

Pujian Trump untuk Gaza

Gencatan Senjata Dimulai, Begini Potret Kawasan Jabalia Gaza Utara
Sempat mengalami penundaan karena kesalahan teknis, kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza dinyatakan mulai berlaku per Minggu 19 Januari 2025. (Omar AL-QATTAA/AFP)... Selengkapnya

Pesimistis Trump mengenai gencatan senjata berbanding terbalik dengan janji yang dia buat hanya beberapa jam sebelumnya saat pidato pelantikannya, di mana dia mengatakan, "mengukur kesuksesan kita bukan hanya dari pertempuran yang kita menangkan, namun juga dari peperangan yang kita akhiri."

Di antara serangkaian perintah eksekutif yang ditandatangani Trump saat memulai masa jabatannya adalah keputusan untuk mencabut sanksi yang diterapkan oleh pemerintahan Biden terhadap pemukim Israel yang diduga bertanggung jawab atas kekerasan mematikan di Tepi Barat yang diduduki.

Smotrich segera mengucapkan terima kasih kepada Trump atas keputusannya dan menyatakan dia menantikan kerja sama yang produktif untuk memperkuat keamanan nasional negaranya, memperluas pemukiman di seluruh Tanah Israel, dan memperkuat posisi Israel di dunia. Smotrich adalah salah satu yang telah berargumen keras agar Israel membangun kembali pemukiman Yahudi di Jalur Gaza, yang dihentikan melalui perintah Israel pada tahun 2005. Dia pernah ditangkap sementara – meskipun tidak pernah didakwa – karena terlibat dalam protes menentang penarikan tersebut pada waktu itu.

Pandangan Trump tentang isu tersebut tidak sepenuhnya jelas. Namun, ketika ditanya pada hari Senin mengenai siapa yang seharusnya memerintah Jalur Gaza, Trump menjawab, "Anda jelas tidak bisa membiarkan orang-orang yang ada di sana", yang diperkirakan merujuk pada Hamas.

"Sebagian besar dari mereka sudah mati, kan? Sebagian besar sudah tewas. Tapi mereka tidak benar-benar mengelola tempat itu dengan baik. Pemerintahan mereka sangat kejam dan buruk. Jadi, Anda tidak bisa membiarkan itu terus berlangsung," ungkap Trump.

Ketika ditanya, Trump juga mengatakan bahwa dia mungkin bisa berperan dalam membangun kembali Jalur Gaza. Dia memuji wilayah kantong itu, menyebutnya memiliki "lokasi yang luar biasa, di tepi laut", serta "cuaca yang sangat baik".

Pernyataan Trump mengingatkan pada pernyataan yang dibuat oleh menantunya, Jared Kushner, pada Februari 2024. Pada saat itu, Kushner menyebut properti tepi laut di Jalur Gaza "sangat berharga" dan mengusulkan agar Israel memindahkan warga Palestina dari Jalur Gaza untuk "membuatnya lebih bersih".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya