Liputan6.com, London - Pemerintah Inggris mengumumkan langkah tegas untuk memperketat aturan pembelian pisau guna mencegah anak-anak di bawah umur mendapatkan senjata berbahaya.
Langkah ini diambil beberapa hari setelah Axel Rudakubana, seorang remaja berusia 17 tahun, mengaku bersalah atas serangan pisau yang menewaskan tiga gadis muda dalam acara dansa bertema Taylor Swift pada Juli 2024.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip laman Straits Times, Senin (27/1/2024), Perdana Menteri Keir Starmer menyebut insiden tersebut sebagai salah satu momen paling memilukan dalam sejarah Inggris, yang memicu penyelidikan publik terhadap kegagalan sistem yang memungkinkan serangan itu terjadi.
Advertisement
Hukum Inggris saat ini memang mewajibkan pengecer untuk menerapkan sistem verifikasi usia agar mereka yang berusia di bawah 18 tahun tidak dapat membeli pisau. Namun, aturan tersebut dinilai tidak memiliki pedoman jelas, sehingga celah-celah dalam sistem sering dimanfaatkan.
Menteri Dalam Negeri Yvette Cooper menyatakan kemarahannya di Parlemen, menyoroti bahwa Rudakubana dapat membeli pisau secara online tanpa hambatan.
"Ini sangat memalukan. Masih terlalu mudah bagi anak-anak untuk mendapatkan senjata tajam berbahaya secara online," tegas Cooper.
Untuk menutup celah tersebut, pemerintah Inggris kini mewajibkan pengecer pisau melakukan verifikasi identitas menggunakan foto di dua tahap: saat pembelian dan pengantaran. Selain itu, pengantaran hanya dapat diterima oleh orang yang memesan barang tersebut, bukan orang lain atau hanya ditinggalkan di depan pintu.
"Prosesnya terlalu mudah dimanipulasi. Anak-anak cukup memasukkan tanggal lahir palsu, dan paket seringkali ditinggalkan tanpa pertanyaan," ujar Cooper, menyoroti pentingnya kebijakan baru ini.
Masuk Rancangan UU
Aturan baru ini akan dimasukkan dalam rancangan undang-undang yang dijadwalkan memulai proses legislatif di Parlemen dalam beberapa bulan mendatang. Pemerintah berharap langkah ini dapat menjadi pencegahan efektif terhadap insiden serupa di masa depan.
Adapun serangan yang dilakukan oleh remaja Axel Rudakubana menjadi peringatan keras bagi pemerintah dan masyarakat tentang kelemahan pengawasan. Penyelidikan publik akan fokus pada kegagalan institusi negara yang tidak bertindak meski telah menerima peringatan tentang Rudakubana sebelum serangan terjadi.
Advertisement