Kecelakaan Boeing 777 milik Asiana Air Lines di Bandara Internasional San Francisco, Amerika Serikat, diduga terjadi karena pesawat terlalu rendah saat akan mendarat. Pesawat yang terbang dari Seoul, Korea Selatan itu, diduga terhempas di ujung landasan dengan sangat keras.
"Semua terjadi dalam 10 detik. Kami mendengar ledakan yang sangat keras dan kemudian berakhir," kata Vedpa Singh, salah satu penumpang yang mengalami patah tulang, seperti dikutip USA Today, Sabtu (7/7/2013).
Sementara penumpang lain, Benjamin Levy, menggambarkan kengerian dalam pesawat saat kecelakaan. Seluruh penumpang berteriak dan banyak para penumpang yang mengalami luka di bagian kepala. "Kami mendekat ke bandara dengan sangat baik, tapi kami terlalu rendah," kata Levy seperti dikutip NBC News.
Karena terlalu rendah dan diperkirakan tidak mencapai landasan, pilot pun menambah tenaga tenaga atau kecepatan tersebut untuk memperbaiki posisi pesawat.
"Saat pilot melakukan itu, menambah kecepatan untuk mengoreksi posisi itu, tapi sangat terlambat. Sehingga kami terhempas ke landasan dengan sangat buruk, kami melambung lagi, dan mendarat dengan sangat keras," tambah Levy.
Stefanie Turner, penumpang lain, mengatakan pesawat milik maskapai Korea Selatan itu menghantam landasan pada bagian ekor. "Ekornya terlalu rendah," kata Turner.
Pesawat yang mengangkut 291 penumpang dan 16 kru itu juga terbakar. Bagian ekornya patah. Sebanyak 2 penumpang tewas, sekitar 181 terluka, dan 60 lainnya masih dinyatakan hilang. (Eks/Yus)
"Semua terjadi dalam 10 detik. Kami mendengar ledakan yang sangat keras dan kemudian berakhir," kata Vedpa Singh, salah satu penumpang yang mengalami patah tulang, seperti dikutip USA Today, Sabtu (7/7/2013).
Sementara penumpang lain, Benjamin Levy, menggambarkan kengerian dalam pesawat saat kecelakaan. Seluruh penumpang berteriak dan banyak para penumpang yang mengalami luka di bagian kepala. "Kami mendekat ke bandara dengan sangat baik, tapi kami terlalu rendah," kata Levy seperti dikutip NBC News.
Karena terlalu rendah dan diperkirakan tidak mencapai landasan, pilot pun menambah tenaga tenaga atau kecepatan tersebut untuk memperbaiki posisi pesawat.
"Saat pilot melakukan itu, menambah kecepatan untuk mengoreksi posisi itu, tapi sangat terlambat. Sehingga kami terhempas ke landasan dengan sangat buruk, kami melambung lagi, dan mendarat dengan sangat keras," tambah Levy.
Stefanie Turner, penumpang lain, mengatakan pesawat milik maskapai Korea Selatan itu menghantam landasan pada bagian ekor. "Ekornya terlalu rendah," kata Turner.
Pesawat yang mengangkut 291 penumpang dan 16 kru itu juga terbakar. Bagian ekornya patah. Sebanyak 2 penumpang tewas, sekitar 181 terluka, dan 60 lainnya masih dinyatakan hilang. (Eks/Yus)