Perempuan Jepang Bernyali Besar Gugat Bos Yakuza

Nilai gugatan mencapai 17,35 juta yen atau sekitar Rp 1,7 miliar. Ini adalah kasus yang pertama.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 17 Jul 2013, 21:29 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2013, 21:29 WIB
bos-yakuza-130717c.jpg
Seorang perempuan bernyali menggugat bos Yakuza dari geng Yamaguchi-gumi, Kenichi Shinoda. Nilai gugatan perempuan asal Nagoya yang tak disebutkan namanya itu mencapai 17,35 juta yen atau sekitar Rp 1,7 miliar.

Penggugat yang seorang pengusaha restoran meminta pengembalian uang perlindungan, yang telah ia bayarkan pada kelompok gangster yang berafiliasi dengan Yakuza itu.

Pengacaranya berdalil, Shinoda, "punya kewajiban sebagai majikan atas tindakan mafia". Sebab dia adalah bos dari organisasi payung.

Gugatan ini menggunakan UU Anti-kejahatan terorganisir yang direvisi pada tahun 2008, yang mengatakan pimpinan organisasi dapat dimintai pertanggungjawaban untuk kerusakan yang dilakukan oleh anggotanya dan kelompok-kelompok afiliasi.

Ini diyakini sebagai gugatan pertama yang dilakukan dalam kasus itu, seperti dimuat media Jepang, Kyodo yang dilansir BBC, Rabu (17/7/2013).

Kasus bermula saat mantan pemilik restoran tersebut dilaporkan membayar total uang sebesar 10.85 juta yen atau sekitar Rp 1,09 miliar, sebagai jaminan perlindungan selama 12 tahun.

Namun, saat ia berusaha menahan pembayaran untuk tahun 2008, anggota geng 'pelindungnya' justru mengancam membakar restorannya.

Data polisi menyebut, jumlah anggota  Yamaguchi-gumi mencapai 40 persen dari keseluruhan jumlang anggota geng terorganisasi.

Yakuza sebenarnya tidak ilegal, namun mereka kerap terlibat dalam kegiatan kriminal, termasuk penjualan obat, prostitusi, dan manipulasi pasar saham.

Punya Majalah

Sebelumnya,  Yamaguchi-gumi diberitakan menerbitkan majalah. Namanya Yamaguchi-gumi Shinpo. Majalah itu tak dijual untuk umum namun dipublikasikan internal di antara 27.700 anggota geng.

Isinya beragam, dari puisi tradisional atau haiku, tips-tips, hingga laporan memancing para gangster. Demikian dilaporkan Tokyo Times.

Publikasi ini dipandang sebagai langkah untuk memperkuat hubungan di dalam kelompok. Di tengah laporan kesulitan yang dihadapi Yakuza untuk mengumpulkan uang dan mendapatkan rasa hormat dari masyarakat. Nama mereka sudah terlanjur tercoreng. Baca selengkapnya di tautan ini. (Ein)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya