Bumi tidak diam. Planet ini terus berputar pada porosnya. Rotasi bumi mengontrol aktivitas manusia mengikuti gelap dan terang, membagi kehangatan Matahari ke seluruh belahan dunia.
Saat rotasi, semua yang ada di Bumi ikut bergerak, dari barat ke timur. Namun, pernahkah terlintas dalam pikiran Anda, seberapa cepat kita berputar?
Ketika kita bersantai di depan televisi, mengerjakan pekerjaan sehari-hari, melamun, berpikir, bahkan tidur, sejatinya Bumi terus berputar dalam kecepatan yang 'memusingkan'. Kecepatan rotasi di setiap tempat di bumi berbeda. Untuk yang berada di Inggris, kecepatan rotasinya adalah 600 mil per jam (mph) atau 965 km perjam.
Kini, dengan menggunakan grafik khusus, setiap orang bisa mencari tahu di mana garis lintang lokasi di mana kita berada beririsan dengan kurva hitam -- untuk menentukan kecepatan dalam putaran kosmis.
Grafik tersebut diciptakan oleh Seth Kadish yang berasal dari Oregon, Amerika Serikat. Tujuannya, menemukan sesuatu yang bisa digunakan semua orang untuk merenungkan eksistensi mereka dalam arti luas.
Grafik tersebut menyebut, kecepatan sebuah area di planet ini bergerak bervariasi antara 150 sampai 1.050 mil per jam.
"Pada dasarnya, aku seorang geolog yang mencintai matematika," kata Kadish seperti dimuat Daily Mail, 28 Januari 2014. "Sesekali, aku berpikir tentang eksperimen menyenangkan, sebuah kalkulasi terkait alam."
Hasil dari pemikiran 'sesekali' itu adalah grafik yang mengungkap kecepatan sebuah titik di permukaan Bumi, pada setiap lintang (latitude) sebagai hasil dari rotasi Bumi pada porosnya.
Namun, grafis ini tidak memperhitungkan pergerakan Bumi mengelilingi Matahari yang memiliki kecepatan orbital sekitar 67.000 mil per jam.
"Kesalahan terbesar mungkin dalam penentuan lokasi, di mana Anda harus memperkirakan lokasi Anda pada kurva berdasarkan pada tempat Anda tinggal, lalu membaca berapa kecepatan rotasi pada sumbu-x," tambah Kadish.
Misalnya, sebuah benda di khatulistiwa menempuh perjalanan sekali keliling lingkar Bumi dalam jarak sekitar 24.901 mil atau 40.075 kilometer per hari.
Untuk menghitung kecepatan, Kadish membagi jarak itu dengan 24 jam. Hasilnya adalah 1.040 mph.
Setelah itu, kecepatan rotasi dihitung dengan mengalikan kecepatan di khatulistiwa dengan kosinus dari lintang pada titik tertentu.
Perhitungan tersebut mengasumsikan bahwa Bumi adalah bola yang sempurna. Tentu saja, faktanya tak demikian. Selain itu, rotasi bumi tak berlangsung 24 jam penuh, melainkan 23 jam dan 56 menit.
Ada juga beberapa variasi kecepatan dikaitkan dengan ketinggian lokasi tertentu, tetapi efeknya sangat kecil .
"Jika secara hipotesis, Puncak Gunung Everest dan bagian terdalam dari Palung Mariana keduanya terletak di sepanjang khatulistiwa, perbedaan kecepatan tangensial disebabkan oleh perbedaan ketinggian 12,3 mil hanya sekitar 3 mil per jam," kata Kadish.
Lalu mengapa kecepatan rotasi Bumi tidak dirasakan manusia? Itu berkat gaya gravitasi bumi.
Bagaimana Jika Bumi Berhenti Berputar?
Setelah membayangkan kecepatan kita dalam rotasi, bagaimana jadinya jika Bumi berhenti berputar?
"Yang terjadi adalah kekacauan total, semuanya berantakan," kata Louis Bloomfield, fisikawan dari University of Virginia seperti dimuat situs sains Life's Little Mysteries. Sebagian besar manusia akan tenggelam, mati lemas, tewas terpanggang atau beku.
Kabar baiknya: itu tak berarti kiamat. Sebagian manusia yang kebetulan tinggal di 4 bagian kecil Bumi akan selamat, bahkan berevolusi dengan cepat sebagai respon dari perubahan lingkungan yang dramatis.
Hebatnya lagi, Bumi akan berubah bentuk jika berhenti berputar pada sumbunya. Rotasi Bumi membuat bagian tengah planet ini menonjol, sekitar 26 mil di sekitar katulistiwa daripada jarak antar kutub.
Jika berhenti berputar, bagian Bumi yang padat tak lantas berpendar. Yang paling terpengaruh adalah bagian lautan. "Lautan akan bergeser dari katulistiwa ke arah kutub, meninggalkan tulang kering permukaan bumi di dekat khatulistiwa. Sementara wilayah kutub akan tenggelam," kata Bloomfield.
Demikian pula dengan atmosfer, menebal di wilayah kutub dan menipis di katulistiwa. Hanya mahluk hidup di pertengahan garis lintang mendapatkan tekanan atmosfer yang tepat untuk tetap hidup.
Lebih jauh lagi, nyala matahari abadi akan menyinari sebagian Bumi. Akibatnya, tanaman mati, tanah merekah kekeringan. Sementara, belahan bumi yang lain akan tenggelam dalam kegelapan yang dingin, tanah menyerupai tundra beku.
"Saat itu manusia harus bisa pindah ke wilayah transisi," kata Rhett Allain, fisikawan dari University of Southeastern Louisiana.
Gerak manusia akan terbatas pada "pita tipis" di wilayah transisi panas-dingin, di mana Matahari selalu akan muncul tepat di atas atau di bawah cakrawala.
Di sana, temperatur relatif moderat, namun pola cuaca dan iklim saat Bumi berhenti berputar, bahkan tak bisa ditebak oleh para ilmuwan masa kini.
Dari seluruh wilayah Bumi hanya ada 4 bidang tanah kecil yang memiliki tekanan atmosfer tepat juga suhu yang cocok bagi manusia. Dua di belahan Bumi utara dan dua di belahan Selatan.
Akhirnya, hanya ada 4 'suku' manusia yang selamanya dipisahkan oleh kondisi ekstrem di antara mereka. Perbedaan lingkungan antara 4 tempat itu akan mempengaruhi evolusi mahluk di sana, sesuai dengan kondisi lingkungannya. (Ein/Mvi)
Baca juga:
Teleskop NASA Menangkap Penampakan `Tangan Tuhan`
Ilmuwan Kuak Misteri `Cahaya Aneh` Pertanda Gempa Dahsyat
Pertanda Gempa-Hujan Kodok, 10 Misteri yang Bikin Bingung Ilmuwan
Saat rotasi, semua yang ada di Bumi ikut bergerak, dari barat ke timur. Namun, pernahkah terlintas dalam pikiran Anda, seberapa cepat kita berputar?
Ketika kita bersantai di depan televisi, mengerjakan pekerjaan sehari-hari, melamun, berpikir, bahkan tidur, sejatinya Bumi terus berputar dalam kecepatan yang 'memusingkan'. Kecepatan rotasi di setiap tempat di bumi berbeda. Untuk yang berada di Inggris, kecepatan rotasinya adalah 600 mil per jam (mph) atau 965 km perjam.
Kini, dengan menggunakan grafik khusus, setiap orang bisa mencari tahu di mana garis lintang lokasi di mana kita berada beririsan dengan kurva hitam -- untuk menentukan kecepatan dalam putaran kosmis.
Grafik tersebut diciptakan oleh Seth Kadish yang berasal dari Oregon, Amerika Serikat. Tujuannya, menemukan sesuatu yang bisa digunakan semua orang untuk merenungkan eksistensi mereka dalam arti luas.
Grafik tersebut menyebut, kecepatan sebuah area di planet ini bergerak bervariasi antara 150 sampai 1.050 mil per jam.
"Pada dasarnya, aku seorang geolog yang mencintai matematika," kata Kadish seperti dimuat Daily Mail, 28 Januari 2014. "Sesekali, aku berpikir tentang eksperimen menyenangkan, sebuah kalkulasi terkait alam."
Hasil dari pemikiran 'sesekali' itu adalah grafik yang mengungkap kecepatan sebuah titik di permukaan Bumi, pada setiap lintang (latitude) sebagai hasil dari rotasi Bumi pada porosnya.
Namun, grafis ini tidak memperhitungkan pergerakan Bumi mengelilingi Matahari yang memiliki kecepatan orbital sekitar 67.000 mil per jam.
"Kesalahan terbesar mungkin dalam penentuan lokasi, di mana Anda harus memperkirakan lokasi Anda pada kurva berdasarkan pada tempat Anda tinggal, lalu membaca berapa kecepatan rotasi pada sumbu-x," tambah Kadish.
Misalnya, sebuah benda di khatulistiwa menempuh perjalanan sekali keliling lingkar Bumi dalam jarak sekitar 24.901 mil atau 40.075 kilometer per hari.
Untuk menghitung kecepatan, Kadish membagi jarak itu dengan 24 jam. Hasilnya adalah 1.040 mph.
Setelah itu, kecepatan rotasi dihitung dengan mengalikan kecepatan di khatulistiwa dengan kosinus dari lintang pada titik tertentu.
Perhitungan tersebut mengasumsikan bahwa Bumi adalah bola yang sempurna. Tentu saja, faktanya tak demikian. Selain itu, rotasi bumi tak berlangsung 24 jam penuh, melainkan 23 jam dan 56 menit.
Ada juga beberapa variasi kecepatan dikaitkan dengan ketinggian lokasi tertentu, tetapi efeknya sangat kecil .
"Jika secara hipotesis, Puncak Gunung Everest dan bagian terdalam dari Palung Mariana keduanya terletak di sepanjang khatulistiwa, perbedaan kecepatan tangensial disebabkan oleh perbedaan ketinggian 12,3 mil hanya sekitar 3 mil per jam," kata Kadish.
Lalu mengapa kecepatan rotasi Bumi tidak dirasakan manusia? Itu berkat gaya gravitasi bumi.
Bagaimana Jika Bumi Berhenti Berputar?
Setelah membayangkan kecepatan kita dalam rotasi, bagaimana jadinya jika Bumi berhenti berputar?
"Yang terjadi adalah kekacauan total, semuanya berantakan," kata Louis Bloomfield, fisikawan dari University of Virginia seperti dimuat situs sains Life's Little Mysteries. Sebagian besar manusia akan tenggelam, mati lemas, tewas terpanggang atau beku.
Kabar baiknya: itu tak berarti kiamat. Sebagian manusia yang kebetulan tinggal di 4 bagian kecil Bumi akan selamat, bahkan berevolusi dengan cepat sebagai respon dari perubahan lingkungan yang dramatis.
Hebatnya lagi, Bumi akan berubah bentuk jika berhenti berputar pada sumbunya. Rotasi Bumi membuat bagian tengah planet ini menonjol, sekitar 26 mil di sekitar katulistiwa daripada jarak antar kutub.
Jika berhenti berputar, bagian Bumi yang padat tak lantas berpendar. Yang paling terpengaruh adalah bagian lautan. "Lautan akan bergeser dari katulistiwa ke arah kutub, meninggalkan tulang kering permukaan bumi di dekat khatulistiwa. Sementara wilayah kutub akan tenggelam," kata Bloomfield.
Demikian pula dengan atmosfer, menebal di wilayah kutub dan menipis di katulistiwa. Hanya mahluk hidup di pertengahan garis lintang mendapatkan tekanan atmosfer yang tepat untuk tetap hidup.
Lebih jauh lagi, nyala matahari abadi akan menyinari sebagian Bumi. Akibatnya, tanaman mati, tanah merekah kekeringan. Sementara, belahan bumi yang lain akan tenggelam dalam kegelapan yang dingin, tanah menyerupai tundra beku.
"Saat itu manusia harus bisa pindah ke wilayah transisi," kata Rhett Allain, fisikawan dari University of Southeastern Louisiana.
Gerak manusia akan terbatas pada "pita tipis" di wilayah transisi panas-dingin, di mana Matahari selalu akan muncul tepat di atas atau di bawah cakrawala.
Di sana, temperatur relatif moderat, namun pola cuaca dan iklim saat Bumi berhenti berputar, bahkan tak bisa ditebak oleh para ilmuwan masa kini.
Dari seluruh wilayah Bumi hanya ada 4 bidang tanah kecil yang memiliki tekanan atmosfer tepat juga suhu yang cocok bagi manusia. Dua di belahan Bumi utara dan dua di belahan Selatan.
Akhirnya, hanya ada 4 'suku' manusia yang selamanya dipisahkan oleh kondisi ekstrem di antara mereka. Perbedaan lingkungan antara 4 tempat itu akan mempengaruhi evolusi mahluk di sana, sesuai dengan kondisi lingkungannya. (Ein/Mvi)
Baca juga:
Teleskop NASA Menangkap Penampakan `Tangan Tuhan`
Ilmuwan Kuak Misteri `Cahaya Aneh` Pertanda Gempa Dahsyat
Pertanda Gempa-Hujan Kodok, 10 Misteri yang Bikin Bingung Ilmuwan